Flashback

102 11 4
                                    

Pertama, persiapkan ingatan kalian mengenai chapter pertama cerita ini karena mungkin disini akan kembali ku usik.

01032017

Rintik hujan membasahi permukaan bumi, memersilahkan rerumputan di taman mendapatkan kesegarannya kembali. Tiupan angin terus memainkan dedaunan, membiarkannya menari melewati malam. Gelap dan sunyi malam di kota ini mampu menyembunyikan sebuah rahasia. Rahasia yang akan bungkam hingga masa yang tak terhingga.

Seorang gadis dengan seragam sekolah menengah pertama menyeret tubuh gadis lainnya yang sudah tak berdaya. Terlihat mereka adapah teman sebaya. Gadis yang bermandikan cairan merah itu, terus diseret menuju sebuah taman bermain yang sudah tak terpakai.

Seseorang terus menyeretnya susah payah. Tatapan matanya nampak dingin juga kelabu, menatap lurus kedepan. Seperti bukan jiwa manusia yang mengendalikan. Seperti sesuatu telah mati dalam dirinya.

Gadis berambut panjang yang menyeret korbannya itu mulai menghentikan aktifitasnya ketika telah sampai di sebuah arena bermain anak.

Tempat ini telah lama tak terpakai, hanya saja arena bermainnya masih lengkap dan kokoh walau memang sudah banyak yang berkarat.

Dia lalu mendudukan tubuh gadis tak berdaya itu di bawah pohon, mengusap wajahnya dan sedikit merapikan anakan rambut yang menghalangi wajah korbannya.

"Berteduhlah sebentar," bisiknya sambil memerlihatkan smirk tajam. Ia lalu berdiri dan sedikit mengatur napasnya yang terengah. Tangannya lalu merogoh saku jaket hitam yang melekat pada tubuh mungilnya.

Dikeluarkannya sebuah gunting kecil yang mampu memantulkan cahaya. Lalu dengan wajah memancarkan rasa kesal, gadis itu memotong sembarang rambut korbannya. Tidak sampai habis, hanya sampai hasratnya terlampiaskan. Ada kebencian yang diisyaratkan melalui kilatan matanya.

Lalu, sesuatu menyesakan dadanya. Sebuah rasa sakit yang ia derita karena perbuatan korban. Nyeri yang berdenyut di hatinya ketika ia harus di khianati teman sebangku. Dengan sekali sentakan, ia telah menenggelamkan guntingnya dikepala korban. Cipratan darah segar memenuhi wajah gadis mengerikan itu.

Namun detik berikutnya, sesuatu menyerang kesadarannya. Karena sang empunya tubuh mencoba mengambil alih. Dan... itu berhasil.

Kini Sunhee telah kembali, telah berhasil mengalahkan dominasi Erica pada tubuhnya. Ia menatap tak percaya pada telapak tangannya yang dipenuhi darah.

Ia memundurkan langkah, dan berlari begitu saja. Dengan hujan yang semakin deras, Sunhee terisak ketakutan sambil terus berusaha menjauh.

Hingga ia kini telah sampai di depan rumahnya, ia berlari semakin kencang dan membuka pintu dengan kasar. Lalu memeluk erat sang ibu yang tengah gelisah menunggu kepulangannya.

Sedang sang ibu hanya menepuk pundaknya perlahan, mencoba menenangkan gadis itu. Berharap meredakan gelenyar nyeri yang menusuk hati gadis kecilnya. Walau gambaran kekhawatiran tercetak jelas diwajah wanita paruh baya itu.

"Ma, dia kembali," ungkap Sunhee dengan suara bergetar. Pada akhirnya mereka terlarut dalam isak tangis. Sang ibu tahu betul apa maksud dari setiap ucapan anaknya beberapa detik yang lalu. Ini kali kedua Erica muncul.

Setelah dirasa sudah tenang, Ye Wol ___ ibu Sunhee lalu berdiri dengan mata memerah. Ia bergumam, "tenanglah Sunhee, akan kubereskan segalanya untukmu. Dan lusa, kita pindah ke Korea."

Ye Wol lalu pergi meninggalkan Sunhee sendirian. Dan pergi ke tempat dimana mayat itu tergeletak. Ia menatap ngeri pada jasad seorang gadis yang sudah tidak bisa dikenali wajahnya. Ia lalu membereskan segala kekacauan yang ada. Hingga tak menyisakan DNA sang anak.

***

2013

"Ma, ada apa ini?" tanya Seokjin khawatir. Telunjuk pria itu mengarah pada satu gambar di dalam koran. Dimana foto seorang gadis yang tak lain adalah puteri semata wayangnya. Dengan judul artikel "Gadis Sekolah Dasar Korban Bully, Melakukan Percobaan Pembunuhan."

Bukannya menjawab, Ye Wol hanya terisak sambil sesekali menggumamkan kata maaf.
Seokjin yang merasa prustasi hanya mampu mengacak rambutnya.

Ia tidak menyangka puterinya adalah korban perundungan teman sekelasnya hanya karena ia terlalu berprestasi. Juga ia semakin kalut, karena Sunhee melakukan percobaan pembunuhan dengan cara membakar temannya hidup-hidup.

"Ma, katakan! Apa saja yang aku tak tahu?"

"Dia ketakutan Pa, dia bersembunyi," jawab Ye Wol dengan terisak, "itu bukan Shan-shan Pa, dia Erica."

Seokjin hanya mengerutkan keningnya. Otaknya mulai merangkai beberapa kejadian ganjil pada anaknya. Dari mulai sikapnya yang tertutup, tapi kadang berubah 180 derajat. Hingga Ye Wol yang selalu pergi ke klinik Dr. Lee. Pada akhirnya ia mengerti. Seokjin hanya mampu memijat pangkal hidungnya.

"Akan ku lenyapkan gadis mengerikan bernama Erica itu."

***

"Ini semua salahku karena terlalu lemah. Dia terlahir dari rasa takut, kengerian, dan kesakitanku. Bodoh aku malah kesenangan bersembunyi dibalik punggungnya. Erica melindungiku dengan caranya. Nampak mengerikan, namun hingga detik ini aku bisa baik-baik saja karenanya. Akulah yang bersalah. Tak seharusnya kulahirkan jiwa seperti dia dari rasa takut. Sunhee, Xue Shan-shan, maupun Erica, kami adalah satu dalam balutan luka yang berbeda." - Sunhee

***

Oke sampai sini dlu ya. Wkwkwk.

Jikalau masih ada pertanyaan, atau ada yg kurang jelas selama membaca 'who?' Bisa dicatat disini.

Terima kasih telah singgah.

Peluk hangat dari seekor koala tropis kecil 🐨

Who? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang