Empat Puluh Tiga

112 14 5
                                    

Sebaik pintu dibuka, aku terkesima bila dia menarikku ke dalam pelukannya. Serba tak kena nak respon macam mana. Dia mengeluh letih tapi dalam masa yang sama kedengaran lega. Bermakna tak ada masalah yang berlaku dekat pejabat.

"Lately, I can't control myself. I've been thinking about you all day. I couldn't get you out of my mind. I want to embrace your tiny body, I want to kiss your li----"

Belum habis aku sudah menolak tubuhnya. Dia terkebil sekejap sebelum melepaskan gelak perlahan. Memahami perasaan ketidakselesaan aku.

"I'm trying to tell the truth, sorry." Senyuman diberikan mengusir perasaan tidak enak aku.

Jadi tangan aku buka menggamit dia kembali memeluk. Umpama seorang ibu yang memeluk anaknya. Ugh!

Dagunya diletak ke bahuku. "Don't you miss me?"

"Not really."

"Baby, you are so mean..."

"What?" Aku tersengih jahat.

"It's okay, because I miss you, more than enough to make me happy."

Aku melepaskan tawa. "I miss you."

"I'm okay."

"I miss you." Suaraku bertukar perlahan namun tegas, ingin dia percaya yang aku juga merinduinya. Tanpa sedar.

"Are you trying to comfort me?"

"I miss you."

Dia meleraikan pelukan lalu merendahkan tubuh menatap aku. "You can't be serious, do you?"

Spontan aku menghadiahkan ciuman sekilas di bibirnya. "I miss you and I'm serious."

Telinganya memerah namun riak wajahnya masih tak percaya. "Are you in love with me?"

Aku geleng. "Nope, but I miss you. I miss you because you're silly, yet caring and never stop to make me believe that it is okay to fall in love again."

Kali ini wajahnya turut berubah merah. Senyumannya merekah di bibir membayangkan kegembiraan dan kelegaannya terhadap luahan aku.

"You are really..." Bibirnya dikemam sekejap. "... really know how to make me fall in love with you, madly and deeply."

Eh, kenapa aku pula yang malu ni? Wajah terasa berbahang. Dia tergelak melihat reaksi aku.

"I love you, sweetheart."

That Miracle || kth ✔Where stories live. Discover now