Hari ini para anak trainee hanya latihan beberapa jam saja, setelah satu bulan lamanya latihan selesai sampai larut malam akhirnya mereka diberi sedikit kelonggaran.
Semua bersorak senang tak kecuali Jungkook juga Jimin. Seorang teman mereka—Yeonjun, mengajak untuk keluar bersama. Tapi Jungkook menolak dengan alasan akan pulang ke rumah untuk mengunjungi keluarga, padahal setelah keluar ruangan dengan cepat ia menarik Jimin. Mengajaknya untuk pergi makan ke restoran baru di dekat agensi yang sudah sejak awal dibuka ingin sekali ia kunjungi.
Sebelum turun mereka pergi dulu ke dorm yang berada satu lantai diatas ruang latihan. Berniat membersihkan diri terlebih dahulu karena peluh yang membanjiri diri. Tak butuh waktu lama—karena memang tidak sabar, Jungkook sudah siap dengan kemeja hitam berpola kotak berbahan flanel dan dilengkapi celana jeans coklat.
"Bantet! Ayo lebih cepat, keburu jam makan siang dan ramai!"
Jimin yang masih berusaha memakai celananya didalam kamar mandi hanya bisa mendengus malas. Inginnya ia tidur saja, lelah sekali rasanya. Tapi bocah kelinci ini sungguh tidak bisa ditolak.
Baru saja keluar dari kamar mandi tiba-tiba saja Jimin dan Jungkook sudah tiba di lobi gedung agensi, benar-benar dahsyat tarikan pada lengannya yang dilakukan oleh Jungkook. "Yak, pelan-pelan!" titah Jimin dengan memaksa melepas pergelangan tangannya dari jeratan Jungkook.
"Lihatkan pergelanganku sampai merah begini," tambah Jimin.
"Aduh, maaf hyung. Ya ampun maafkan aku hyung-ku yang bantet. Maaf," mukanya memang penuh rasa sesal tapi mulutnya itu malah membuat Jimin jadi kesal.
"Bisa tidak jangan bilang aku bantet, aku sudah diet, tahu!"
"Lho, sudah diet? Tapi kenapa pipi, dada, dan bokongnya masih besar begitu?" tanya Jungkook sambil tertawa dan memukul bokong Jimin.
"Hei, kelinci semok! Tidak sadar apa bokongmu lebih besar dariku?!" balas Jimin juga dengan melakukan hal yang sama pada Jungkook.
Mereka terus seperti itu selama berjalan menuju pintu utama gedung. Lobi gedung ini luas sehingga untuk jalan ke arah pintu utama gedung lumayan memakan waktu yang lama bila saling memukul bokong seperti Jimin dan Jungkook lakukan. Mereka sukses menjadi perhatian seluruh mata yang ada disana.
Tak terkecuali satu mata kucing yang berhasil bersitatap dengan Jimin. Sejenak dunia berhenti saat pandangan mereka bertemu. Jimin yang mendadak diam saja tanpa memberikan perlawanan pada Jungkook membuatnya heran. Pandangan Jimin fokus ke arah belakang tubuhnya.
"Apa yang kau lihat, sih?" Jungkook bertanya, hendak memutar kepalanya ke arah pandang Jimin tapi lebih dahulu ditahan oleh yang lebih tua.
"Diam! Jangan lihat!"
"Kenapa?"
"Hei, kau 'kan sudah berbohong pada Yeonjun. Disana ada anaknya, jadi jangan melihat ke arah sana, jangan memalingkan muka."
"Ih, serius?" tanya Jungkook lagi.
"Ikuti saja kataku, bocah. Cepat kita jalan ke arah pintu paling ujung."
Jungkook yang merasa tidak enak dan tidak mau ketahuan berbohong pada Yeonjun menuruti saja apa kata Jimin. Mereka berjalan ke arah pintu dengan tubuh yang sedikit miring, sedang Jimin yang menggunakan jaket hoodie kebesaran berwarna pink itu menaikan hoodienya sehingga menutupi sempurna kepalanya.
Hanya tinggal dua langkah lagi saja mereka bisa melewati pintu dan keluar, tapi Jungkook berhenti. Memegang dadanya dengan mata doe-nya yang melebar.
"Tunggu, hyung. Dadaku."
"Hei, kenapa? Lapar membuat sakit dadamu? Yasudah ayo cepat pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LICKED -yoonmin ✔
FanfictionRasamu manis, sungguh. Yoongi !top Jimin !bottom ©Jan 2019