2! 3!

209 19 17
                                    

***

Seminggu telah berlalu, Sunhee masih saja merasakan ketegangan ketika dirinya melangkahkan kaki ke Sekolah. Baginya, Sekolah adalah tempat paling menyesakan. Padahal hingga saat ini hubungannya dengan teman sekelas berjalan normal. Walau memang Sunhee menarik diri dari pergaulan. Tapi, tak ada yang saling mengganggu.

"Persona
Who the hell am I
I just wanna go
I just wanna fly
I just wanna give you all the voices till I die
I just wanna give you all the shoulders when you cry"

Suara alarm Sunhee terdengar nyaring memenuhi kamarnya.

Tangan kanannya terus mencoba menggapai benda yang terus bersuara itu. Ketika ia sudah merasa menemukannya, tanpa sengaja ia malah menjatuhkannya kelantai.

Sunhee terperanjat kaget, lalu mengulurkan tangan untuk menggapai hp miliknya, ia terlalu malas untuk berjalan dan mengambilnya. Piyama bagian tanganya otomatis menyingkil, memperlihatkan luka memar di pergelangan tangannya.

"Memar? Lagi?"

Sipemilik tanganpun keheranan degan luka memar yang ada di pergelangan tangannya.

"Apa aku tidur sambil berjalan lagi?" gumam Sunhee.

Tak mau ambil pusing, Sunhee langsung mengambil hp yang masih tergeletak di lantai, lalu mematikan alarmnya.

"Sunhee-ya, cepat turun! Makananmu akan segera dingin," teriak Ye wol dari bawah sana.

"Oke, Ma."

Sunhee pun berlari ke arah kamar mandi, untuk segera bersiap ke Sekolah. Ia cukup tergesa, karena sadar waktu tak lagi mendukungnya untuk berleha-leha.

"Morning, my baby!," sapa Ye wol pada puteri kesayangannya itu ketika melihat Sunhee berlari dari kamar menuju dapur.

"Eomma, ayo cepat makan. Aku lapar," pinta Sunhee.

Ritual pagi mereka memang selalu terasa hangat, walau mereka hanya berdua. Tak ada asisten rumah tangga atau siapapun dirumah itu. Semua keperluan keluarga diurus oleh Ye wol. Dia super woman abad ke-21 yang sesungguhnya.

Seperti biasa, sang ibu mengantar Sunhee sampai pintu gerbang Sekolah. Tak lupa, petuah rutin dari Ye wol untuk sang puteri selalu ia ungkapkan. Sunhee hanya manggut-manggut mendengarnya.

"Hey Sunhee!" teriak teman sebangkunya dari sebrang jalan.

"Eoh,,, Areumi."

"Siapa dia?" tanya Ye wol.

"Ma, Aku masuk dulu ya. Bye bye," kata Sunhee tergesa sambil melambaikan tangan dan berlalu pergi menghindari Areumi.

Areumi berlari untuk bisa menyusul Sunhee. Setelah langkah mereka sudah sejajar, Areumi tiba-tiba menggenggam tangan Sunhee bermaksud mengajaknya berlari menaiki anak tangga menuju lantai tiga dimana kelas mereka berada.

"Ayo sunhee! Kita hampir terlambat!"

Tapi, belum sempat mereka berlari. Sunhee mengaduh kesakitan.

"Wae? Apa aku menggenggamu terlalu keras?" tanya Areumi panik.

"Anniyo," jawab Sunhee singkat sambil menarik tangannya dari genggaman Areumi.

"Maaf," kata Areumi sambil menunduk merasakan penyesalan.

Sunhee hanya diam, ada rasa tak enak hati melihat bahwa ini bukanlah salah temannya tapi ia terus meminta maaf pada Sunhee.

Who? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang