15

4.9K 496 72
                                        

"Ish, dingin. Jangan mengangguku, katanya mau pergi!"

Gerutu Jimin saat merasakan dingin menjalar pada kulit lehernya. Selepas kepergian Jungkook niatnya ia akan mengistirahatkan diri sejenak disini, masih terlalu lelah untuk kembali ke kamar. Pun tempat latihan ini juga tidak akan segera digunakan lagi untuk hal lain. Jimin memejamkan matanya untuk tidur tapi adiknya itu malah mengganggunya.

"Buka dulu matamu, Park. Baru bicara."

Seketika terbuka, netranya menangkap sosok pria pucat yang sedang menunjukan gummy smile yang dia miliki. Oh, jadi yang dimaksud Jungkook sudah ditunggu ternyata kehadiran sosok ini. Tubuh beranjak bangun tapi satu telunjuk berhasil menahannya tepat di dahi untuk kembali berbaring. Sang empu turut ikut disampingnya.

"Kenapa kesini?" tanya Jimin.

"Langkah pertama yang kulakukan untuk mendekatimu, masih ingat 'kan apa yang ku bilang satu minggu lalu?"

"Tapi dengan posisi begini aku tidak bisa minum, lho," seraya terkekeh Jimin mengangkat kaleng cola lalu menggoyang-goyangkannya.

Pria pucat itu akhirnya duduk lalu menarik Jimin juga. Kini saling berhadapan, Yoongi mengambil kaleng milik yang lebih muda untuk dibuka setelah membuka miliknya. Bunyi kedua minuman soda beradu itu terdengar menggema. Masing-masing minum dengan khidmat sampai habis setengah.

"Terima kasih."

"Sama-sama. Jangan terima minuman dari orang lain, mengerti?"

"Huh, kenapa?"

"Karena aku akan membawakanmu minuman jika selesai latihan, mine."

Jimin mencebik, "Setahuku kau sangaaat sibuk lho tuan idol, atau Agust D sekarang sudah jadi pengangguran dan beralih profesi?"

"Kalau aku tidak ada, beli sendiri. Jangan manja!"

"Lebih baik jangan saja kalau begitu."

Tak ada niat membalas lagi karena minat Yoongi sekarang adalah memperhatikan makhluk indah didepannya. Dengan atasan putih berbahan kaus yang potongan kerahnya lebar, agak sedikit melorot hingga menampilkan bahu mulus yang masih terlihat lembab oleh keringat. Celana training hitam bergaris agak ketat juga sangat baik menunjukan betis yang sedikit lebih berotot dari miliknya serta paha yang berisi.

Jangan pancing Yoongi untuk menggambarkan dua buah sekal itu juga karena posisi yang duduk membuat mereka tidak kelihatan.

"Kau seram, tahu?" ujar objek itu membuyarkan lamunannya. "Melihat sampai matamu mau keluar seperti itu, jangan-jangan ini kebiasaanmu ya?!"

"Kemarin sih belum, mulai sekarang ini akan jadi kebiasaanku kok, manis," ujarnya dengan alis yang naik turun.

Entah mulai sejak kapan mulutnya begitu mudah mengeluarkan kalimat gombalan seperti itu. Kalau Yoongi mengingatnya lagi akan jadi malu sendiri, tapi itu tidak bisa dikontrol jika sedang bersama Jimin. Apalagi saat melihat Jimin yang tersipu seperti ini setelah mendengar kalimatnya. Tidak mau berhenti.

Karena Jimin yang tersipu itu sangat cantik.

"Awas saja kalau ke yang lain, ku colok matamu baru tahu rasa!"

Yoongi tergelak mendengarnya. Jadi begini ya rasanya dicemburui oleh orang yang kita sukai; ralat cintai. Mana semanis ini pula, bibirnya yang mencebik semakin membuatnya tambah lucu bukan seram karena sedang mengancam sesuai kalimatnya.

Yoongi paham. Tanpa harus mengeluarkan kalimat penerimaan atas cinta yang ia berikan, Jimin sudah menunjukannya melalui tatapan mata. Juga bahasa tubuhnya yang menyambut afeksi Yoongi dengan baik sudah lebih dari cukup membuat hatinya menghangat pula kelegaan memenuhi rongga dada.
Seminggu berlalu setelah selesainya kesalahpahaman inginnya menghabiskan waktu untuk selalu dekat. Hanya saja pekerjaan dan tanggung jawab dari masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan menyisakan rindu menggunung yang terasa, bagi Yoongi, dan ia harap pria manis itu juga merasakannya; ia meragu sebab belasan pesannya tidak dibalas satu pun.

LICKED -yoonmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang