Senja mulai hilang ditelan gelapnya malam. Minimini couple sudah berada di mobil untuk pulang ke apartemen milik Yoongi. Tentu saja setelah adegan pemaksaan yang membuat pria mungil sibuk mencebik di sebelah kanan kursi kemudi.
Selesai memarkirkan mobil yang lebih muda turun lebih dulu sambil membanting pintu; masih dalam mode ngambek ceritanya. Yoongi tidak ada niat membujuk malah tertawa riang melihat kelakuan imut kekasihnya itu. Jalan lebih dulu seperti tuan rumah, padahal ini kali pertama Jimin datang ke apartemennya. Ia menunggu reaksi yang akan diberikan Jimin saat bingung nanti.
"Hyung lambat! Cepat ini nomor berapa yang harus aku tekan!" katanya. Setelah masuk ke dalam lift dan termenung beberapa detik bingung memilih.
Yoongi menyusul masuk, menekan tombol dengan angka lima belas. Lalu menubrukkan tubuhnya ke arah Jimin, menciumi wajahnya tiada henti. Jimin hanya diam bersedekap dada tak mempedulikan permintaan maaf dan banyaknya tawaran yang pria pucat itu berikan agar ia luluh.
"Pipimu jadi tirus, nanti kita pesan banyak makanan ya supaya tumbuh lagi," kata Yoongi.
"Sengaja, aku sedang diet, hyungie," jawab Jimin yang kini berusaha menjauhi wajah Yoongi yang masih terus menciuminya sampai agak basah berkat liur yang ikut menempel.
"Untuk apa? Pipi tembammu, enak kalau hyung gigit."
"Aku yang gak enak, manajer terus-terusan mengomeliku, tahu."
"Siapa? Beritahu aku."
Jimin memutar matanya jengah.
Pintu lift terbuka saat monitor menunjukan posisi ada di lantai tiga. Seorang nenek masuk. Yoongi menarik Jimin untuk bergeser ke sudut, memeluk dari belakang sambil sibuk mengendusi tengkuk milik Jimin. Kecupan kupu-kupu pun dilayangkan terus menerus, membuat suaranya mengganggu sang nenek yang kini menatap mereka heran.
Jimin total malu, sekaligus takut. Di tempat umum seperti ini saja Yoongi berani melakukan hal semaunya bagaimana nanti kalau ia masuk ke kandangnya.
Tatapan sang nenek makin aneh, alisnya sampai menyatu, "Duhai anak muda, bisakah kalian tunggu sampai nenek ini keluar? Lakukan itu nanti. Dasar!" tongkat yang digunakan sang nenek sebagai alat bantu berjalan sidah terangkat setengah.
Jimin berjengit takut sambil terus memaksakan senyum ramah. Dan tangannya bergerak menggapai rambut Yoongi untuk menjambak agar berhenti.
"Mandi dulu.""Tidak mau."
"Memangnya tidak gerah?"
"Gerah."
"Ya sudah mandi sana," titah Yoongi.
Yoongi sendiri baru saja keluar dari kamar mandi dengan bathrobe membaluti. Menyuruh Jimin yang sedang telentang di atas kasur untuk segera mandi juga.
"Ini," lanjut Yoongi sambil memberikan setelan piyama.
"Kok piyama?"
"Iya, menginap ya?"
"Aaaa, aku mau pulang. Tidak mau."
"Silahkan saja kalau bisa."
Jimin terpaksa menerima piyama tersebut dan beranjak untuk mandi, karena ucapan Yoongi itu tak terbantahkan. Semenjak delapan bulan lalu dimana mereka memulai menjalin kasih, Jimin seperti disihir untuk tidak membantah apa yang Yoongi katakan. Tidak ada yang aneh sih memang, tapi kan.. ah, tahulah.
"Tapi, hyungie. Aku 'kan tidak bawa ganti pakaian dalam," cicit Jimin pelan.
Yoongi terkekeh, "Yasudah, tak usah pakai."

KAMU SEDANG MEMBACA
LICKED -yoonmin ✔
FanfictionRasamu manis, sungguh. Yoongi !top Jimin !bottom ©Jan 2019