"Kita udahan, yuk!" ucap Sunwoo.
Pemuda itu berusaha menjaga ekspresi agar tidak tertawa, sedangkan si gadis hanya diam.
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa, Chaeyoung?"
Chaeyoung tertegun ketika Sunwoo memanggil namanya tanpa embel-embel 'istriku', 'sayangku', atau 'yaangg' seperti biasa.
"Jangan diem aja!" Tanpa sadar, suara Sunwoo meninggi dan membuat Chaeyoung semakin bungkam. "Apanya yang kenapa?" ulangnya.
"Yaudah. Iya, iya. Aku yang salah!" gertak Chaeyoung.
"Aku tanya, apanya yang kenapa? Aku gak butuh pengakuan kamu. Aku nanya apa, kamu jawab apa. Gak nyambung, Chaeyoung."
Sunwoo memancing Chaeyoung supaya gadis itu menanyakan alasannya. Namun, ia malah diam.
"Kamu ngomong, dong! Aku gak tau kamu maunya apa, gimana perasaan kamu. Kamu selalu diem, nyembunyiin sesuatu, nyuruh aku nunggu. Di saat kayak gini, kamu masih aja tertutup dan bikin aku bingung."
Sunwoo mengeluarkan unek-uneknya dalam sekali nafas. Marah, kecewa, dan sedih bisa dilihat dengan jelas di matanya.
"Gimana, Chaeyoung?" tanya Sunwoo untuk yang kesekian kalinya.
Chaeyoung membuang wajahnya, kemudian bangkit dari duduk. "Yaudah, cukup di sini aja. Maaf dan terima kasih," katanya sebelum pergi.
—
Awalnya Sunwoo hanya ingin memancing, ternyata keduanya terbawa suasana dan lepas kendali.
Pemuda berusia 17 tahun itu masih betah berdiam di teras rumah orang tuanya. Padahal, sudah terhitung tiga jam semenjak ia pulang ke rumah dengan perasaan tak karuan.
Matanya terpejam, tapi ia tidak tidur. Ia sedang menenangkan diri dari sekian banyak pertanyaan yang terlintas di benakanya.
"Kak Sunwoo kenapa?" Suara yang dibuat-buat itu mengalihkan perhatiannya.
Sunwoo menoleh dan mendapati bundanya sedang menggendong bayi.
"Ada apa?" tanya bunda dengan suara aslinya sembari mengelus kepala anak sulungnya.
Sunwoo masih diam.
"Bun, aku mau jadi polisi," ujar pemuda itu setelah beberapa saat kemudian.
Perkataan Sunwoo barusan membuat bundanya terkejut. Sangat random dan spontan.
Sunwoo Al-Hakim menyatakan dirinya ingin masuk akademi kepolisian dengan kesadaran penuh dan tekad yang bulat.
Tadinya, ia ingin memberitahu Chaeyoung. Namun, ia berubah pikiran setelah kejadian tadi.
Kalau Chaeyoung tertutup, Sunwoo juga bisa.
"Kamu serius mau jadi polisi?" tanya bunda.
"Iya, aku mau jadi polwan!"
Sunwoo mau jadi polwan. PoLwAn.
Dengan cepat, tangan kiri bundanya mencubit perut putra sulungnya.
Sunwoo tertawa di sela rintihan kesakitan. "Tapi beneran!" serunya sambil menunjukkan ekspresi jelek.
Semakin kesal, semakin banyak cubitan yang diberikan bundanya. Sunwoo memang menyebalkan.
"Beneran bohong, Bundaaaa!!!! Tapi serius, aku mau jadi polisi."
—
Berbeda dengan Sunwoo yang menyembunyikan kesedihannya, Chaeyoung lebih memilih untuk melupakan sejenak.
"Dek, mau makan apa?"
"Chicken mozarella aja, Kak."
Lino mengacak rambut Chaeyoung dan berkata, "Belum berubah ya, kamu!"
Dulu, Chaeyoung akan tersipu malu bila Lino memperlakukan seperti ini. Namun, sekarang perasaannya tak lagi sama semenjak pengakuan Lino.
"Eh, Chaeyoung! Kebetulan banget bisa ketemu di sini!"
Tak hanya si pemilik nama, Lino pun ikut menoleh.
"Hai, Junkyu!" sapa Chaeyoung.
"Sama siapa, nih? Kok pegang-pegangan?"
Junkyu melirik Lino, lalu kembali menatap Chaeyoung yang masih menutup mulut.
"Pacar baru, ya? Emangnya udah putus dari Sunwoo?" celetuk Junkyu, si tukang kompor.
Melihat respon Chaeyoung dan Lino yang hanya diam, Junkyu segera sadar diri.
"Bercanda, hehe. Yaudah, gue duluan, ya! Dadah Chaeyoung dan pacar barunya!"
Seperginya pemuda itu, ia buru-buru membuka ponsel.
Line
▼Sunwoo
Bre|
Selain tukang kompor, Junkyu merangkap sebagai tukang cepu.
—
Ada pesan untuk Sunwoo atau Chaeyoung?
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Dear Darling - Sunwoo ✓
Fanfiction;sunwoo, chaeyoung with lots of love, my dear darling! [Be A Man series] ©moonbae, 2018.