0.1

63 14 1
                                    

***

Sudah hampir dua minggu setelah kabar kematian Yoon Ho, tapi desas-desus di sekolah belum juga surut. Semua masih melibatkan diri dalam penyelidikan yang mereka buat sendiri.

Tapi, tidak dengan dua orang gadis yang sedari tadi pagi hanya membahas nilai Areumi yang semakin memburuk. Mereka bagai tak peduli dengan yang terjadi pada Yoon Ho.

"Areumi, nanti malam aku ke rumahmu ya."

"Untuk apa?"

"Memperbaiki nilaimu."

"Sejak kapan kau peduli dengan yang beginian?" tanya Areumi dengan nada mengejek.

"Aku hanya tak suka melihatmu murung setiap kali nilai ujian dibagikan," terang Sunhee dengan malas.

"Arraseo, terima kasih. Tapi tidak hari ini. Kumohon."

"Wae?" Sunhee nampak menautkan kedua alisnya.

"Aku hanya tak bisa."

"Undur aja teruuusss," kata Sunhee dengan kesalnya.

Areumi tidak menjawab, melainkan hanya cengengesan menampilkan deretan giginya. Membiarkan Sunhee mengabsen gigi susunya. Sunhee pun tak mau ambil pusing, mungkin temannya itu memang sedang sibuk.

***

Seseorang sedang berjalan dikegelapan malam. Waktu sudah menunjukan pukul 02.30 a.m. Matanya menatap tajam pada seorang gadis yang berjalan ketakutan di depannya.

Gadis yang merasa dirinya diikuti, semakin mempercepat langkahnya. Ia baru saja selesai dengan kerja paruh waktunya di sebuah bar. Saking takutnya, gadis itu tidak sanggup berbalik untuk sekedar memastikan siapa yang menguntitnya sedari tadi.

Langkah kaki di belakangnya semakin dekat, ia semakin tercekat. Napasnya semakin tak karuan, degup jantungnya pun sudah tak berirama serasa hampir mau meledak. Sialnya jarak menuju rumahnya terasa begitu jauh ketika dia ketakutan seperti ini. Lututnya lemas, padahal ia ingin sekali berlari sekuat tenaga. Keringat dingin sudah menampakan dirinya di beberapa bagian wajahnya.

Ketika ia siap berlari, seseorang menahan tangannya dan mencengkramnya kuat-kuat. Langkahnya terhenti, air matanya meluncur otomatis. Ia sudah bisa menebak siapa yang kini mencengkeram tangannya, pastilah orang yang sedari tadi mengikutinya.

Ketakutan semakin melumpuhkan seluruh indera gadis itu. Harusnya ia menjerit saja, tapi lidahnya kelu. Otaknya berhenti bekerja, oksigen semakin sulit untuk diraih.

Bug!

Satu pukulan tepat di belakang kepala sanggup merenggut kesadarannya. Sebelum terjatuh, gadis itu sempat melihat dengan jelas orang yang memukulnya.

"Kau?" gumamnya lemah, dan sedetik kemudian penglihatannya menghitam namun masih sanggup mendengar.

"Berhenti ikut campur mengenai kematian Yoon Ho!" ucapnya tegas penuh amarah.

"Dia memang pantas mati," lanjutnya dengan seringaian mengerikan ia tampilkan dibalik hoodie kebesarannya.

***

Pagi ini Sunhee bangun kesiangan lagi. Entah apa yang membuatnya tidak bisa membuka mata pagi tadi. Berat sekali. Walaupun rap Namjoon menggema di hpnya karena memang dijadikan alarm, tetap saja ia tak sanggup bangkit dari tempat tidur.

Ia berlari disepanjang lorong sekolah. Tampak sepi, tentu saja karena jam pelajaran sudah dimulai. Beruntungnya ketika membuka pintu kelasnya, belum ada guru yang masuk. Katanya, Jessica sebagai guru bahasa inggrisnya akan terlambat datang karena mengalami kecelakaan kecil diperjalanan.

Sunhee akhirnya dapat bernapas lega ketika bokongnya menyentuh kursi. Ia lalu melirik Areumi yang nampak tertidur disampingnya. Tidak biasanya teman Lee nya itu mengantuk di sekolah.

Biasanya Areumi akan heboh menodongnya dengan berbagai macam pertanyaan karena Sunhee telat masuk kelas. Namun sekarang malah terasa sepi karena gadis itu hanya memejamkan matanya. Sunhee sungguh tidak tega jika harus membangunkan sahabatnya itu. Kebetulan juga guru belum masuk, jadi tak apa jika ia membiarkan sahabatnya tertidur sebentar.

Matanya dialihkan keluar jendela, hembusan napasnya terdengar berat. Selalu begitu, jika ia sudah memusatkan pikiran untuk sedikit berpesta dengan masa lalu. Segurat raut sedih yang selama ini hampir tidak terlihat kini memunculkan auranya lagi. Entah untuk alasan apa Sunhee harus kembali memutar memori masa lalunya.

"Monster?" gumam Sunhee sambil tersenyum miring.

"Apa kau bertemu monster lagi?" tanya Areumi tiba-tiba yang mengagetkan Sunhee.

"Kau sudah bangun?" tanya Sunhee dengan sedikit raut kaget terpoles diwajahnya.

"Tidak, belum. Aku sedang mengigau," jawab Areumi kesal sambil menggembungkan pipinya.

"Tumben sampai tidur di kelas?"

"Aku kelelahan semalam."

"Wae? Jangan bilang kau berburu lagi," sindir Sunhee.

"Hahaha. Kenapa nadamu bicaramu begitu?"

"Habis alasanmu selalu tidak masuk akal. Berburu? Ini kota besar bung bukan desa terpencil dekat pegunungan," ungkap Sunhee dengan nada yang sedikit meninggi.

"Hey bung calm down," kata Areumi dengan sedikit terkekeh, "terkadang ungkapan itu hanya sebatas kiasan ... ck nilaimu diatasku tapi kurasa kepintaran kita setara."

Sedang Sunhee hanya mendecih mendengar jawaban sarkasme temannya itu.

Ditengah obrolan tidak berfaedah mereka, seorang teman yang terasa asing datang menghampiri mereka dengan buku catatan kecil yang gadis itu pegang erat.

"Sunhee-ssi," panggil gadis itu.

Mereka berdua hanya menatapnya penuh tanya.

"Aku pinjam dulu Areumi ya," lanjutnya sambil memegang tangan Areumi.

"Ada apa?" tanya Areumi.

"Ada yang ingin kutanyakan."

"Disini saja," perintah Areumi.

Areumi sekilas menatap Sunhee, seperti bertanya "tak apa kan?" sedang gadis yang ditatapnya hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Areumi tak sabaran.

"Baiklah, langsung saja. Pas malam kematian Yoon Ho, kau berada dimana?" tanya gadis itu.

"Itu terjadi malam hari kan? Ya tentu saja aku tidur babe," jawab areumi enteng tapi terlihat wajah tak suka ketika pertanyaan itu terlontar.

"Kau bukan dari kelas kami kan?" tanya Sunhee tiba-tiba.

"Emm, Ya."

"Siapa namamu?" tanya Sunhee lagi dengan mata yang menatap tajam.

"Im Senna, dari kelas tetangga."

***

Who? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang