30 .Revealing

31 2 5
                                    

"But I am happy to ever reveal love to you, thanks."
~Arden Siandra~

SINAR pagi mulai menyinari langit angkasa. Cahayanya yang indah membuat siapa saja ingin terus memandanginya. Membangun kan siapa saja yang masih terlelap dalam mimpinya. Hari yang indah dan baru akan kembali dimulai.

"Selamat pagi ma, pa, adik Deon." sapa Harumi saat baru sampai di meja makan. Disana sudah ada Emely, Steve, dan Deon, meski mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Selamat pagi sayang. Gimana, kamu udah siap pindah dari Rosey?" tanya Emely pada Harumi yang membuat raut muka anaknya itu berubah seketika.

Harumi ragu harus menjawab seperti apa, antara siap dan tidak siap. Berat rasanya meninggalkan SMA Rosey setelah hampir tiga tahun menimba ilmu disana.

"Entahlah ma, Harumi nggak tau apa Harumi udah siap." jawab Harumi ragu.

Steve yang juga mendengarkan percakapan ibu dan anak itu ikut membuka suara sambil melipat koran yang sedari tadi dibacanya, "Bagaimana pun kamu harus siap Harumi. Papa nggak mau kamu jadi nggak nyaman sama sekolah baru kamu nanti, jika hati kamu masih di Rosey." ucap Steve dengan lembut.

Harumi mengangguk. Mau jawab apa pun rasanya membingungkan buat Harumi. Apalagi jika sudah berbicara dengan papanya-Steve, rasanya ia dibuat mati kutu oleh papanya sendiri.

"Pa, kira-kira suatu saat nanti kita masih kembali nggak ke rumah kita ini. Harumi yakin akan rindu sama rumah ini." tanya Harumi pada ayahnya.

Benar yang dikatakan Harumi. Ia pasti akan rindu tempat yang telah banyak menyimpan kenangan bahkan sejak ia masih bayi. Tempat yang pertama kali ia kenal dan di mana injakan kakinya pertama kali adalah di rumah ini. Rasanya berat sekali jika harus meninggalkan tempat yang penuh kisah hidupnya yang penuh suka duka.

"Papa rasa nggak sayang, soalnya kita mungkin akan menetap disana. Juga rumah ini kan papa bilang udah ada yang mau beli dan tidak lama lagi akan ditempati." jawab Steve sambil memasukkan sesendok nasi kemulutnya.

Seketika rasa sedih kembali mendominasi perasaannya. Sepertinya stok tisu harus tersedia di tas Harumi karena ramalan hari ini menunjukkan Harumi akan nangis parah ditambah emosi yang berkepanjangan. Cukup sekian.

Tiba-tiba Harumi melihat Deon membisikkan sesuatu di telinga Stefani. Harumi memicing curiga pada Deon karena perkataannya sulit ditebak dan terkadang menjebak Harumi pada situasi yang menyulitkannya.

"Harumi, kata Deon semalam kamu nangis sampe ngusir Deon dari kamar kamu." ucap Emely. Benar kan apa yang dibilang, Deon memang gitu orangnya suka menyulitkan di saat yang kurang tepat.

Harumi memutar otak apa jawaban yang harus ia sampaikan, salah-salah bisa gawat.
"Yaiyalah ma, masa Deon tiap datang ke kamar aku permintaan nya yang aneh-aneh. Mama banyangin aja, semalam Deon minta titipan es krim kelengkeng. Yang bener aja." jelas Harumi sambil menatap sinis ke arah Deon.

Sedangkan Deon tertawa melihat ekspresi Harumi yang jengkel dengannya.

"Tapi kok kamu sampe nangis?" tanya Emely kembali.

"Ehm, kalo itu." Harumi menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, "Semalam aku nonton drama korea ma, terlalu menghayati jadi aku nangis deh." alibinya dengan membuat nada yang mau nangis.

"Oh. Makanya kurangin nonton drakor." jawab Emely sambil menggelengkan kepalanya.

***

Arden duduk dikursinya sambil mendengarkan musik. Andy, Bagas, dan Gilang yang ada dibelakang Arden bingung mau ngajak ngomong Arden seperti apa. Kemarin rasanya semangat Arden sudah kembali utuh tapi waktu pertama kali sampai ke sekolah wajahnya kembali kusut. Arden memang labil.

Revealing [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang