"Harumi!?" ucap kedua lelaki itu serentak saat mendapati Harumilah yang berada di belakang mereka sedari tadi dan sekarang sedang senyum-senyum nggak jelas.
"Ngapain lo di situ? Nguping ya lo?" tuduh Arden terang-terangan.
Harumi terkekeh mendengar tuduhan tanpa bukti yang dilontarkan kepadanya.
"Gue nggak sengaja aja lewat terus nggak sengaja mendengar curhatan dari seorang cowok yang terasa langka bagi gue untuk mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Kenapa emang?" ucap Harumi dengan nada tak bersalah.
"Langka? Emang gue dinosaurus apa?" tukas Arden tak terima.
"Yang bilang lo dinosaurus siapa coba?" Harumi menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah aneh cowok yang ada di hadapannya ini.
Emang dinosaurus langka yah? Perasaan udah punah deh gimana sih si Arden. Hahaha.
"Lo!!"
"Kok gue sih?"
"Udah husttt husttt!! Kok kalian berdua jadi ribut sih?" ucap Bagas menengahi sambil memberikan kode dengan kedua tangannya agar tenang.
"Tadi lo bilang mau bantu, emang lo bisa bantu apa?" lanjut Bagas mengungkapkan setelah dua orang yang ada di hadapannya ini tenang.
Harumi mengingat-ingat ucapan yang berupa tawaran yang hampir saja iya lupakan tadi.
"Ohhh itu. Ya-ya-ya hampir aja gue lupa dan hampir aja gue narik ucapan gue tadi." jawab Harumi dengan wajah tak sukanya.
"Gue bisa bantu lo yah itupun jika lo itu mau, kalo nggak mau yah gue juga nggak maksa kok." lanjutnya.
Arden dan Bagas saling bertatapan sejenak menimang-nimang penawaran Harumi barusan.
"Iya kita liat dulu, lo mau bantu kita apa emang?" tanya Arden membuka suara kembali setelah beberapa detik hening sejenak.
Harumi melipat tangannya di atas dada, "Mudah aja lo tinggal bawa laporan nyokap lo itu ke gue dan sisanya tinggal urusan gue." jelasnya.
"Mau lo apain? Jangan bilang lo mau ketik terus print, sorry tapi laporannya itu harus tulisan tangan." tolak Arden dengan nada ketus.
"Lo nggak perlu tahu gimana caranya, tugas lo hanya membawa laporan nyokap lo itu ke gue, setelah itu masalah lo selesai."
"Ngak mu-"
"Udah Den coba aja." potong Bagas cepat. Ia tahu bahwa Arden akan meluncurkan banyak pertanyaan sampai yakin dengan tawaran Harumi itu.
"Tapi Gas lo nggak tahu kalo nyokap gue begadang dua malam untuk nyelesaiin tuh laporan dan tuh cewek dengan yakinnya menyelesaikannya dalam waktu semalam. Nggak mungkin Gas, nggak mungkin." sanggah Arden.
"Yah mana tahu mungkin, coba aja dulu kali. Setidaknya lo ada usaha mau tanggung jawab untuk apa yang telah lo perbuat." ucap Bagas meyakinkan.
Dengan perasaan terpaksa Arden mengiyakan tawaran Harumi.
"Okelah gue mau, nanti sore gue bawain laporannya ke-," Arden terdiam sejenak memikirkan kemana ia akan mengantarkan laporan itu pada Harumi, "Diantar kemana?" ucapnya lagi karena tidak menemukan jawaban.
Harumi mengeleng-gelengkan kepalanya.
Heran, Harumi sempat meragukan apakah otak cowok yang ada di depannya itu masih berfungsi apa nggak."Yaelah itu juga pake ditanya, yah kerumah gue lah. Masa harus gue yang jemput kerumah elo. Hishhh."
"Masalahnya gue nggak tahu rumah lo dimana ogeb."
"Oh gitu, bilang dong dari tadi." ucap Harumi sambil mengehela nafas, "Jalan Teuku Umar gang terpaksa no 78." lanjutnya singkat, padat, dan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revealing [TAMAT]
Novela JuvenilAku kira memendam rasa hanya akan membawa rasa sakit dalam hati, tapi setelah aku berusaha menyatakan rasa itu jauh lebih sakit saat aku memendam rasa. Meskipun begitu aku akan tetap mencintai mu, jauh sebelum kamu mengetahui rasaku itu ... ||Dari a...