Pusing banget banyak tugas kuliah, wp gak kepegang. Sorry, guys. Serius, tadinya gak mau lanjut karena mikir cerita ini udah dilupain. Ternyata, beberapa dari kalian masih votes+komen. Thanks a ton, babes! So, here we go!
—
Hari minggu adalah hari khusus bagi Chaeyoung untuk memanjakan diri selagi orang tuanya pergi ke luar kota.
Seperti biasa, Chaeyoung akan maskeran, marathon film sambil makan popcorn, mandi sore ditemani lilin aroma terapi, dan lain-lain.
Sayang sekali, sepertinya tidak ada hari tenang untuk saat ini.
Baru saja ia menyalakan shower, bell rumahnya sudah berbunyi berkali-kali. Ada yang sengaja memencet dengan barbar.
"Chaeyoung, main, yuk!"
"Yang namanya Chaeyoung, keluar, dong!"
Nah, benar, kan?
Karena sudah tak tahan, Chaeyoung segera memakai baju dan membungkus kepalanya dengan handuk.
Sebelum turun, ia mengintip dari jendela kamar.
Ada Jiheon, Seonho, Yuvin, Yohan, Sunwoo, dan Yujin yang berada di baris paling depan.
Tak ingin mengganggu ketenangan para tetangga, gadis itu buru-buru menghampiri enam orang tersebut.
"Salam love, peace, and gaul!" teriak Yohan.
Iya, memang begitu salam yang dibuat oleh Yuvin. Terkesan alay dan kuno ala anak gaul tahun 2013-an.
"Kok gak dibales?" tanya Yujin.
Kalau kata Sunwoo, ini adalah perkumpulan ABG Bougenville. Minus Seonho.
"Iya, iya. Salam!" balas Chaeyoung.
Chaeyoung memperhatikan enam orang tersebut, mereka tampak aneh. Bahkan, Jiheon juga.
"INI MAU NGAPAIN? KOK BAWA BAWA OBOR?" pekik Chaeyoung.
Seriusan, dengan pakaian rapi, mereka bawa obor.
"Mau ngajak ikutan pawai," jawab Seonho.
Dengan cepat, Chaeyoung menutup gerbang. "Oh, skip berat. Gue mau di rumah aja. Udah, ya! Jangan gang—"
"Eh, tunggu!" cegah Yujin. "Bercanda doang, jangan serius serius amat napa sih!"
Keluarlah logat betawinya.
Iya, Yujin ini orang asli Jakarta. Di Bandung cuma ada rumah dinas ayahnya yang bakalan dikunjungi kalau liburan.
Jadi, jangan heran kalau anak ini jarang kelihatan.
Chaeyoung berdecak sebal, lalu kembali membuka pagar. "Jadi, apa tujuan abang dan adek-adek mengusik ketenangan rumah orang lain?" sindirnya.
"Jadi, begini.. maksud kedatangan kami adalah ingin menyampaikan niat tulus dari adik saya yang kedua dari enam bersaudara," timpal Yuvin selaku tetua.
"Hah? Tadi katanya pawai, kok jadi lamaran?"
Chaeyoung bingung sendiri.
Tanpa aba-aba, Yohan mendorong Sunwoo. Kemudian, kelima orang itu kabur.
Chaeyoung semakin bingung.
Tersisalah Chaeyoung yang tampak seperti orang linglung dan Sunwoo yang hanya cengengesan. Keduanya seperti kombinasi sempurna pasangan bodoh.
"Apa, sih? Gue gak ngerti, sumpah!"
"Yaudah, nanti baca ini biar ngerti," kata Sunwoo sembari menyodorkan map berwarna biru dan plastik hitam.
"Apa lagi ini?" tanya Chaeyoung.
Karena Sunwoo sangat out of the box, Chaeyoung tak bisa menebak tingkah maupun kepribadiannya.
"EHHH, YAAANGGG??? Jangan dibuka dulu!" seru Sunwoo dengan wajah panik saat Chaeyoung mengintip isi plastik.
"Apa? Apa? Kenapa, sih? Ada apa?"
Kan Chaeyoung jadi ikutan panik.
"Itu.. aku lari dulu, tunggu aku sampe di depan rumah Jiheon."
Belum sempat menjawab, Sunwoo sudah mengambil langkah seribu.
Ketika sampai, pemuda itu memberikan isyarat dari jauh.
Sesuai perintah, Chaeyoung buka map yang ternyata berisi CV, sebuah amplop, dan liptint Dear Darling.
Senyum Chaeyoung luntur seketika.
"LO TAU DARI MANA?" teriak gadis itu karena tidak mungkin orang tuanya yang memberitahu panggilan tersebut.
Dari kejauhan, Sunwoo hanya mengangkat bahu sembari tersenyum mengejek.
Kemudian, Chaeyoung beralih ke amplop. Hal yang pertama ia lihat adalah judul surat di dalamnya.
1001 Alasan Chaeyoung Harus Nerima Sunwoo.
"Oh, ini jawabannya?"
Lagi, Sunwoo tak menjawab. Ia hanya tersenyum sebelum kabur.
—
Iya, ini jawaban dari pertanyaan Chaeyoung di chapter sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Dear Darling - Sunwoo ✓
Fanfic;sunwoo, chaeyoung with lots of love, my dear darling! [Be A Man series] ©moonbae, 2018.