26 | si cerdik sunwoo

1.5K 350 24
                                    

SMA Garuda terkenal aman, tentram, dan damai bila dilihat dari segi apa pun. Maka dari itu, jarang beredar rumor.

Namun, rupanya gonjang ganjing dunia pergossipan SMADA patut diacungi jempol. Meskipun sedang libur, kabar Chaeyoung selingkuh dari Sunwoo menyebar luas.

"Siniin hpnya! Kakak simpen hp kamu biar gak sedih terus setiap lihat sosmed."

Gadis itu memberikan ponselnya dengan wajah sebal, lalu memberikan pembelaan diri.

"Abisan aku gak pacaran, tapi dibilang selingkuh."

"Yaudah, gak usah peduli."

Tak terima dengan perkataan pemuda yang sedang sibuk sendiri di sampingnya, Chaeyoung protes, "Gak bisa, ini pencemaran nama baik."

"Kalau kamu gak salah, gak usah takut, Dek," kata Lino sambil menepuk pucuk kepala Chaeyoung.

Ya.. Chaeyoung luluh.

"Nih, pake dulu biar gak kedinginan," ucap Lino. Ia menyodorkan selimut yang diletakkan di jok belakang.

Duh, gimana mau move on kalau Lino masih memperlakukannya seperti dulu?

Jujur, pertahanan Chaeyoung goyah.

"Gak bisa, dong. Aku jadi gak enak sama kakak karena keseret ke dalam masalah ini," protes si gadis.

"Gak apa-apa, Dek."

"Semua gara-gara Sunwoo, sih! Pokoknya, dia harus tanggung jaw—"

"Kakak bilang, gak apa-apa. Toh, pacar kakak juga ngerti situasinya kok," potong Lino dengan cepat.

Chaeyoung tertegun sesaat.

Pacar kakak?

"Dia pengen ketemu kamu karena aku sering nyeritain kamu ke dia. Besok kakak ajak ke sini, gimana?" lanjut Lino.

"Ah, besok? Gak bisa, aku sibuk."

"Lusa?"

Chaeyoung membuang wajahnya, ia lebih memilih memperhatikan pemandangan di luar jendela.

"Kayaknya capek, mau istirahat."

"Bisanya kapan?"

"Besok aku banyak kerjaan, besoknya lagi mau istirahat, besoknya lagi aku mau jalan sama temen. Pokoknya, dari senin sampe minggu aku gak bisa ketemu pacar kakak dulu."

Bohong. Padahal, ia belum siap.

"Kak, aku turun di sini aja."

Lino mengerutkan alisnya. "Bentar lagi sampe rumah, loh! Kamu ngapain turun di sini?" tanyanya.

"Itu.." Chaeyoung mengedarkan pandangannya hingga ia menemukan punggung yang tak asing. "Aku mau ke warung, minta Sunwoo tanggung jawab."

Bohong, lagi. Padahal, Chaeyoung ingin menghindar karena tak dapat menahan air matanya.

Sunwoo yang sedang mengotak-atik tv butut milik Ucok, si penjaga warung, menyadari kedatangan seseorang.

Ia sedikit menoleh, ada gadis yang berjalan mendekat dengan wajah gusar.

Itu Chaeyoung!

Sunwoo pastikan, ia akan mengamuk perihal berita jelek tentang hubungan mereka.

Ia kembali ke posisi awal, berusaha agar terlihat tak peduli seiring langkah Chaeyoung yang semakin dekat.

1..

2..

3..

Sunwoo memutar tubuhnya 90°. Sayang sekali, dugaan Sunwoo salah. Chaeyoung tak menghampirinya, gadis itu malah duduk di bangku.

Hal tersebut tentunya mengundang rasa penasaran Sunwoo, terlebih lagi setelah terdengar isakan.

Persetan dengan gengsi, rasa ingin tahunya lebih besar.

"Kenapa?" tanya Sunwoo. Ia masih membelakangi Chaeyoung, memencet asal tombol di depannya.

Sok dingin.

"Jangan nangis di sini, berisik!" ujar Sunwoo dengan tegas, tetapi belum mendapat respon.

Sunwoo memutar otaknya.

Ia mendekati Chaeyoung, lalu melirik si penjaga warung.

"Cok, yang nangis suruh pulang aja! Bilangin, dia ganggu ketenangan orang lain!" serunya sambil menunjuk gadis yang duduk di sampingnya.

"Yaudah, gak usah dengerin! Lagian, emang ada yang ngelarang orang nangis di warung?"

Gotcha!

Sunwoo duduk di samping Chaeyoung, tapi tetap menjaga jarak. Keduanya menggerutu bak dua anak kecil yang sedang bermusuhan.

"Cok, beli remot baru atuh! Ke sini buat nonton bola, bukan nontonin orang dangdutan atau dengerin orang nangis," sindir Sunwoo sembari mengunyah kacang di mulutnya.

"Ngeselin banget, sih!"

"Kamu juga ngeselin. Dateng ke Bandung, masuk ke kehidupan orang lain, bikin suka, gantungin perasaan orang itu, terus pergi seenaknya."

Sindir terus.

Hening, hanya terdengar lagu dangdut dari siaran tv yang ditonton Ucok.

"Kalau bahagia, senyum. Kalau sedih, nangis. Kalau nyaman, bilang. Kalau sayang, ngaku. Jangan diem aja, aku bukan peramal."

Perkataan Sunwoo mampu memancing emosi Chaeyoung.

"Gak usah bahas itu lagi," katanya.

"Aku mau tau biar jelas. Sekiranya aku harus mundur sekarang, aku gak mundur dengan penyesalan nantinya."

Sunwoo bangkit dari duduknya.

"Mau ke mana?" tanya Chaeyoung.

"Gak usah pura-pura peduli kalau gak suka."

"Please, jangan bahas ini sekarang. Gue lagi bad mood, perasaan gue gak karuan."

Sunwoo melanjutkan langkahnya, ia mulai menjauh.

"Heh! Ngeselin banget, sih!"

Pemuda itu menahan tawa.

"Sunwoo, jangan pergi kalau orang lagi ngomong!" teriak Chaeyoung dengan penuh amarah.

Dengan sengaja, Sunwoo melangkah lebih jauh. Triknya berhasil.

"Jangan suruh gue buat keputusan sekarang, gue mau mastiin sekali lagi."

"Males, ah! Emang ada jaminan gak bakal ditolak kalau mau nunggu?" balas Sunwoo.

"Yaudah, terserah."

Chaeyoung melipat kedua tangannya di dada ketika Sunwoo berbalik. "Ngapain balik lagi?" tanya si gadis dengan kesal.

"Emang ada yang ngelarang orang balik ke warung?"

Sunwoo si tukang pancing nan menyebalkan.

[4] Dear Darling - Sunwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang