Ini masih pagi buta tapi aku dan yang lain sudah berkumpul didalam bis khusus yang akan mengantarkan kami ke pelabuhan di daerah Wando. Ada beberapa staff juga member BTS yang lain; Namjoon yang sedang bermanja dengan Seokjin hyung dan Hoseok yang sibuk bermain game bersama manisku berada dibarisan sampingku.
Ya, sesuai dengan yang ia katakan waktu itu walau sebenarnya ideku, Jimin ikut perjalanan kami ke Jeju.
Seokjin hyung yang ternyata berpura-pura sakit sangat membantuku untuk menjalin pendekatan dengan pria manis itu. Seperti yang sudah ku tebak Jimin pasti akan protes saat tahu ternyata manajer kami bisa ikut. Tapi yah, namanya juga Seokjin hyung yang punya banyak alasan dan bakat aktingnya akhirnya berhasil merayu Jimin untuk ikut.
"Aku masih sakit, Jiminie. Tapi siapa tahu karena udara pulau Jeju dan suasananya mampu menyembuhkanku."
Jimin hanya mengangguk kala itu walau aku tahu ia sedikit merasa kesal yang terlihat dari majunya bibir plump itu. Yang selalu membuatku penasaran dengan rasanya. Saat menempel dikulit leherku saja terasa lembut sekali, bagaimana jika aku hisap sedikit apakah akan lebih lembut lagi atau bahkan lumer dimulutku?
Saat membayangkan hal itu membuat pandanganku terlepas dari Jimin, kursi sebelah Hoseok telah kosong sekarang. Mataku berpendar ke sekeliling, tidak ada tanda-tanda manisku ada disini. Dalam hatiku berkata mungkin saja ia sedang di toilet sekarang.
"Oh, Hoseok. Ada yang ingin aku tanyakan?" kata seorang staff yang berpindah tempat duduk disamping Hoseok.
Aku sedikit penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, tapi rasa kantuk membuatku memejamkan mata dan menghentikan kerja indera pendengarku untuk mulai berkelana dalam alam bawah sadar.
Ini masih pagi, dude.
Aku terbangun saat kepalaku tidak sengaja terantuk jendela bis, lalu beberapa saat mencoba menyesuaikan mataku dengan cahaya matahari yang mulai meninggi. Aku merasa bahuku begitu berat, kupikir mungkin karena posisi duduk ini sampai akhirnya aku melihat helaian rambut berwarna pink milik seseorang yang bersandar dibahuku.
Oh, bagaimana bisa manisku berakhir disini?
Aroma manis masih setia berseliweran disekitar Jimin. Setelah aku ukur bahkan jika jarak Jimin lebih dari tiga meter dariku aroma itu tetap tercium. Aku sudah pergi konsul sesuai anjuran Namjoon, tapi jawaban pasti belum aku dapatkan dari dokter.
Yah, setidaknya ini tidak mengganggu tapi malah membantuku mencari Jimin. Seperti radar dalam kapal inderaku menangkap sinyal wangi yang terpancar dari Jimin, seru juga.
Sebelah tangan Jimin terjuntai bebas pada samping kursi membuatku inisiatif untuk membawanya kedalam pangkuanku. Posisi kepalanya pun ku atur sedemikian rupa agar lebih nyaman. Sedangkan tanganku juga kulingkarkan dipinggangnya; kami berpelukan sekarang.
Surai lembut Jimin bergerak bebas seiring dengan guncangan bis, seperti menari. Ku usap lembut hingga Jimin mendusalkan kepalanya ke arahku; like a cutie calico cat.
Semburat merah muncul dikedua pipi dan pucuk hidungnya, mungkin karena dingin terpaan pendingin tepat diatas kami. Jariku bergerak mengikuti pola wajahnya.
"Hmmm." gumam Jimin sembari mengeratkan pelukannya. "Jungkookie, kenapa dingin sekali, kecilkan pendinginnya hyung kedinginan."
Jungkook? Siapa dia? Sepertinya tidak asing.

KAMU SEDANG MEMBACA
LICKED -yoonmin ✔
FanfictionRasamu manis, sungguh. Yoongi !top Jimin !bottom ©Jan 2019