"Mengapa aku?"
"Karena itu kamu, Park Jimin."
Ini masih pagi, setelah dipikirkan beberapa saat akhirnya Jimin memutuskan untuk tidak menghindar lagi. Kiranya alasan apa yang akan diberikan pria pucat yang sedang berbaring disampingnya.
Sama-sama telentang menatap langit kamar, padahal Jimin juga tahu sesekali pria itu meliriknya melalui sudut mata. Ini kali kedua mereka tidur bersama. Bukan karena keinginan Jimin, andai saja tadi malam ia tidak hilang kesadaran mungkin ia akan bangun dikamarnya bersama Seokjin; bukan seorang Min Yoongi.
Sebelumnya, ia bangun tepat dihadapan dada putih pucat polos tanpa pakaian; lagi. Kaget sudah pasti. Tapi ia berusaha tenang sambil menahan jeritannya tercekat di tenggorokan. Menatap wajah Yoongi yang tertidur dengan mulut sedikit terbuka; lumayan lucu.
Selimut disibakan perlahan, pakaiannya lengkap bahkan masih ada sedikit pasir yang menempel membuatnya yakin dengan kejadian tadi malam. Sebuah tangan yang melingkari pinggangnya dipindahkan perlahan-lahan tanpa ingin membuat si empunya terbangun.
Sekarang harus tenang, batin Jimin. Selain karena makin lama ia makin jengah berurusan dengan idol ini, rasa penasaran juga sedikit timbul akibat ucapan Yoongi semalam. Entah apa yang dia katakan benar atau hanya bualan belaka, Jimin hanya ingin penjelasannya saja.
Kembali lagi, Jimin merubah posisi jadi tepat menghadap Yoongi yang masih setia menatap langit-langit.
"Ayolah, kenapa Park Jimin?" tanya Jimin sekali lagi.
"Karena itu namamu?"
"Serius, hyuuuuuuung."
Yoongi kini ikut menghadapkan tubuhnya ke arah lawan bicaranya, "Aku serius, Jiminnie. Coba lebih spesifik lagi pertanyaannya biar aku bisa jawab dengan benar."
"Kau terlalu dekat. Lebih mundur sedikit!"
"Kalau aku mundur, nanti aku jatuh, mine."
Pria manis itu memutar matanya malas, "hentikan semua panggilan itu, aku tak suka."
"Kenapa?" tanya Yoongi bingung.
"Hei, ini saatnya sesi Park Jimin bertanya. Kau tidak ada kesempatan bertanya."
"Jadi apa yang mau kau tanyakan, Park Jimin? Biasanya wartawan yang berhasil mewawancaraiku harus membayar mahal dulu, lho."
"Aku hutang dulu, nee. Pertanyaan pertama, apa maksudmu tentang wangi dan manis yang kau bicarakan tadi malam?" tanya Jimin dengan menekankan dua kata yang paling utama.
"Aku sudah jelaskan. Ingat, di studioku saat pertama kali-- oh tidak, kedua kali kita bertemu. Hanya itu yang aku tahu dan sedang mencari tahu juga, aku juga penasaran dengan semua ini," jelas Yoongi.
"Tapi kenapa kau harus membuatku pusing dengan segala tingkahmu itu? Tahu tidak kepalaku hampir pecah karena penuh dengan dirimu."
Yoongi malah tergelak, "Whoa, ternyata kau selalu memikirkanku ya sampai rasanya seperti itu."
Jimin mendelik marah ke arah Yoongi. Saat ini ia sedang serius mengapa idol pucat menyebalkan itu malah menjawab dengan main-main, setidaknya berusahalah untuk serius kalau memang hidupnya selalu main-main saja.
"Yak, bukannya begitu! Kau itu selalu saja membuatku pusing, padahal kita tidak akrab dan baru kenal selama satu minggu, Min Yoongi! Rasanya gila kau tahu? Bahkan dengan beraninya kau mencuri first kiss-ku, yang ku jaga baik-baik untuk orang yang tepat nanti. Maksudmu apa? Aku tahu kau itu seorang idol yang banyak harta yang bisa melakukan segalanya, tapi apa harus tindakanmu bisa semena-mena seperti itu. Walau karena aku seorang manajer penggantimu sekarang, aku tidak tahu apakah akan digaji atau tidak, merugikanku atau tidak karena melewatkan sesi latihanku sebagai trainee! Itu karena kau yang seenaknya--"

KAMU SEDANG MEMBACA
LICKED -yoonmin ✔
FanfictionRasamu manis, sungguh. Yoongi !top Jimin !bottom ©Jan 2019