4

58 3 0
                                    

Vote, komen share
Tandai typo
Happy reading :)

***

Hari ketiga MOS berjalan lancar, semua orang sangat bersemangat untuk menyelesaikan hari ini.

Dimana tidak ada lagi seragam SMP.

Yang hanya ada seragam SMA.

Hari ketiga MOS berjalan dengan lancar, seperti biasanya, ada tradisi meminta tanda tangan kepada kakak kelas yang menjadi panitia MOS.

Dari tadi Anaya senyum - senyum sendiri membayangkan akan bertatap muka langsung dengan sang pujaan hati.

Karna pada hari ini, dia akan tau siapa sosok dia atap sekolah yang membuatnya jatuh cinta.

Melalui tradisi tanda tangan ini, dia akan tau siapa nama dari sosok itu, dan akan menjalani perannya sebagai stalker.

Peluit di tiup, menandakan semua orang sudah dapat memulai berlomba- lomba mencari tanda tangan kakak kelas.

"Ayo, Nay jangan bengong, inget nggak yang paling sedikit bisa dapet hukuman" ujar Lili sambil menarik lengan Anaya.

Anaya dan Lili menghampiri salah satu kakak kelas ceweknya yang sedang jalan sendirian di koridor, tidak seperti kakak senior lainya, yang berusaha agar para adik kelasnya susah mendapatkan tanda tangan mereka.

Berasa artis.

"Kak, nama kakak siapa" tanya Lili.

Kakak kelas cewek itu memandang Lili sebentar, lalu beralih menatap Anaya, setelah itu pergi meningallkan mereka berdua.

Mereka berdua berjalan lagi, mencari kakak kelas yang akan mereka minta tanda tangan.

Kenapa pada saat ini para kakak kelas seolah di telan bumi, semuanya menghilang.

"GUE KAK"

"GUE KAK"

"SATU LAGI NIH KAK"

Anaya dan Lili saling pandang, lalu berlari dengan kencang ke arah kerumunan, yang sepertinya adalah kerumunan yang meminta tanda tangan.

Anaya dan Lili ikut mendesak ke arah kerumunan itu, Anaya melihat, hanya satu orang, lebih baik dia mencari yang lain.

Tunggu ada 3 orang di dekat parkiran, Anaya mencoba menajamkan penglihatannya, bingo batin Anaya itu kakak kelas panitia MOS.

Anaya segera berlari ke arah kakak kelas itu. Anaya berjongkok, mencoba menetralkan nafas nya.

"Kak, minta tanda tangan" ucap Anaya.

Tiga orang kakak kelas itu saling pandang, lalu tersenyum Anaya menangkap dari senyum itu tidak, dia dalam bahaya sekarang.

"Lo mau dapetin tanda tangan kita?"

Anaya menganguk.

"Coba deh lo gombal ke kita bertiga, kalo diantara kita bertiga ada yang ngerasa baper, lo bisa dapetin tanda tangan kita bertiga, beserta kia kasih tau di mana panitia bersembunyi" ujar kakak kelas dengan kulit sawo matang .

Anaya berpikir, dia sedang diperas batinya mengatakan.

"Tapi gapapa kali yah, cuma gombal doang, itu mah sangat mudah" ucapnya dalam hati.

"Oke deh" Anaya memutuskan.

"Kakak ganteng" Anaya berkata sambil memandang kakak kelasnya yang mengusulkan tawaran tadi.

"Makasih" jawab kakak kelas itu.

"Tapi, sayang....." Anaya mengantung perkataanya, membuat tiga orang di depannya ini mengerutkan kening.

"Sayangnya, udah punya aku" sambung Anaya, dengan pandangan lembut.

Tiga orang di depannya saling pandang.

"HAHAHAHAHA" mereka bertiga serempak menertawakan Anaya.

Anaya marah.

Anaya malu.

Anaya mengumpan dalam hati, dasar kakak senior nggak tau diri.

"Haha...gombal lo..haha...bikin ngakak" ucap Kakak kelas yang menggunakan kaca mata di sela tawanya.

Anaya kesal, marah, malu, semuanya bercampur aduk.

Anaya menunduk, dia sedih kenapa harus dipermainkan seperti ini, rasanya dia ingin menangis, mengadukan semuanya kepada ayahnya, ataupun Tama, agar tiga orang di depannya ini di hajar habis - habisan, kenapa tidak minta tolong Kenzo, tidak orang itu tidak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting.

"Udah, udah kalian nggak liat dia, mukanya udah merah, kalian mau buat anak orang nangis" ucap seseorang.

Anaya tau itu pasti dari salah satu orang di depannya.

"Sini, mana buku lo" ucap orang itu lagi.

Anaya memberikan bukunya, tanpa melihat siapa orang yang meminta bukunya.

"Nih" ucap orang itu, mengembalikan buku Anaya.

Anaya melihat, buku nya sudah terisi dengan tanda tangan bertuliskan Arkana Rafardhan, di bawahnya bertuliskan huruf kapital besar, berisi ,DIA TERBEBAS DARI TANDA TANGAN, RIO, ANGGA, SAMA ALDO NGERJAIN DIA,
-salam Arka-.

Anaya menatap kaget tulisan itu, lalu mengangkat kepalanya, pandangan nya tertuju ke tiga orang di depannya.

Ada empat nama, jadi dimana satu lagi orang kakak kelas yang sudah menyelamatkannya, dia mengedarkan pandangannya, mencoba mencari.

Dia mendapatkannya, salah satu kakak kelas cowoknya, berjalan menjauh, dari parkiran, tapi tunggu itu.

Orang itu.

Topi itu.

Anaya untuk kedua kalinya terkejut.

"Dia orang yang di atap itu" ucap Anaya dalam hati, lalu senyum manis terukir di wajahnya.









Gimana?
Maafkan author yang sering salah
Makasih udah baca OUR sampe sini.
Sabar yah
Salam  AUTHOR ISTRI SAH NAMJOON 😘😘🤪
See you di part selanjutnya.

OUR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang