16

541 40 1
                                    

"Kok disimpan di lu?" tanya Dewa.

"Kata bang Rendi dia malu membawa gitar, takutnya disangka mau ngamen, hahaha" ujar Dewi dan dia tertawa, tanpa disangka Dewa juga ikut tertawa membuat hati Dewi senang melihatnya.

Tawa mu bagaikan matahari yang bersinar cerah batin Dewi.

"Nah gini kak, perbanyak tertawa, jangan terlalu dingin, kakak ini berada di Jakarta yang panasnya minta ampun bukan di kutub Utara yang dingin" ujar Dewi menatap Dewa dan Dewa pun meredakan tawanya lalu memakan eskrim punya Dewi yang sudah menjadi miliknya.

"Oh" ujar Dewa.

Pelayan pun datang membawakan makanan yang di pesan Dewa tadi.

Pelayan pun menyimpan semua makanan satu persatu diatas meja.

"Silahkan dinikmati!" ujar mba pelayan itu sambil tersenyum tapi Dewa tidak membalasnya membuat mba pelayan itu pergi dengan kesal.

"Kak Dewa!" panggil Dewi.

"Hmm" ujar Dewa dan dia pun memakan nasi goreng yang berada di depannya.

"Itu tadi mba mbanya sepertinya kesal karena kak Dewa tidak membalas senyumnya" ujar Dewi.

"Berisik, makan!" ujar Dewa dan dia memberikan eskrim serta kentang goreng yang di pesannya tadi kepada Dewi.

"Ini buat Dewi dua-duanya?" tanya Dewi senang dan Dewa menjawabnya dengan anggukan.

Dewi pun sudah selesai memakan spaghetti nya, lalu dia memakan kentang yang diatasnya dilapisi dengan mozarella.

"Ahh, enaknya" ujar Dewi memakan kentangnya itu.

"Iyalah gratis!" ujar Dewa sambil memakan nasi gorengnya tanpa melihat Dewi.

"Ini benar-benar enak kak, coba deh!" ujar Dewi dan dia memberikan satu buah kentang di depan mulut Dewa, Dewa hanya menatap kentang itu heran.

"Cobain!" ujar Dewi dan Dewa pun memakan satu buah kentang yang tadi berada ditangan Dewi.

"Gimana kak?, enakkan?" tanya Dewi dan Dewa menjawabnya dengan anggukan.

"Tuh kan apa Dewi bilang, kentang ini sangat lezat, abang pasti mau coba" ujar Dewi dan dia mencari keberadaan Rendi yang berada di belakangnya tanpa disangka Rendi pergi meninggalkan Dewi berdua dengan Dewa.

"Abang Dewi mana?" tanya Dewi pada Rendi.

"Pergi tadi" ujar Dewa dan dia memakan lagi nasi goreng yang tinggal beberapa bagian yang tersisa.

"Kenapa kakak tidak bilang?" tanya Dewi lagi.

"Gue tadi lagi makan, jadi gak ngomong" ujar Dewa acuh.

"Ishhh kakak ini!" ujat Dewi kesal.

Dan Dewi pun mengambil handphonenya yang berada di celana jeansnya, lalu dia men-chat Rendi.

Dewi:
Abangggg dimana?, kok meninggalkan Dewi disini berdua dengan kak Dewa?

Setelah beberapa menit menunggu, tidak ada balasan dari Rendi dan Dewi berniat menchat Rendi lagi.

Dewi:
YaAllah abang, sini kembali lagi ke restoran, Dewi tidak punya uang untuk membayar semua makanan yang telah Dewi pesan

Dan lagi-lagi tak ada balasan dari Rendi, membuat Dewi semakin kesal dan ingin menangis sejadi-jadinya tapi Dewi tidak ingin Dewa melihat tangisan cengengnya lagi.

Dewi pun memasukan handphonenya ke dalam saku celana jeansnya.

"Hmmm, kak Dewa!" panggil Dewa.

"Hmm" ujar Dewa yang sudah menyelesaikan makannya dan dia meminum-minuman yang sudah di pesannya tadi.

"Kak Dewa karena abang Dewi sudah pulang terlebih dahulu, bisa tidak bayar semua makanan yang sudah Dewi pesan, nanti Dewi ganti kok, soalnya Dewi tidak membawa uang" ujar Dewi dan dia menunduk malu.

"Santai aja, anggap aja gue nraktir lu!" ujar Dewa santai.

"Serius?" tanya Dewi menatap Dewa berbinar.

"Kapan gue gak serius?" tanya balik Dewa.

"Kakak itu galak" ujsr Dewi polos dan dia memakan kentang mozarellanya lagi.

"Enak aja nyebut gue galak" ujar Dewa menatap Dewi galak.

"Itu fakta kak, dari tatapan kakak saja sudah membuktikan kalau kak Dewa itu galak" ujar Dewi sambil memakan kentangnya.

"Udah selesai?" tanya Dewa mengalihkan pembicaraan.

"Belum kak, terlalu banyak makanan yang harus ku makan" ujar Dewi dan dia menyandarkan punggungnya dikursi.

"Gue bantu!" ujar Dewa dan dia makan berdua dengan Dewi.

Makanan pun sudah habis dengan ludes dan Dewa pun memanggil pelayan meminta bill.

Pelayan datang sambil membawa bill, Dewa pun mengambil dompetnya yang berada di saku belakang celananya.

Mampos, gak bawa dompet gue batin Dewa.

"Dewi!" ujar Dewa memanggil Dewi yang entah sedang menatap apa.

"Iya apa kak?" tanya Dewi dan dia menatap Dewa penasaran.

"Gue gak bawa dompet!" ujar Dewa sambil berbisik kepada Dewi.

"Serius kak?" tanya Dewi terkejut.

"Iya serius!" ujar Dewa.

"Yahhh, gimana nih?" tanya Dewi panik.

"Ada apa ya?" tanya pelayan tersebut heran.

"Maaf nih ya mba, saya lupa bawa dompet jadi saya bisa gak nyimpen motor saya disini, nanti saya kembali lagi bawa uang" ujar Dewa dan dia berdiri berhadapan dengan pelayang tersebut.

"Wah maaf mas, kalau begini saya tidak bisa bertindak apa-apa, mending mas bicara langsung kepada manager cafe ini" ujar mba pelayan itu.

"Yasudah panggilkan managernya!" ujar Dewi dan dia berdiri mengikuti Dewa.

"Tunggu disini, saya panggilkan managernya!" ujar pelayan itu, Dewa dan Dewi menjawabnya dengan anggukan.

"Kak kok kakak bisa tidak membawa dompet?" tanya Dewi pada Dewa.

"Gue niatnya cuman mau lari, jadi gak bawa dompet" ujar Dewa.

"Kalau kakak memang berniat hanya lari saja lalu sedang apa kakak berada disini?" tanya Dewi.

"Udah jangan banyak omong!" ujar Dewa.

"Maaf!" ujar Dewi dan dia menunduk.

Pelayan pun datang bersama seorang lelaki berbadan gembul dengan kumis yang tebal.

"Ada apa ini?" tanya Manager itu.

"Jadi gini pak, saya lupa membawa dompet, jadi saya berniat menyimpan motor saya disini sebagai jaminan, nanti saya pulang kerumah terlebih dahulu membawa uang, lalu kembali lagi kesini!" ujar Dewa menjelaskan.

"Wah maaf mas tidak bisa, jika mas dan mba tidak mempunyai uang untuk membayar semua makanan yang sudah dipesan tadi, silahkan ikut saya ke dapur belakang" ujar manager tersebut.

"Yasudah kalau begitu kita ikut bersama bapak saja" ujar Dewi yang akhirnya berbicara.

Maaf ya jarang update, kalau mau aku update rajin VOMMENTnya jan lupa yaaaa yang banyakkkk.

Love you❤

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang