-Happy Reading-
Ampuni jika banyak typo dan kesalahan lainnya di dalam cerita.***
Areumi berjalan dengan skala yang tidak biasa. Malam ini ia ditugaskan untuk membeli beberapa camilan di minimarket terdekat, untuk menemani obrolan keluarganya. Namun, langkahnya semakin tidak beraturan tatkala dirasa ada sepasang langkah lain yang terus berusaha mengejar.
Keringat meluncur bebas di dahi milik gadis berambut pendek tersebut. Ini sudah lebih dari 10 menit, orang itu menguntitnya namun belum melakukan serangan juga. Antara heran dan takut menjadi satu. Mungkin sedang mencari tempat yang tepat begitulah pikirnya.
Areumi yang sadar di depannya adalah sebuah gang sepi, langsung berlari secepat yang ia mampu. Anehnya orang tadi tak terlihat mengikuti lagi. Apalagi ketika Areumi sudah di depan pagar rumahnya, gadis itu celingukan mencari sosok yang tadi terus membuntuti. Nihil, tidak ada siapapun disekitar. Hanya hembusan angin dan gonggongan Min Holly, anjing tetangga yang memenuhi rungunya.
Karena masih merasa was-was, Areumi pun langsung bergegas masuk ke rumah.
Ketika pintu sudah tertutup rapat, seorang wanita keluar dari persembunyian. Ia berdiri tepat disamping rumah Areumi, tubuhnya tertutupi bayangan dari sebuah pohon yang membuatnya tidak terlihat. Senyuman tajam yang mampu mengiris, menghiasi wajah manisnya.
"Benar. Itu dia," gumamnya pelan. Tiga detik setelahnya ia membalikan tubuh dan meninggalkan rumah keluarga Areumi.
***
"Sunhee-ya," rengek Areumi, "apa target selanjutnya adalah aku?" lanjut gadis itu dengan mata berlinang dan bibir yang memanyun."Kurasa bukan, jika dia memang berniat membunuhmu harusnya tak perlu menunggu lama. Bukankah tadi malam sepi? Bisa saja ia langsung mengahabisimu."
"Iya juga sih, tapi aku takut."
"Aku tahu, kalau begitu jangan keluar malam-malam."
"Siap kapten!"
Keduanya saling melempar senyum. Terlihat hangat dan saling menguatkan, padahal getir masih mengguncang hati. Tak disangka orang yang selama ini bersikeras menguatkan adalah orang yang juga ingin dikuatkan. Butuh pegangan, butuh sandaran, butuh rumah untuk kembali ketika hati lelah, begitulah posisi keduanya.
***
Flasback
"Jadi kamu korban bullying?""Nee," jawab Sunhee dengan mata memerah namun tak setetes pun air terjatuh dari kelopaknya.
"Tapi, kalian masih sangat kecil waktu itu."
"Benar, awalnya kukira akan berhenti ketika aku pindah sekolah. Namun semuanya tetap sama hingga aku memutuskan pindah ke Korea," jelas Sunhee "semoga aku tidak pernah salah menggenggam tanganmu."
Sebuah anggukan penuh keyakinan dari seorang Areumi mampu menenangkan kegundahan Sunhee seketika itu. Bagaimanapun sebuah pundak untuk bersandar sangat dibutuhkan oleh Sunhee saat ini.
"Lalu, mengenai tanganmu?" tanya Sunhee hati-hati setelah beberapa menit membisu.
"Eemm, ini...." jawab Areumi terbata sambil menunduk. Namun Sunhee tidak berniat menyela kalimat sahabatnya itu, ia hanya menatap lembut.
"Sebenarnya, aku mendapatkan lebam ini jika nilaiku jelek. Ayahku seorang dokter, Ibuku seorang dosen, tapi aku? nilaiku bahkan tak pernah berada di sepuluh besar. Ayah akan murka jika mengetahui nilaiku yang selalu dibawah standar," jelas Areumi dengan suara yang semakin berat menahan tangis.
"Ayahmu? Berarti akhir-akhir ini Ayahmu sering melakukannya juga?" tanya Sunhee terkejut, mengingat beberapa minggu ini ujian beruntun selalu diadakan.
Hanya anggukan kecil sebagai jawaban. Dengan sigap Sunhee memeriksa bagian tubuh Areumi, dan benar saja banyak luka lebam di sekujur tubuh temannya itu. Entah bagaimana Areumi dapat menyembunyikannya selama ini dan bersikap baik-baik saja. Sunhee benar-benar kesal dibuatnya.
"Aku sudah berusaha agar nilaiku naik, tapi aku tak mengerti mengapa tak kunjung membaik," tangis Areumi semakin pecah.
"Bukankah kau bagus di bidang seni? itu nilai plus."
"Ayah ingin aku jadi dokter sama sepertinya, bukan seseorang yang bermain dengan kanvas yang bahkan tidak jelas masa depannya." Tangis Areumi memenuhi setiap sudut ruang, tak lagi mampu mengontrol diri.
Sunhee lalu menatap lamat-lamat Areumi, merasakan perih mengiris hatinya. Sudah lama ia tidak merasakan perih yang seperti ini, melihat seorang teman terluka membuatnya ikut terluka.
"Maaf, aku tak pernah tahu mengenai ini."
"Ini bukan salahmu, ini salahku yang terlalu bodoh," kata Areumi di sela isakan tangisnya.
***
Bel sekolah telah berbunyi menandakan mereka harus segera berpisah. Langit pun juga telah mengisyaratkan hal yang sama.
"Hati-hati di jalan ya anak-anaku!" seru seorang guru kimia, ia lalu berbalik menuju ruang guru.
Tidak butuh waktu lama, kelas menjadi kosong menyisakan Areumi dan Sunhee. Seperti biasa dua gadis tersebut selalu pulang paling akhir. Ketika keduanya berjalan di tangga terakhir, Areumi menangkap sesuatu yang ganjil. Tangannya dengan sigap menahan langkah Sunhee.
"Sunhee-ya, sepertinya ada yang mengikuti kita," bisik Areumi.
Sunhee celingukan memeriksa keadaan, setahu mereka sekolah telah kosong. Terkecuali guru yang memang biasa mengambil jam lembur.
"Tidak ada siapapun," jawab Sunhee yakin.
"Apa hantu Yoon Ho?" tanya Areumi sambil bergidik ngeri.
Sayangnya hanya sebuah tawa nyaring yang didapat dari teman disampingnya itu. Areumi yang dibuat kesal, langsung berlari ke arah mobil ibu Sunhee yang sudah setia menunggu di depan gerbang.
Mereka berencana pulang bersama karena khawatir Areumi yang pulang sendirian naik bus. Apalagi mengingat akhir-akhir ini gadis itu selalu merasa ada yang membuntuti.
"Hi Areumi! Ayo masuk!" ajak Ye Wol dibalik kemudi.
"Sunhee buruan!" teriak Areumi yang melihat Sunhee yang masih jauh di belakangnya.
Karena merasa terpanggil, akhirnya Sunhee berlari menghampiri keduanya dan bergegas masuk mobil. Memasang sabuk pengaman dan siap untuk pergi.
Tanpa disadari, sepasang bola mata memerhatikan mereka. Orang itu mendengus kasar dan diakhiri dengan senyum simpul. Tatapannya tak pernah teralihkan hingga mobil itu hilang ditelan tikungan dekat Sekolah.
Sebuah langkah yang mendekat membuyarkan lamunan wanita yang sedang mengawasi Areumi dan Sunhee tersebut. Tatapannya dialihkan pada seorang pria tua yang kini berdiri tepat satu meter di belakangnya. Seketika sorot mata wanita tersebut berubah sendu.
"Oppa, apa ini sudah benar?"
"Kita hanya mencoba mengumumkan sebuah kebenaran," jawab enteng Hyun Mo sang kepala sekolah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? ✔
Mystery / Thriller[Completed] Dia siapa? mengapa begitu menakutkan? Dia terlalu kasar. Dia mencoba merampasmu, aku tak ingin berbagi, pergilah! #1 btssong (40519)