16. The Open Doors

252 24 0
                                    

Mulut Sidney penuh oleh roti isi saat ia dengan semangat menyimak apa yang aku dan Carol ceritakan. Walau percakapan tentang Derek sebenarnya sudah selesai dua menit yang lalu.

Jordan duduk di sebelah Carol, perempuan memang punya trik khusus dalam mengatasi pertemanan yang kebanyakan anak laki-laki tidak mengerti. Baru sepuluh menit yang lalu mereka bertemu tapi mereka terlihat akrab.

Carol dengan sukarela menceritakan pada Jordan tentang hubungannya dengan Mike yang sudah berjalan hampir dua tahun. Jordan pendengar yang baik, dia tidak berhenti merespon setiap Carol memberitahunya sesuatu. Jujur, aku tidak begitu tertarik dengan masalah percintaan, tapi ada satu bagian dari cerita Carol yang telak menyedot perhatianku.

Carol bercerita tentang bagaimana Mike bisa merubahnya dari perempuan sombong dan keras kepala menjadi perempuan yang lebih mengenali dirinya sendiri seperti sekarang. Carol dulu adalah kapten cheers, Mike adalah pemain rugby yang sopan sampai hari ini. Satu hari mereka bertemu dan pada saat itu mereka berdua jatuh cinta. Mike selalu bilang pada Carol kalau ia tidak merubahnya. Mike hanya menunjukkan pintu, Carol sendirilah yang harus memutuskan untuk membuka pintu itu atau tidak. Carol melepas semua keangkuhannya yang ada di pundaknya di depan pintu dan masuk ke dalam dunia Mike.

"Love changes people in the mysterious ways. Aku beruntung aku berada di sisi yang benar, aku beruntung bertemu Mike," desis Carol.

Bibirku mengambang. Sidney diam. Jordan terlihat sangat terbawa dengan cerita Carol.

Entah mengapa aku merasa ada sedikit kesamaan antara ceritaku dan Carol. Yang jauh berbeda adalah Mike dan Carol tidak perlu bersembunyi setelah apa yang mereka perjuangkan.

"Aku ikut senang mendengarnya, " ujar Jordan sambil menggenggam tangan Carol.

Carol tersenyum.

Tidak lama dari itu suara Mike terdengar samar samar."Ah aku cari kalian."

Mike sepertinya sudah membereskan urusannya di kantor, aku melihat senyum kemenangan di wajahnya. Mike ikut duduk di kursi sambil menggenggam buah pisang dan susu kotak.

"Bagaimana dengan Derek?"

"Dia kena detensi, tapi aku nggak tahu apa karena aku langsung keluar kantor saat Miss Parkirson membolehkan aku pergi."

Carol memeluk Mike sebentar. "Kamu harus latihan bukan?"

"Oh ya," Mike melihat jam tangannya dan segera menghabiskan pisang dan susunya,

"Aku kabari lagi nanti, by the way, thanks Sam," Mike berdiri dan berjalan pergi.

"Sampaikan salamku untuk Lucas," ucapku spontan pada Mike.

Sidney, Carol dan Jordan langsung melirikku. Mike juga memutar badan.

"Oh... untuk Ethan dan Dean juga, mereka sudah banyak meninggalkan kelas," aku mencoba sekeras mungkin untuk membelokkan kebodohanku tadi dan sepertinya berhasil. Walau Mike masih bingung dan mengerutkan jidat.

"Oke Sam, akan aku sampaikan," Mike berlari keluar cafetaria menuju lapangan saat tidak lama bel berbunyi.

"Oh ya Sam, kita mulai latihan piano hari ini, Jordan dan aku sudah berbicara soal jam kita latihan tadi sebelum ke cafetaria. Senin dan Rabu, apa kamu bisa?" Jelas Sidney tiba-tiba.

Aku tidak perlu berpikir panjang, aku tidak punya banyak kegiatan.

"Aku bisa kapan saja Sam."

"Nice."

Setelah membuang sampah, kita berempat berjalan di lorong menuju kelas kita masing. Aku sudah ada di depan pintu kelasku dan ponselku bergetar. Nomer Lucas yang belum aku simpan mengirimkan pesan.

The Way You Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang