Terka aku

101 16 11
                                    

-happy reading gaiseu-

***

"Aaaarrgghhhhh," jerit seorang wanita menggema dikegelapan malam. Rintik hujan diluar sana seperti mewakili air mata seorang yang kesakitan didalam ruangan pengap ini. Wanita itu terkurung di sebuah gudang bersama seorang bertopi hitam. Pedih melanda tubuh gadis itu, pedih yang menusuk diseluruh indera.

Penerangan yang minim dan debu yang menyerang tenggorokan seperti tidak lagi jadi poin penting. Wanita itu sudah tak bisa lagi mengingat bagaimana dirinya dapat berakhir di tempat menyeramkan seperti ini.

Gunting kecil itu memotong beberapa bagian perut korban perlahan, menggambar pola imajinasi diatasnya. Tentu saja sebelum gambar itu diciptakan terlebih dahulu tusukan ringan mendarat disana. Satu jeritan selalu bertepatan dengan satu guntingan. Bentuknya indah, menyerupai mimpi sipembuat. Setelah tergunting penuh, ia menatap lubang pada perut sang korban tentu saja dengan pola yang diinginkan.

Setelah merasa puas dengan hasil karyanya, ia lalu melemparkan senyum bangga. Dia berdecak kagum.

"Lihatlah ini sebuah mahakarya, ada bintang di perutmu," bangganya dengan diiringi tawa yang memenuhi seisi ruangan.

Tak perlu ditanya bagaimana kondisi korban saat ini, ia seperti menanti seorang menjemput untuk selamanya. Lebih cepat lebih baik bukan? Dibanding harus merasakan kesakitan tiada tara dan terus menyaksikan darah dari tubuhnya mengalir deras.

Namun siapa yang tahu bagaimana tubuhnya berakhir. Karena selang satu jam kemudian, tubuhnya telah hilang. Bahkan tak ada satu tetes noda darah dan DNA yang tertinggal disana, sangat rapi. Sekarang tempat itu terbungkam tak ada lagi yang bisa dijadikan bukti.

***

Pagi Sunhee terasa sangat suram, tubuhnya merasakan pegal yang teramat. Ada rasa lelah yang mendera. Tangan kanannya mencoba memijat bahu kirinya, sedang tangan satunya lagi melakukan gerakan peregangan. Seperti memutar-mutar lengannya dan gerakan lainnya, berharap bisa mengurangi kelelahan yang mendera.

Ia masih enggan menjauh dari kasur, bahkan ketika melakukan pijatan kecil seperti tadi ia masih dalam posisi duduk dengan mata yang terpejam. Sungguh penyiksaan jika ia harus berangkat sekolah saat ini.

Hampir saja ia menjatuhkan tubuhnya lagi dalam peluk empuk kasurnya, namun ia mengurungkan niat itu ketika suara sang ibu mengintrupsi untuk segera turun.

Langkahnya gontai menuruni tangga, setiap satu anak tangga bagai memberikan kelelahan tambahan baginya.

"Kenapa pagimu suram baby?" tanya Ye wol.

"Eomma, apa aku tidur sambil berjalan lagi?"

"Tidak, sudah lama kau tak begitu. Kurasa kebiasaan burukmu itu telah hilang." terang sang ibu sambil bolak balik ke dapur untuk mengambil masakannya.

"Kurasa juga begitu. Tapi pagi ini tubuhku terasa sangat rusak," keluh Sunhee.

"Posisi tidurmu yang salah mungkin, atau kasurmu sudah keras? Mau Mama belikan yang baru?"

"Eomma, jangan berlebihan," sergah Sunhee.

Gadis itu sangat tak suka jika ibunya banyak menghamburkan uang. Walau keuangan mereka stabil, tapi bagi Sunhee sebuah pemborosan tak ada alasan dan tak dibenarkan.

Apalagi setelah kepergian kepala keluarga mereka yakni Kim Seokjin, Sunhee lah yang selalu mengingatkan ibunya untuk berhenti memboros.

Seperti biasa, Sunhee datang ke sekolah paling awal. Bahkan ketika security masih belum membuka gerbang, ia malah sudah berjalan di lorong kelas. Bagaimana bisa? Sunhee nekat manjat pagar, demi bisa menghindari teman satu sekolahnya.

Who? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang