Dalam rangka ulangtahunnya yang ke-18, Sunwoo mengajak Chaeyoung keliling kota. Tentu saja tidak jalan kaki, melainkan naik bus.
"Penuh. Keluar aja, yuk!" ajak Chaeyoung begitu melihat kondisi bus.
"Kok gitu, sih, Yaaaanggg?" Sunwoo merengut. "Ini kan kado kamu buat aku. Katanya, mau ngikutin semua kemauan aku?"
Chaeyoung menghembuskan nafas. Ia jadi menyesal karena mengiyakan permintaan pemuda itu.
"Yaudah, maaf."
Sunwoo tersenyum manis, kemudian menggandeng tangan Chaeyoung.
Karena tak ada kursi kosong yang tersisa, mereka memutuskan untuk berdiri di bagian paling belakang.
"Jangan pegang handle grip-nya, kotor." Sunwoo memindahkan tangan Chaeyoung ke lengannya. "Pegang aku aja, bersih."
"Modus!"
Sunwoo cengengesan.
Semakin lama, semakin banyak orang yang masuk ke dalam bus. Membuat para penumpang berhimpitan, termasuk dua sejoli tersebut.
"Yaangg, aku punya tebak-tebakan!"
Memang se-random ini seorang Sunwoo Al-Hakim, selalu saja ada tingkah anehnya.
"Apa?"
Chaeyoung membalikkan badannya, kemudian mendongak untuk menatap lawan bicaranya.
"Apa yang kuning, hitam, bau?" tanya Sunwoo.
Gadis itu belum sempat berpikir karena Sunwoo sudah membuka mulut, lagi.
"Nyerah?" Chaeyoung mengangguk, Sunwoo menahan tawa. "Jawabannya tawon mencret!"
"Hah?"
Tawa Sunwoo pecah, membuat keduanya menjadi pusat perhatian.
Lebih parahnya, pemuda itu tertawa terbahak-bahak sambil melakukan gerakan-gerakan aneh.
Ngerti gak, sih? Ini tuh sempit, tapi si sunwoo gak bisa diem. Chaeyoung jadi pusing.
"Udah puas ketawanya?" tanya Chaeyoung sambil mengelus lengan pemuda itu.
Sunwoo mengangguk.
Chaeyoung menatap wajah Sunwoo, pemuda itu terlihat bahagia tatkala melihat pemandangan kota lewat jendela.
"Seneng, ya?"
Sunwoo mengangguk dengan antusias seperti anak kecil hingga tatapannya jatuh pada lelaki tua di belakang Chaeyoung.
Tak ingin hal buruk terjadi, Sunwoo pun memutuskan untuk mengambil tindakan.
"Yaaang, di sini sempit."
"Gue juga kesempitan! Gak usah banyak tingkah, deh!"
"Gak mau!" Sunwoo menukar posisinya dengan Chaeyoung. "Badan kamu kan lebih kecil, Yaaangg."
Kini, Chaeyoung berada di sudut kursi sementara Sunwoo ada di depannya persis.
"Kalau begini, kamunya aman, akunya tenang," gumam Sunwoo.
"Hah?"
Sunwoo menggeleng, kemudian menatap mata Chaeyoung dengan intens.
"Yaaangg, aku punya cerita!"
"Yaudah."
"Dengerin, ya!"
"Lo ada di hadapan gue dari tadi, gak mungkin kalau gue gak ngedenger setiap celotehan lo."
Sunwoo cengengesan.
"Aku gak pernah ngerayain ulangtahun dengan pesta, walaupun kecil-kecilan. Aku gak tau rasanya gimana, tapi bisa sama orang-orang terdekat aja udah cukup."
Chaeyoung hanya berdehem, tak memberi respon lebih.
"Waktu kecil, ayah sering ngajak keliling kota di setiap tanggal 12 April. Sama kayak kita sekarang, naik bis," jelas Sunwoo. "Semenjak ayah meninggal, aku masih ngelakuin semuanya, tapi sendirian."
Chaeyoung mengamati wajah Sunwoo. Tak ada perubahan di senyumnya, tapi Chaeyoung yakin bahwa pemuda itu merasa sedih.
"Terus, kenapa ngajak gue?"
Tanpa berpikir, pemuda itu langsung berkata, "Kita kan suami-istri." Saat itu juga, semua orang memandang keduanya dengan tatapan tak percaya.
—
Awalan dulu, gemes gemesnya di chapt 14 ehe.
Oh, iya! Gua mau double up kalau nyampe 40 votes.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Dear Darling - Sunwoo ✓
Fanfiction;sunwoo, chaeyoung with lots of love, my dear darling! [Be A Man series] ©moonbae, 2018.