42

381 30 1
                                    

"Gue mau nginep disini sekalian ngebantuin lo belajar buat UN" ujar Dewa datar tanpa ekspresi.

Bisa-bisanya Dewa menunjukan ekspresi datarnya setelah mengucapkan hal-hal yang membuat Dewi tercegang sekaligus tidak percaya.

Rendi menatap tajam kearah Dewa seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Udah gue bilang ga ada nginep-nginepan" ujar Rendi masih tak terima.

"Kalau kakak menginap disini, sekolah kakak bagaimana?" tanya Dewi khawatir.

"Gue izin ke sekolah selama beberapa hari" ujar Dewa bohong.

"Kok bisa lo izin?, Lo izin cuman buat nganterin cewek yang waktu di Bandung?" tanya Rendi.

Pertanyaan Rendi ini membuat Dewi marah, mengapa dengan entengnya dia menanyakan hal ini di depan Dewi?. Apa tidak kasihan kepada Dewi?

Abanggg!, Dewi benci abanggg batin Dewi marah.

"Gue ada acara keluarga" ujar Dewa.

Syukurlah ternyata apa yang di ucapkan oleh Rendi tidak benar.

"Kalau ada acara keluarga lo ngapain mau nginep disini?" tanya Rendi.

"Abang terlalu banyak bertanya!" ujar Dewi kesal.

"Lo diem aja!" ujar Rendi sambil menatap tajam Dewi, Dewi hanya bisa memutar bola matanya malas.

Tiba-tiba dering telepon dari handphone Dewa berbunyi, Dewa mengambil handphonenya yang berada di saku celana.

Dewa menolak panggilan tersebut dan menyimpan handphone diatas meja.

"Kenapa gak di jawab?" tanya Rendi.

"Gak penting" jawab Dewa.

"Jawab pertanyaan gue tadi!" ujar Rendi masih mendesak Dewa agar berbicara lagi.

Lagi-lagi handphone Dewa berdering membuat mereka bertiga tertuju kepada handphone yang ada diatas meja.

Rachel?, itu teman kecil kak Dewa? tanya batin Dewi.

Dewa kembali menolak panggilan tersebut membuat Dewi tersenyum senang, entah kenapa ini semua membuat Dewi bangga.

"Kenapa kakak tidak menjawab panggilannya?" kali ini Dewi yang bertanya.

"Gak penting" jawab Dewa masih dengan jawabannya yang sama.

Dewi baru saja menyimpulkan bahwa yang pertama meneleponnya juga ialah Rachel, dan Dewa menolaknya kembali membuat Dewi bertambah senang.

Rendi merasa ada yang tidak beres dari Dewa, bagaimana mungkin Dewa bisa mengabaikan panggilan telepon dari seorang perempuan yang bagi Rendi itu bagaikan malaikat.

"Mending cewek itu buat gue aja" ujar Rendi tiba-tiba.

"Siapa?" tanya Dewa bingung.

"Itu ada di Bandung, lumayan cakep, cakepan dia dari pada si Dewi" ujar Rendi.

Mana ada abang yang menjelek-jelekkan adikknya sendiri, ih abang menyebalkan! batin Dewi geram.

Dewi menatap Rendi yang berada di sampingnya tajam, dia tak akan pernah melepaskan tatapan tajamnya dari Rendi.

"Ambil aja" jawab Dewa acuh membuat Dewi merasa sangat bahagia.

Dewi mengalihkan pandangannya kepada Dewa dengan senyum yang terus mengembang.

Dewa sadar akan pandangan Dewi, itu semua membuat Dewa malu, entah kenapa Dewa malu sekarang karena ulah Dewi.

"Dewii!, Mata lo!" ujar Rendi panik.

"Hah?, Kenapa mata Dewi abang?" tanya Dewi ikut panik sambil memegang matanya.

"Itu, mata lo gak kedip-kedip, sakit mata lo?" tanya Rendi.

Ish, abang lama-lama menyebalkan! batin Dewi bertambah kesal.

Handphone Dewa kembali berdering, kali ini bukan Rachel yang menelpon melainkan ayahnya.

Dewa berdiri dan pergi keluar dari rumah Dewi untuk menjawab panggilan masuk dari ayahnya.

"Kayaknya si cewek Bandung itu ngadu sama bokapnya Dewa" ujar Rendi tiba-tiba.

"Abang berbicara dengan siapa?" tanya Dewi heran.

"Gue ngomong sama diri sendiri, kenapa? Gak boleh?" tanya Rendi.

"Abang sudah gila" ujar Dewi.

Dewi pun mengambil remote tv yang berada diatas meja, lalu memindahkan Chanel TV ke Chanel kartun kesukaannya.

"Pindahin lagi Dewi!!" ujar Rendi tak terima Chanel TV-nya dipindahkan oleh Dewi.

"Abang jangan terlalu banyak menonton sinetron seperti ini, tidak baik!" ujar Dewi.

Rendi mengambil paksa remote yang berada di tangan Dewi, lalu dia kembali memindahkan Chanel TV.

"Serah gue dong, ribet lo!" ujar Rendi tak terima.

"Abangggg, Dewi ingin menonton kartun" rengek Dewi.

"Nonton di kamar lu sono!" titah Rendi.

"Tidak mau, Dewi ingin disini" ujar Dewi bersikeras.

Dewa masuk ke dalam rumah Dewi lagi dan duduk kembali di samping Dewi membuat Rendi serta Dewi sama-sama bingung.

"Kenapa belom pulang lo?" tanya Rendi.

"Gue diusir" jawab Dewa jujur.

Dewi ingin bertanya, tapi Dewi takut karena sekarang pasti mood Dewa sedang hancur.

"Terus lo mau nginep disini gitu?, Gak bisa Dewa, udah sono nginep di rumah temen lo" usir Rendi.

Abang jahat sekali batin Dewi.

"Gak punya temen" ujar Dewa.

Dewi dan Rendi menatap Dewa dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin seseorang di dunia ini tidak mempunyai satu teman sama sekali?

Emang orang kayak dia pantes gak punya temen batin Rendi.

"Tinggal pergi ke hotel aja sana!, Ini Jakarta pasti banyak hotel yang bagus" ujar Rendi.

"Abang!, Tidak boleh seperti itu" ujar Dewi merasa tidak tega kepada Dewa.

"Diem lo!" ujar Rendi.

"Gue gak pernah ke hotel" ujar Dewa.

"Argh, lo cowok bukan sih?" pertanyaan Rendi kali ini sangat aneh, dilihat dari segi manapun Dewa ialah seorang lelaki tulen.

"Ihhh, abang tidak punya mata, oh iya menurut Dewi kak Dewa boleh kok menginap disini, Dewi sudah izin ke mamah dan papah, bahkan mereka bersikeras ingin kak Dewa tinggal bersama Dewi dan abang" jelas Dewi panjang lebar.

"Heh, lo ngomong ngaco, sejak kapan mamah sama papah ngomong gitu?" tanya Rendi tak percaya.

"Ih abang, Dewi serius, saat sedang masak bersama mamah waktu itu mamah bilang ke Dewi seperti itu dan papah setuju, kalau abang tidak percaya telepon saja mamah" bela Dewi.

Rendi masih tidak bisa percaya dengan perkataan Dewi ini, Dewi sekarang sedang dibutakan oleh cinta yang bahkan Dewi sendiri tidak tahu apa arti cinta itu.

"Gue telepon mamah ya, awas lo kalah boong, gue ambil ATM mamah yang ada di lo!" ancam Rendi.

Rendi mengambil handphonenya yang berada di saku celana, lalu menekan nomor Rina dan telepon pun tersambung, Rendi langsung men-loudspeaker panggilan tersebut.

Mamah Calling

"Mah, mamah ngizinin Dewa nginep di rumah kita?" tanya Rendi.

Dewi menatap Rendi dengan penuh kemenangan, sementara Rendi menatap Dewi dengan tatapan seperti ingin membuktikan bahwa semua yang diucapkan Dewi itu bohong.

Maaffff bangetttt suka lama ya aku updatenya, semoga kalian masih nunggu cerita aku ini yaaa, love you kalian❣️

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang