"Jika membantu mu ada suatu hal yang mudah mengapa tidak aku membantu dan meringankan masalahmu"
~Harumi Leorin~ARDEN tampak sangat lelah setelah melakukan pemanasan di jam olahraga.
Bayangkan saja harus keliling sekolah SMA Rosey yang sangat luas lokasinya sampai harus memakan waktu kurang lebih dua puluh menit.Arden mengambil air mineral yang ia letakkan di atas kursi di bawah pohon rindang itu.
Ia meneguk seluruh isi yang ada dalam botol tersebut sampai tak bersisa sedikit pun."Main basket yuk, Den tiga lawan tiga." ucap seorang cowok yang baru saja menghampirinya sambil memantul-mantulkan bola basket yang ada padanya-Yogi.
Arden menggeleng, karena Arden masih sangat lelah sehingga belum berniat melakukan permainan olahraga apapun.
Benar, dia masih terlalu lelah.
"Nggak, duluan aja gue masih capek." ucapnya sambil mengipas-ngipas badannya yang terasa gerah menggunakan kedua tangannya.
"Gitu aja capek, cemen lo Den." balas Yogi sambil melemparkan bola basket itu ke arah Arden.
Dengan cepat Arden menangkap bola basket itu sehingga ia tidak harus menahan sakit akibat lemparan bola basket dari Yogi.
Arden berdiri dari dudukannya kini ia mulai tak sabar "Apaan sih! Gue bilang nggak yah nggak kok lo maksa." sinis Arden dan membalas melempar bola basket itu kepada Yogi.
Yogi pun dengan sigap menangkap bola basket itu lalu nyengir merasa tak melakukan kesalahan apa pun.
"Santai Den kok lo jadi sensi? Gue nggak ngajak gelut kok lo malah mancing ribut?" ucap Yogi lalu meninggalkan Arden tanpa menunggu balasan apapun dari mulut Arden.
Arden tak menggubris apa yang dikatakan Yogi, Arden hanya menghela nafas jengah lalu kembali duduk di tempatnya semula merasa tak peduli dengan kejadian singkat tadi.
Kini saat Arden mulai tenang, giliran Bagas yang mengganggunya dengan mengajak bermain bulu tangkis. Tentu saja Arden menolaknya mentah-mentah tanpa harus memikirkan perasaan Bagas nantinya.
Mungkin perasaannya saat ini sangat-sangat hancur alias bad mood. Entahlah, Arden sangat tidak bersemangat melakukan hal apapun. Saat ini ia hanya ingin duduk dan diam. Dua hal yang membosankan di jam olahraga seperti ini.
"Den, main bulu tangkis yuk?" tawar Bagas saat pergama kali melihat Arden yang masih duduk tenang di bangku yang ada dibawah pohon rindang itu.
"Nggak, gue capek." ucapnya tanpa pikir panjang.
Bagas berpikir sejenak, ia sangat kenal dengan sohibnya yang satu ini. Jika sedang merasa kesal seperti ini pasti ia akan menolak apapun tanpa berpikir panjang. Seperti saat ini, Arden biasanya suka melakukan permainan olahraga, basket, bulu tangkis, atau bola volly adalah hobinya, namun saat ini keliatan ia sangat tidak berminat melakukannya saat ini.
"Lo kenapa, Den?" tanya Bagas yang sekarang duduk disamping Arden sambil memutar-mutar gagang raketnya.
Arden tak menjawab ia sedang berpura-pura tidak mendengar ucapan Bagas.
"WOIY!!" ucap Bagas sedikit teriak di telinga Arden karena merasa diabaikan.
Arden terkesiap lalu mengusap-ngusap telinganya.
"Gue nggak budek ogeb." ucap Arden dengan nada ketus.
Bagas melengos mendengar jawaban Arden, "Terus kalo nggak budek ngapain lo ngacangin gue, sorry sekarang lagi nggak musim kacang."
Kini Arden menyandarkan tubuhnya di dudukannya lalu mengipas-ngipaskan tubuhnya lagi, "Gue cuma males terus capek itu doang." alibi Arden setengah berbohong.
Arden bukanlah tipe orang yang jago berbohong terkadang ia suka salah tingkah setelah melakukan kebohongan. Seperti sekarang ia mengambil posisi baru setelah mengatakan kebohongan.
Tapi tidak semudah itu, Bagas paham betul bagaimana karakter Arden jadi dengan mudah Bagas mengetahuinya."Jangan bohong Den gue bisa tau lo lagi kesel sekarang." ucap Bagas kini memperhalus suaranya
Sialan. Batin Arden.
Dia lupa kalau Bagas sudah sangat mengenalnya.
Mengapa tidak? Mereka sudah saling mengenal sejak masih kanak-kanak.
Mereka tetanggaan sejak dulu dan sampai sekarang juga.
Jadi jangan heran kalau mereka juga sering dibilang mirip karena selalu bersama sejak dulu."Gue habis kena marah nyokap gue."ucap Arden mulai membuka suara kali ini ucapannya benar.
Bagas mendelik mendengar pernyataan Arden seperti kalimat asing baginya padahal bukan hal biasa lagi kalau Arden sering dimarahi mamanya. Karena Arden dan Bagas tetanggaan, ia sering bermain atau tidur dirumah Arden jadi ia bisa mengetahui apa saja yang terjadi pada Arden saat dirumahnya. Jadi, ia paham betul apa-apa saja yang menjadi masalah Arden dirumah.
"Tumben lo kesel sampe sebegininya, biasanya lo juga dimarahin karena ngehabisin cemilan dikulkas lo dalam sehari aja." ucap Bagas dengan nada menyindir.
"Enak aja lo, lo kan juga ikut makan jadi lo juga bisa disalahkan. Masa lo enak makannya aja, makan tuh jengkol." jawab Arden tak terima disalahkan sepihak.
Bagas tak menjawab.
"WOIY!!" kini gantian Arden yang teriak ditelinga Bagas tapi dengan nada yang lebih tinggi dari Bagas sebelumnya.
"Gue nggak budek njir!" kini gantian Bagas juga yang mengusap-ngusap telinganya merasa dihantam dentuman yang memekakkan gendang telinganya.
"Terus ngapain lo diam kek bisu amatiran."
"Gue pengen." jawab Bagas asal
"Kenapa lo dimarahin sama nyokap lo? Gue nggak yakin kalo lagi-lagi hanya gara-gara pembobolan kulkas yang lo lakuin." lanjut Bagas kini dengan nada meremehkan.
Arden menegakkan tubuhnya lalu menghela nafas panjang sebelum mengatakan apa sebenarnya yang terjadi. "Jadi tadi pagi gue minum jus pokat dekat meja kerja nyokap gue, terus nggak sengaja jus gue tumpah kena laporan kuliah nyokap yang katanya harus diserahin besok, alhasil gue kena marah terus uang jajan gue mogok sebulan ini." jawab Arden dengan nada penyesalannya.
"Terus lo udah minta maaf?"
"Udah, tapi kata nyokap kata maaf gue kali ini udah nggak ada artinya lagi."
Bagas terdiam, sejenak ia memikirkan sesuatu apa yang bisa ia lakukan untuk sahabat nya itu. Jujur, ia juga nggak tega jika Arden kena marah apa lagi masalah nya seperti ini.
Inilah pentingnya seorang sahabat dan betapa berartinya ia apalagi jika berada di masalah yang rumit seperti ini. Ia nggak pernah segan bertanya dan memberikan saran apa yang harus dilakukan jika mendapat masalah. Tetapi, benar di zaman seperti ini sulit ditemukan sahabat yang benar-benar tulus. Sahabat sulit dicari tapi teman sangat mudah ditemukan. Saat kamu baru bertemu orang yang sebelumnya tak kamu kenal pun saat sudah berkenalan ia langsung menjadi teman mu, tapi tidak dengan sahabat.
Okay, cukup."Can I help you?" ucap seseorang yang sedari tadi tak sengaja mendengar pembicaraan Arden dan Bagas sehingga mengagetkan kedua spesies yang masih diam tersebut.
Spontan Arden dan Bagas mebalikkan tubuh mereka untuk mencari tahu siapa yang menawarkan bantuan dan menguping pembicaraan mereka dari tadi.
"Harumi?!"
Next.........................
KAMU SEDANG MEMBACA
Revealing [TAMAT]
Teen FictionAku kira memendam rasa hanya akan membawa rasa sakit dalam hati, tapi setelah aku berusaha menyatakan rasa itu jauh lebih sakit saat aku memendam rasa. Meskipun begitu aku akan tetap mencintai mu, jauh sebelum kamu mengetahui rasaku itu ... ||Dari a...