***
Suasana tegang memenuhi seisi ruangan. Hanya suara napas Areumi yang sedang berusaha diatur. Siapa yang bisa menghindari perasaan seperti ini jika seorang siswi di panggil langsung oleh kepala sekolahnya untuk menghadap.
Areumi duduk di sofa yang biasa digunakan tamu yang berkunjung ke ruangan tersebut. Sedang sang kepala sekolah tetap santai di kursi kebesarannya. Hanya ada mereka berdua di dalam sana.
"Areumi."
"Iya pak," sahut Areumi cepat. Sungguh ia bertanya-tanya, mimpi apa dia semalam hingga bisa berakhir di ruangan mengerikan ini.
"Santai, Bapak tidak akan menerkammu," kata Hyun Mo yang mengerti dengan sikap tegang siswi di hadapannya.
Lalu tangan Hyun Mo dengan santai membolak balikan kertas hasil ujian Areumi. Tambah saja gadis itu menegang. Ia pikir mungkin dirinya akan segera di keluarkan dari sekolah, mengingat hampir tidak ada nilainya yang memenuhi standar. Lemas lah sudah tubuhnya.
"Areumi, apa yang membuatmu memiliki nilai seburuk ini?"
Deg!
Benar saja.
Areumi langsung merasakan nyawanya akan segera meninggalkan jasad. Sudah pasti ia akan habis dilahap ayahnya nanti. Gadis itu lalu meremat roknya hingga kukunya memutih.
"Maaf pak, jangan keluarkan saya dari sekolah," mohon Areumi dengan suara bergetar. Sekuat mungkin gadis itu menahan air matanya agar tak turun.
Melihat respon Areumi tersebut, membuat Hyun Mo tersenyum penuh makna. Seperti merasa semua berada pada jalan yang benar dan telah dipermudah. Lalu pria tua itu berjalan perlahan menuju sofa. Matanya tak lepas dari Areumi. Seringaian mengerikan ia lemparkan pada gadis yang masih setia menunduk. Hyun Mo lalu menjatuhkan bokongnya pada sofa yang berada tepat di depan Areumi.
"Tentu, asal kau melakukan sesuatu untukku." Suara pria tua itu berubah seketika. Terdengar lebih berat namun penuh penekanan.
"Apa yang harus saya lakukan?"
Areumi yang hampir kehilangan akal tak mampu lagi mencerna dengan baik setiap kata yang terucap dari kepala sekolahnya. Yang jelas gadis itu ingin selamat dari siksaan sang Ayah. Ia masih ingin menghirup oksigen yang disediakan bumi ini.
Hyun Mo lalu bangkit dari duduknya. Tubuhnya ia condongkan pada gadis lugu di depannya tersebut untuk mengikis jarak diantara keduanya.
"Kau harus jadi informanku," bisik Hyun Mo tepat di telinga Areumi.
Gadis itu diam termangu. Otaknya mulai menguraikan maksud dari ucapan pria tua yang ada di hadapannya ini. Sungguh ia tidak mengerti. Dirinya bukan bagian dari suatu agen rahasia atau sejenisnya.
Permintaan macam apa ini? Pikir Areumi.
"Maksud Bapak?"
"Kau dekat dengan Sunhee kan?" tanya Hyun Mo penuh selidik.
"Iya."
"Ceritakan semua tentangnya!" perintah Hyun Mo sambil membenarkan posisi duduknya. Kini kaki kanan pria tua itu sedang menindih kaki kirinya, sedang kepalanya ia sandarkan pada sofa.
"Maaf pak, saya tidak tahu banyak."
"Katakan semampumu."
Areumi berpikir sejenak. Memangnya informasi seperti apa yang diinginkan kepala sekolahnya hingga harus memanggil gadis itu. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
"Informasi seperti apa yang bapak inginkan?" tanya Areumi hati-hati.
"Apa gadis itu pernah menceritakanmu mengenai Xue Shan-shan?"
Bohong jika Areumi menjawab tidak pernah. Karena memang Sunhee pernah menyebutkan nama itu beberapa kali. Namun informasi yang ia tahu pun tak banyak. Ia hanya tidak asing dengan nama itu. Terlebih dulu Yoon Ho pernah memanggil sahabatnya dengan nama tersebut.
"Sebenarnya ada apa dengan Xue shan-shan? Mengapa semua orang melibatkan nama itu?" batin Areumi.
"Maaf pak, tapi untuk apa?" tanya Areumi gemetaran.
Hanya sorot mata tajam dari Hyun Mo yang ia dapat. Sontak gadis itu kembali menunduk. Areumi sedang dalam pergulatan batin, haruskah ia sejauh ini untuk menyelamatkan diri? Bagaimanapun ia pernah berjanji pada Sunhee bahwa dirinya tak akan saling menyakiti.
Tapi, desakan di depannya bukan lagi sebuah pilihan. Lagipula Sunhee sejauh ini masih belum terbuka padanya. Mungkinkah hubungan mereka serapuh ini.
"Aku tidak tahu banyak pak," satu tarikan napas untuk meyakinkan diri melanjutkan ceritanya, "Xue Shan-shan adalah Chinese name dari Sunhee."
"Lalu?" tuntut Hyun Mo tak sabar.
"Aku tak tahu lagi."
"Apa yang kau tahu mengenai ayahnya?" tanya Hyun Mo lagi.
Mendapati Areumi yang nampak kebingungan, membuat Hyun Mo mengerti. Bahwa sejauh ini Areumi belum mengenal Sunhee. Cukup sulit untuk gadis itu terbuka, bahkan pada seseorang yang sering digadang-gadang sebagai sahabat.
Lalu sebuah ketukan pintu mengejutkan keduanya. Jessica dengan tidak sabarnya masuk beserta langkah angkuh masih dengan heels merah menyala miliknya. Tatapan tajamnya tak pernah lepas dari Areumi. Membuat gadis itu membeku di tempat.
Satu deheman dari Hyun Mo membuat Areumi sadar dan keluar ruangan dengan gontai. Ketika pintu telah sepenuhnya tertutup, gadis itu melanjutkan langkahnya kembali. Keadaannya nampak hancur, seperti tubuh yang kehilangan jiwa. Hembusan napasnya pun kini terdengar berat.
Sedang di ruangan Kepala sekolah, Jessica dengan santainya mendudukan diri diatas sofa bekas Areumi.
"Oppa melibatkannya?" tanya guru bahasa inggris itu tak suka.
"Kurasa dia umpan yang bagus."
"Kau yakin? Jangan gegabah," peringat Jessica, "semua bisa jadi boomerang."
Hyun Mo lalu memijat pelipisnya berharap bisa merileksasikan tubuh renta miliknya. Jelas pria tua itu tidak mungkin bertindak gegabah, semua sudah ia atur secantik mungkin. Walau risau masih sedikit membayangi.
Berbeda dengan Hyun Mo, Jessica malah lebih khawatir. Raut wajahnya nampak gelisah. Entah apa yang membuat keduanya memiliki ekspresi yang berbeda.
***
Sehari setelah dirinya dipanggil kepala sekolah. Areumi nampak murung dan tidak bertenaga. Semua yang diucapkan Hyun Mo menggema di kepalanya.
Karena perkataan itu juga, rasa penasaran Areumi bangkit kembali. Ia memang sempat heran ketika berkunjung ke rumah Sunhee karena tidak ada satupun foto dari Seokjin --- ayah Sunhee. Padahal foto dirinya dengan sang ibu tidak bisa dihitung dengan jari.
Lalu mengenai Xue Shan-shan, ia memang sangat penasaran sejak awal. Walau sudah pernah di jelaskan oleh Sunhee namun hanya sepintas dan itu tidak menjawab semua pertanyaan yang menggelantungi otaknya.
Aarrgghhh
Dengan kesal Areumi mengacak rambutnya. Kepalanya terasa akan meledak. Antara harus mengikuti rasa penasaran serta menyelamatkan diri atau tetap pada janjinya sebagai sahabat. Areumi benar-benar ingin menangis sekeras mungkin.
Apalagi kini ia bahkan harus menghindari Sunhee, karena gadis itu pasti bisa mendeteksi ada yang salah dengan dirinya. Areumi belum siap.
Setelah hampir 30 menit mengurung diri di toilet, akhirnya Areumi siap untuk menghadapi Sunhee dengan satu pilihan yang telah ia tetapkan.
Diri sendiri? atau teman?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? ✔
Mystery / Thriller[Completed] Dia siapa? mengapa begitu menakutkan? Dia terlalu kasar. Dia mencoba merampasmu, aku tak ingin berbagi, pergilah! #1 btssong (40519)