24

10 1 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen:)
Happy reading :)

***

Sejak tadi Anaya berdoa agar ayahnya menyetujuinya pergi dengan Arka, sejak sore tadi Arka sudah datang ke rumahnya.

Anaya tercengang, merasa makin gugup saat Arka datang, ketampanan nya bertambah, pakaian yang dia kenakan sangat sederhana kaos hitam polos, dengan celana denim hitam, membuat kulit putih nya sangat kontras dengan pakainya.

Anaya menghela nafas, melihat pakaian yang di gunakan bisa di bilang biasa saja, tapi hari ini dia sedikit mempoles wajahnya.

"Kak Naya" panggil ayahnya.

Anaya mendekat, berusaha menetralkan kegugupannya. "Ayah izinin, pulangnya jangan malem banget kak" ucap Ayahnya.

Anaya tersenyum dalam diam, mensyukuri segala hal yang membuatnya bisa jalan dengan Arka.

"Ya udah om saya pamit dulu" ucap Arka lalu menyalimi tangan Ayah Anaya, Anaya pun ikut menyalimi, sambil memberikan kedipan matanya, dan membuat ayahnya memutar bola mata jengah, Anaya yang melihat itu tertawa.

"Kita mau kemana ini?" Tanya Arka sambil memberikan helm untuk Anaya.

"Nggak tau, ikut aja gue" ucap Anaya.

"Ya udah jangan protes yah" ucap Arka diiringi senyuman.

Anaya menaikki motor dengan senyum mengembang, menahan gejolak ingin teriak teriak, saat melihat senyum Arka.

Selama di perjalanan mereka diam, Anaya menikmati pemandangan sore, dan angin sepoi sepoi yang menerpa wajahnya, tapi karna emang Anaya adalah orang yang banyak cerita, jadi rasanya ini membuatnya tidak nyaman.

Dia memutuskan untuk memulai percakapan, walaupun dia takut respon Arka akan berbanding terbalik dengan harapannya.

Anaya mendekatkan wajahnya ke samping wajaj Arka, "Kak gimana kemarin kegiatan penelitian nya lancar" tanya Anaya sedikit teriak.

"Lancar kok, capek banget nay, jauh banget mana, tapi oke sihh jalannya bagus terus pemandangan di sekitar nya juga bikin adem" ujar Arka.

Anaya tersenyum, Arka merespon jawabanya dengan baik.

"Nay" panggil Arka.

"Hmm, apa kak?" Tanya Anaya.

"Gue denger lo seneng buku?" Tanya Arka.

"Iya, tau dari siapa?" Tanya Anaya penasaran.

"Iya, gue liat ada rak buku tadi" ucap Arka.

"Ouhhh iyaa" ucap Anaya, sungguh dia tidak tau harus merespon apa, dirinya gugup mendengar suara Arka yang sangat berat, astaga, rasanya dirinya ingin teriak sekeras-kerasnya.

Obrolan mereka bherenti, saat lampu merah, sambil menunggu lampu merah Anaya mengedarkan pandangannya, itu adalah hal sering dia lakukan saat lampu merah.

Dia terkejut, saat Arka mengelus ngelus dengkulnya, Anaya kaget, mencoba menetralkan kegugupannya, kata kakak sepupunya hal yang sangat ditunggu saat pacaran naik motor, iyalah dengkul mu di elus elus saat lampu merah, dan itu menurut Anaya biasa saja sedikit takut, tapi asik.

Setelah melewati perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai, Anaya melongo Arka mengajaknya ketempat yang sama sekali tidak masuk list kencan dalam bayangannya.

Arka mengajak nya menonton pameran seni, astaga, Anaya bukan seorang yang senang dengan hal seperti ini, tapi dia lupa Arka adalah seorang yang pintar, dan banyak memiliki bakat di bidang seni, baiklah dia mewajarkan ini.

OUR [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang