0.0

630 46 28
                                    

01032017

Rintik hujan membasahi permukaan bumi, memersilahkan rerumputan di taman mendapatkan kesegarannya kembali. Tiupan angin terus memainkan dedaunan, membiarkannya menari melewati malam. Gelap dan sunyi malam di kota ini mampu menyembunyikan sebuah rahasia.

Seorang gadis dengan seragam sekolah menyeret tubuh gadis lainnya yang sudah tak berdaya. Gadis yang bermandikan cairan merah itu, terus diseret menuju sebuah taman bermain yang sudah tak terpakai.

Dia terus menyeretnya susah payah. Tatapan mata gadis itu nampak dingin, menatap lurus kedepan. Seperti bukan jiwa manusia yang mengendalikan.

Gadis berambut panjang yang menyeret korbannya itu mulai menghentikan aktifitasnya ketika telah sampai di sebuah arena bermain anak.

Tempat ini telah lama tak terpakai, hanya saja arena bermainnya masih lengkap dan kokoh walau memang sudah banyak yang berkarat.

Dia lalu mendudukan tubuh gadis tak berdaya itu di bawah pohon, mengusap wajahnya dan sedikit merapikan anakan rambut korbannya.

"Berteduhlah sebentar," bisiknya sambil memperlihatkan smirk tajam.

***

Sementara itu, seorang wanita paruh baya sedang menunggu kehadiran seseorang. Tangannya bergetar, wanita terus mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Sesekali dia menggigiti kukunya untuk menyalurkan kegelisahan yang merayap menekan kewarasan.

Ini sudah lebih dari tengah malam, gadis kecilnya belum juga kembali. Sedang di luar hujan mulai deras disertai gemuruh petir, semakin menambah kekhawatiran wanita itu.

Tak lama setelahnya seseorang membuka pintu dengan kasar, berlari menghampiri dan langsung memeluknya dengan erat. Sangat erat hingga menyesakkan.

Gadis gecil yang ditunggu telah kembali ke rumah. Sayang keadaanya tidak terlihat baik. Bahkan terbilang buruk. Sepatunya dipenuhi noda lumpur, seragam yang basah dan ada bercak merah menghiasi kemeja putihnya. Tatanan rambut pun sudah tak karuan, tubuhnya menggigil menyalurkan ketakutan. Dia terus menangis serta meringis dalam pelukan ibunya.

Sedang sang ibu hanya menepuk pundaknya perlahan, mencoba menenangkan gadis itu. Berharap meredakan gelenyar nyeri yang menuauk hati gadia kecilnya. Walau gambaran kekhawatiran tercetak jelas diwajah wanita paruh baya itu.

"Ma, dia kembali," ungkap gadisnya dengan suara bergetar. Tangisan yang malah semakin menjadi. Hingga gadis itu mulai kehilangan tenaganya, dia merosot dari pelukan sang ibu. Kini dia hanya terduduk lemas di lantai.

Sang ibu yang panik segera memeluk tubuh mungil puterinya itu sambil terus mencoba menenangkan. Air mata sang ibu pun kini mulai tak terbendung, melihat betapa ketakutannya gadis kecil malangnya.

Kini hanya suara tangisan merekalah yang memenuhi seisi ruangan dan bersahutan dengan gemuruh hujan diluar sana.

***

Gadis yang di dudukan di bawah pohon tadi telah hilang. Hanya menyisakan noda darah di sekitaran pohon.

Kemana mereka pergi?

***

Eyoyo.. Koala tropis kembali dengan coretan yang baru. Genrenya agak beda ya sama yang "singkat".

Soalnya author lagi nyari tahu genre yang pas buat author itu yang mana.

Maafkan tulisannya pendek. Karena author belum pandai bikin prolog. Next chapter dipanjangin dehh.

Don't forget to Voment.
Cuma di bomvote tanpa dibaca itu sakit lhooo.

Who? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang