2 atau 3 chapter menuju akhir (insyaallah)
Happy reading
***
Areumi bersikeras melupakan apa yang membuatnya melemah tadi siang. Setiap ucapan ayahnya terngiang bagai suara nyamuk yang terus mengganggu. Terekam dengan jelas setiap kata yang terhembus dari rongga mulut ayahnya juga ekspresi tegas yang semakin memperkeruh pikiran gadis itu.
Kini tubuhnya terbaring lemah di atas kasur berbalut sprei abu, menatap langit kamar yang juga terasa kelabu. Lampu yang menggantung di atas kepalanya tak lagi menyala, karena ia tak suka dengan cahaya menyilaukan yang dihasilkan.
"Ayah, katakan alasannya!"
"Menurutmu mengapa gadis itu datang ke tempat seperti ini? Tempat dimana semua orang dengan gangguan kejiwaan mengadu padaku?" Tanya Dr. Lee dengan wajah yang menegang.
Areumi hanya diam, mencerna setiap kalimat yang terucap. Yang nyatanya terasa sangat sulit diterima bak ribuan pedang tengah menghunus kewarasannya.
"Aku bahkan bersama dengannya ketika monster itu mulai tumbuh dalam diri lemahnya."
Areumi sampai menampar pipinya untuk segera tersadar dari mimpi buruk ini. Namun, nyatanya ia memang sepenuhnya tengah berada di alam paling sadar. Semua teka-teki dalam benaknya mulai menemui jawaban bersama fakta paling menakutkan baginya.
***
"Pulang terlambat lagi?" tanya Sunhee yang tengah terduduk manis di sofa ruang tengah dengan tangan yang menyilang di dada.
Langkah kaki Ye Wol otomatis terhenti mendengar teguran kurang bersahabat dari puterinya. Sebelum langkah selanjutnya menapaki anak tangga, wanita paruh baya itu menatap anak gadisnya dengan sorot yang menusuk.
"Erica?" tanya Ye Wol menyelidik. Ada perubahan signifikan dari sikap puterinya tersebut.
"Bukan, ini aku Sunhee," jawab gadis itu santai.
Kerutan di kening sang ibu yang tadi sempat tercipta kini mulai memudar. Ada kelegaan disana.
"Mengapa eomma menganggapku orang lain?"
"Eomma lelah ingin istirahat," pinta Ye Wol dengan kedua kaki yang kembali diayun menaiki tangga, menghindar sebisanya.
"Apa yang telah Eomma lakukan bersama Dr. Lee?"
Lagi, kini langkah ke lima Ye Wol terhenti lagi. Tangannya meremat kuat pegangan tangga yang berada tepat di sebelah kanannya. Sebuah sengatan menyerang lidahnya hingga kelu tak sanggup berdalih. Matanya mulai bergetar menandakan kecemasan teramat.
"Apa kalian tahu? Apa yang kalian perbuat mengharuskanku merasakan sakit yang teramat selama bertahun ini?" ucap Sunhee dengan mata yang dipenuhi genangan.
"Semuanya kulakukan untukmu," ungkap Ye Wol dengan nada lembut, masih mencoba mempertahankan wibawa. Ye Wol sudah mulai mengerti arah pembicaraan puterinya.
"Sekarang aku mengerti mengapa Erica memutuskan hal gila waktu itu."
Keramahan Sunhee hilang tak berbekas. Padahal Sunhee tak pernah meragukan semua keputusan ibunya, namun kali ini berbeda. Sebuah kekecewaan membuatnya berada di titik paling lemah.
Kini isakan dari seorang Sunhee tak hentinya memenuhi seisi ruangan. Memberikan sensasi pedih tersendiri bagi Ye Wol yang menyaksikan.
Ye Wol akhirnya mengalah, lalu berbalik menghampiri gadis kesayangannya. Pandangan wanita itu sedikit mengabur karena genangan di matanya. Namun langkahnya tak sanggup mengikis jarak lebih lanjut lagi, karena Sunhee menginterupsi.
"Berhenti disana!"
Ye Wol tahu betul apa yang membuat gadisnya berubah sejauh ini. Ia tak bisa mengelak melainkan hanya menuruti.
"Aku membencimu, eomma."
Deg!
Sesuatu yang paling ditakutkan Ye Wol akhirnya terjadi. Gadis kesayangan yang mati-matian ia perjuangkan kini membencinya hanya karena satu keputusan ceroboh yang diambil Ye Wol dahulu kala.
"Dr. Lee, katakan!"
"Benar, Ibu dan Ayahmu memintaku melenyapkannya waktu itu ... "
"... awalnya kukira aku berhasil, ternyata salah. Nyatanya ia kembali lagi padamu beberapa tahun ini dengan jiwa yang lebih mengerikan."
Fakta yang ia terima siang tadi dari Dr. Lee membuatnya berubah menjadi lebih tidak berperasaan. Menurutnya Ye Wol terlalu ceroboh kala itu.
Sedang Ye Wol sendiri berusaha memutar otaknya untuk bisa menghindari situasi yang lebih runyam. Ia tak menyangka bahwa gadisnya tahu fakta ini lebih cepat dari yang ditargetkan.
"Eomma minta maaf," ucapnya pelan sambil menunduk.
"Jadi selama ini Eomma tahu bahwa Erica sering muncul dan mengambil alih tubuhku?" suara gadis itu mulai meninggi.
Ye Wol hanya diam, tak ada lagi sanggahan yang sanggup ia lontarkan.
"Dan eomma membiarkan Erica bertindak sejauh itu menggunakan tubuhku?" tanya Sunhee tak percaya mengenai fakta bahwa dirinya bukan lagi pemilik tunggal dari tubuhnya.
"Ini bukan sepenuhnya salahku!" teriak Ye Wol tiba-tiba. Ibu satu anak itu kehilangan kendali, "Ayahmu lah yang memintanya..."
"...aku tak tahu kalau dia akan kembali, aku tak tahu keputusanku waktu itu dapat merenggut Ayahmu," jelasnya dengan diselingi isak tangis "dan aku tak menyangka ia akan kembali dengan keadaan lebih mengerikan yang membuatku tidak bisa lagi berkompromi dengannya ... kubiarkan dia melakukan segalanya asal tak melukaimu."
"Aku tak peduli dengan alasanmu Ma, fakta bahwa aku melakukan kriminal selama ini sudah cukup membuatku kembali tenggelam dalam kesengsaraan."
Tak ingin lagi beradu argumen lebih lama, Sunhee memutuskan diri untuk kembali ke kamarnya. Mengistirahatkan tubuh dan jiwanya yang seharian ini mendapat cambukan yang luar biasa mengerikan.
Semua fakta memunculkan diri di permukaan secara bersamaan, membuat Sunhee kewalahan menerima semuanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? ✔
Mystery / Thriller[Completed] Dia siapa? mengapa begitu menakutkan? Dia terlalu kasar. Dia mencoba merampasmu, aku tak ingin berbagi, pergilah! #1 btssong (40519)