7

693 47 0
                                    

Dewi dan Rendi sudah berada di kantin, mereka pun duduk di kursi kantin yang kosong, kantin sekarang sepi dan itu membuat Dewi senang.

"Mau makan apa bang?" tanya Dewi pada Rendi.

"Mau bakso enak tuh, mie ayam enak, siomay enak, batagor enak tuh" ujar Rendi dan dia melihat dagangan yang disediakan di kantin.

"Tidak boleh maruk, abang pilih saja satu!" ujar Dewi datar.

"Gak bisa diajak bercanda lo sama gue, yaudah gue mau bakso aja sama teh anget" ujar Rendi.

Dewi pun pergi memesan pesanan Rendi dan dia juga.

"Mas baksonya satu, Dewi tinggal sebentar mau membeli makanan lain" ujar Dewi.

"Siap neng!" ujar penjual bakso.

Dewi pun pergi membeli batagor dan dua gelas teh hangat.

Dewi membawa pesanan dia dan Rendi menggunakan nampan tukang bakso.

Dewi sudah berada di mejanya dan ada Rendi yang sedang memainkan handphone.

"Makanan datang!" ujar Dewi dan dia menyimpan makanan tersebut diatas meja.

Rendi pun menyimpan handphonenya diatas meja dan membantu Dewi dengan membawa makanan yang sudah di pesan tadi, lalu Rendi menyimpan semua makanan.

Dewi pun duduk di kursi depan Rendi dan dia memakan batagornya.

"Itu batagor kayaknya enak tuh, minta dikit dong" ujar Rendi dan dia mengambil batagor tanpa mendengar jawaban dari Dewi, Dewi hanya pasrah diminta oleh Rendi.

"Ada masalah apa abang dan kak Dewa?" tanya Dewi sambil memakan batagor.

"Gatau ya, tiba-tiba tuh cowok mukul gue gitu padahal gue gak salah apa-apa" ujar Rendi yang masih memakan baksonya.

"Aneh sekali ya bang" ujar Dewi.

"Dari SMP dia emang aneh, sifatnya itu sombong, songong sama gak mau bergaul" ujar Rendi.

"Memangnya abang sekelas dengan dia?" tanya Dewi.

"Iya sekelas" ujar Rendi.

Dewi pun memakan kembali batagornya, saat Dewi melihat kearah meja yang berada di pojok tembok, dia melihat ada Dewa yang sedang memperhatikannya.

Dewi pun mengalihkan penglihatannya secepat kilat, tapi berbeda dengan Dewa, dia masih menatap ke arah Dewi serta Rendi.

"Lo ngeliat apa?" tanya Rendi.

"Tidak bang" ujar Dewi dan dia memakan kembali batagornya.

Karena penasaran Rendi pun melihat kearah Dewi tadi melihat dan dia melihat Dewa.

Rendi pun bangkit dari kursinya dan menghampiri Dewa, Dewi pun mengikuti Rendi yang sudah berada di depan Dewa.

"Ada masalah apa lo sama gue?" tanya Rendi dan Dewi pun memegang tangan Rendi.

Dewa pun bangkit dari duduknya dan menatap Rendi dengan penuh kebencian.

"Gak ada" ujar Dewa simpel.

"TERUS KENAPA LO TIBA-TIBA MUKUL GUE? HAH?" sekarang Rendi sudah tersulut emosi, untung ada Dewi yang memegangi tangan Rendi kalau tidak mungkin Dewa sudah pingsan.

"Karena gue gak suka" ujar Dewa dan dia menatap Dewi.

"GAK SUKA?, MAKSUD LO?" tanya Rendi.

"Gue gak suka liat cewek polos disakitin, keknya lebih kek bego pacar lo" ujar Dewa sambil melihat Dewi.

Yang dimaksud kak Dewa, Dewi kah?, dia mengira Dewi berpacaran dengan bang Rendi? batin Dewa.

"Maksud lo cewek ini?" tanya Rendi sambil terkekeh.

Yaampun abang Dewi ter-cinta, Dewi di maki-maki oleh kak Dewa, apa tidak ada pembelaan untuk adek mu tercinta ini batin Dewi.

"Iya lah siapa lagi" ujar Dewa yang heran mengapa Rendi terkekeh.

Si Dewa cemburu sama gue?, kayaknya si Dewa suka sama Dewi, gue kerjain nih batin Rendi.

"Maksud lo cewek bego dan tolol ini? Hah?, gue udah bosen sama dia, gue mau nyari cewek yang lebih semok dan bohay dari dia" ujar Rendi dan dia mendorong Dewi sampe Dewi jatuh ke lantai.

Dewi pun duduk dilantai melihat kedua orang yang sedang beradu argumen.

Itu abang Dewi bukan?, kasar sekali, dia malah lebih memaki-maki Dewi, apakah Dewi bukan anak mamah ya? batin Dewi.

"Gausah kasar sama cewek ya, yang tolol itu lo bukan pacar lu!" ujar Dewa dan dia memegang kerah baju milik Rendi.

Bener nih, kalau si Dewa ini suka sama Dewi batin Rendi.

"Dia emang pantes gue gituin, lagian gue udah pernah nyicipin dia" ujar Rendi dan dia tertawa.

Maksud abang apa?, Dewi tidak paham batin Dewi.

"Dasar bajingan!" ujar Dewa dan dia memukul Rendi di bagian pipi sampai dia terjatuh ke lantai.

Dewi yang melihat Rendi terjatuh pun kaget lalu dia menghampiri Rendi dan memegang pipi yang ditinju oleh Dewa.

Dewa pun memegang bahu Dewi, lalu Dewi pun bangkit dan Dewa menarik Dewi agar jauh dari Rendi.

D D D D

Mereka sekarang berada di parkiran Sekolah.

Dewi melepaskan tangan Dewa yang tadi memegang tangan Dewi.

"Ada apa kak?, mengapa kakak memukul bang Rendi?" tanya Dewi marah.

Abang?, panggilan yang aneh untuk orang yang menjalin hubungan batin Dewa.

"Kenapa kak?" tanya Dewi lagi.

"Gue gak suka dia!" ujar Dewa dan dia pergi mencari motornya.

Tidak suka?, kenapa? batin Dewi.

Dewa sekarang sudah mengendarai motor di depan Dewi.

"Pulang bareng gue!" ajak Dewa dan Dewi yang berada di pinggir Dewa kaget mendengar ucapan Dewa.

"Tidak usah, Dewi pulang dengan bang Rendi" ujar Dewi dan sekarang dia tidak menatap kearah Dewa yang mengendarai motor vespa.

"Naek!" perintah Dewa dan Dewi dengan pasrah naik dibelakang motor Dewa setelah mengambil helm yang ada diatas motor.

"Alamat?" tanya Dewa.

"Perum Singasari" ujar Dewi.

Lalu motor vespa itu berjalan membelah jalanan ibu kota yang selalu macet.

"Laper" gumam Dewi pada dirinya sendiri.

Dewa pun berhenti di dekat tukang ketoprak yang berada di pinggir jalan.

"Turun!" perintah Dewa.

Dan Dewi pun turun, setelah itu Dewa turun lalu menyimpan helmnya diatas spion motornya dan Dewi pun membuka helmnya lalu menyimpannya diatas jok motor.

"Bang ketoprak 2!" ujar Dewa yang sudah duduk di bangku yang tersedia.

"Siap mas" ujar bang ketoprak itu.

Dewi pun sudah duduk di samping Dewa, saat Dewi ingin bertanya, Dewa terlebih dahulu berbicara.

"Gue tau lu laper!" ujar Dewa seakan sudah tau apa yang akan diucapkan Dewi.

Peka. batin Dewi.

Update lagi setelah beberapa hari gak update.

Jangan lupa vommentnya yang banyak biar aku nulis cerita ini semangat ya

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang