13

5.1K 516 52
                                        

Jimin dibawa ke lantai paling atas oleh Yoongi, denting lift berbunyi tepat pada angka tujuh. Saat pertama kali keluar yang terpikirkan adalah lantai ini seperti bukan bagian dari yang namanya rumah sakit. Mungkin lebih mirip dengan hotel mewah yang ada pada bayangan Jimin, karena ia belum pernah kesana tentunya.

Pria pucat didepannya masih terus saja berjalan—tangannya dengan setia menggenggam milik Jimin. Sempat menolak tapi tahu sendiri seperti apa Min Yoongi.

Dalam hati bertanya apa Yoongi akan menemui langsung kepala rumah sakitnya, sebab pintu berbahan kayu oak didepannya sungguh besar sekali. Pasti harganya bisa mencapai satu tahun gaji paruh waktu Jimin. Apalagi saat mereka mulai memasuki ruangan yang dominan warna pastel kecuali perabotan yang berbahan kayu sama seperti pintunya. Ini sama sekali tidak menandakan sebuah ruangan dokter hanya saja jika jas putih itu tidak tergantung dengan apik diujung ruangan.

Mata Jimin masih terus berkeliling ke semua sudut ruangan sampai sebuah suara menginterupsinya.

"Yo, Yoongs!"

Yang disapa hanya menatap datar lalu duduk disebuah sofa tanpa menunggu dipersilahkan. Jimin yang masih tertaut tentu saja ikut duduk walau ia merasa tidak enak. Tapi orang itu terlihat biasa saja dan ikut duduk di sofa tunggal.

"Wah, cantik, siapanya vampir ini?" tanya orang tersebut pada Jimin.

Jimin hanya bengong saja memperhatikan orang itu. Pria yang mempunyai mata serupa kucing yang tajam juga kulit putih yang pucat. Oh my, kenapa mirip sekali dengan Yoongi.

"Mirip sekali," lirih Jimin pelan namun tetap terdengar.

Suara tawa terdengar menggema, Woozi pelakunya—orang yang mirip dengan Yoongi, sang pemilik ruangan.

Jimin menutup mulutnya kaget lalu ia melirik ke arah Yoongi yang terlihat pusing mendengar suara tawa Woozi.

"Tuhkan, kita memang mirip, hyung!" ujar Woozi disela tawanya.

"Jangan mimpi, Jihoon."

"Yak! Woozi! Jangan panggil nama itu!" kesal Woozi melempar Yoongi dengan bantal sofa, "Halo, aku Lee Woozi, dan kau siapa cantik?"

"J-jimin, Park Jimin."

"Ck, tak usah basa-basi, Jihoon. Cepat jelaskan apa hasilnya?"

"Sudah kubilang jangan panggil seperti itu!"

Woozi yang setengah kesal tetap beranjak dari duduknya menuju meja dekat jas putih digantungkan. Disana terdapat seperangkat komputer dan patung anatomi manusia, serta sebuah papan nama yang berisi nama Lee Woozi dengan gelarnya juga statusnya dirumah sakit—Dokter Ahli Saraf.

Setelah beberapa menit mengutak-atik isi komputer ia bangun sambil membawa sebuah tablet dilengannya, kembali menuju Jimin dan Yoongi berada.

"Periksa ponselmu, aku telah mengirim email. Lebih baik kau melihatnya sambil aku menjelaskan," Woozi melirik ke arah Jimin, "tapi bagaimana dengan?"

Yoongi mengerti maksud Woozi atas keberadaan pria manis yang datang bersamanya, "tak apa karena dia sumber masalahnya."

Woozi memekik riang, menatap penuh minat ke arah Jimin yang kebingungan karena disebut sumber masalah. Masalah apa yang ia buat sampai Yoongi harus pergi ke dokter saraf seperti ini? Lalu kenapa pula ia yang menyebabkan masalah itu terjadi?

Dokter itu mulai bertingkah aneh menurut Jimin, karena dia mendekat sambil mengendus-endus di sekitar Jimin. Woozi sekarang tepat berada dihadapan Jimin—sangat dekat. Membuatnya gugup setengah mati dan tanpa sadar menggenggam erat tangan Yoongi.

LICKED -yoonmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang