2.0

51 12 0
                                    

-Happy reading-

***

Sunhee hanya menangis semalaman,  air mata yang kemarim sempat mengering, kini mengalir deras bak bendungan yang roboh. Sesekali gadis itu memukul dadanya keras-keras berharap kesakitan yang ia rasakan segera terhenti. Sungguh tubuhnya tak kuasa.

Ketika ia semakin larut dalam kesedihan, sesuatu mengganggu kepalanya. Ada gelenyar nyeri yang menyerang, terasa dipukul ribuan palu. Telinganya berdengung hebat, tangan gadis itu meremat kuat rok yang ia kenakan. Mata yang terpejam erat menandakan kesakitan yang teramat.

Dua menit setelahnya semua berubah sangat hening ___ benar-benar hening. Hingga matanya terbuka perlahan dengan tatapan yang aneh juga ujung bibirnya yang sedikit tertarik. Melengkung tipis, menyalurkan kengerian.

Ia lalu berjalan perlahan menuju cermin yang ada di dekat meja belajarnya. Mata coklat itu menatap tajam pada bayangan yang ia lempari senyuman.

"Akan ku atasi segalanya, Sunhee-ya," gumamnya.

***

Masih di malam yang sama, namun di ruangan yang berbeda. Ye Wol terduduk gemetar di atas ranjang, jelas ia tengah ketakutan. Kemarahan yang meluap dari puteri semata wayangnya berpotensi besar membangunkan sosok keji ___ Erica.

Di tengah kegundahannya, seseorang membuka pintu dengan paksa dan menatap nyalang padanya. Tatapan yang sudah tidak asing bagi Ye Wol namun hingga kini ia masih tetap ketakutan.

"Sunhee?" dengan hati-hati Ye Wol bertanya.

"Sunhee sedang tidur," jawabnya enteng, dengan smirk yang semakin membuat segalanya mencekam.

Deg!

Ye Wol terdiam seribu kata. Ia selalu kalah jika berubungan dengan Erica___ penghuni lain dari diri Sunhee yang jauh lebih mengerikan. Kilatan amarah dari mata gadis itu seperti memutarkan ingatan Ye Wol pada kejadian 3 tahun lalu. Dimana hal paling mengerikan dimulai.

"Kutanyakan satu hal. Mengapa kau ingin aku lenyap?" tanya Erica dengan penuh penekanan.

"Kau berbahaya!"

"Aku pelindung anakmu!" nada gadis itu mulai meninggi, "dirimulah yang gagal menjadi orang tua hingga membiarkan anakmu teraniaya di sekolah."

"Tidak! Kau mengerikan! Caramu benar-benar mengerikan!" teriak Ye Wol histeris. Bagian dari dirinya tak ingin dipersalahkan.

"Aku hanya membagi sedikit kesakitan yang Sunhee pernah rasakan. Lagipula setelahnya mereka selalu kuhabisi, jadi semua kesakitan mereka berakhir lebih cepat dibanding apa yang dirasa Sunhee."

"Berhenti bicara omong kosong! Sunhee tak suka tubuhnya digunakan untuk tindak kriminal," sergah Ye Wol dengan amarah yang semakin meningkat. Walau sebenarnya ketakutan masih menyelimuti.

"Kaulah yang memilihkan jalan ini untuku. Jika saja kau bisa melindungi anakmu dengan baik, maka aku takkan pernah lahir. Aku adalah anak dari rasa takut yang Sunhee derita."

Perkataan itu sungguh membuat hati Ye Wol mencelos. Sebagian dirinya mengakui, namun ada keegoisan dalam diri yang terus mengelak. Bagaimanapun semua tidak bersumber dari kegagalan Ye Wol saja sebagai seorang ibu. Namun juga banyak pihak yang ikut terlibat, termasuk Sunhee sendiri yang terus bersembunyi dibalik ketakutannya hingga melahirkan sosok Erica yang dengan cara sadis 'melindungi' Sunhee.

"Tapi kau membunuh ayahnya!"

Tatapan nyalang dari Ye Wol mampu membuat Erica semakin menggila. Dengan cepat ia berlari ke arah Ye Wol dan menodongkan sebuah gunting kecil di depan lehernya.

Who? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang