31

431 33 0
                                    

Mereka berdua sudah berada di depan kelas Dewi dan kelas Dewi sekarang kosong hanya menyisakan Salsa yang sedang makan.

Dewi pun masuk ke dalam kelas dan duduk di samping Salsa yang masih tidak menyadari akan kehadirannya.

Dewi menepuk pundak Salsa dengan pelan membuat Salsa melirik kearah Dewi terkejut.

"Dewi? Yaampun kaget aku, kemana aja kamu? Seharian ini ga masuk kelas? Kata kak Dewa kamu sakit?" tanya Salsa bertubi-tubi.

Hah? Mengapa kak Dewa berbohong? tanya Dewi dalam hati.

"Hah? Hemm Dew...Dewi tadi di UKS" ujar Dewi gugup.

"UKS? Kamu udah gapapa kan?" tanya Salsa dan dia memegang kedua pundak Dewi.

"Dewi tidak apa-apa" ujar Dewi dan dia pun membereskan buku pelajaran yang ada di atas meja.

"Oh iya Dew, tadi si Naufal waktu denger kamu sakit dan yang ngasih tau kamu sakit itu kak Dewa, si Naufal itu kayak marah banget tau, aku juga heran kenapa dia marah" ujar Salsa yang masih sibuk memakan rotinya.

Oh jadi karena itu Naufal marah, tapi mengapa dia semarah itu kepada kak Dewa? tanya batin Dewi bingung.

"Naufal itu lelaki yang aneh Sal, dia tidak bisa di percaya" ujar Dewi, dia masih kesal karena ulah Naufal dia di hukum.

"Eh iya Dew, buku matematika mu sudah di kumpulin sama Naufal tadi, dia bahkan ngumpulin nya ke kantor, langsung ke ibunya" ujar Salsa yang sudah menghabiskan makanannya.

Hah? Dewi tidak percaya? Ada apa ini? Kenapa Naufal berbohong tentang buku pr Dewi? tanya Dewi merasa sangat bingung, Naufal memang lelaki yang susah di tebak kepribadiannya.

"Kenapa dia berbohong ke Dewi?" tanya Dewi kesal.

"Gatau Dew, waktu aku tanya dia malah diem aja" ujar Dewi.

"Naufal memang menyebalkan" ujar Dewi kesal.

"Udah, udah, jangan pikirin Naufal lagi, mending kita pul-" ucapan Salsa terpotong karena baru menyadari ada Dewa yang sedang menatapnya di depan pintu.

"Hallo kakak, kakak gausah ngejemput aku, aku mau naik angkot sama Dewi" ujar Salsa dan dia menghampiri Dewa sambil menggendong tasnya.

"Gue pulang bareng Dewi" ujar Dewa dan Dewa pun menghampiri Dewi yang sedang membereskan buku pelajarannya.

"Aduhh, aduhh, udah ah aku mau pulang naik angkot aja, awas ya ka Dewa!" ujar Salsa dan dia pergi dari kelas meninggalkan Dewi dan Dewa berduaan.

"Masukin buku ke tas aja lama lo!" ujar Dewa dan dia memasukan semua buku ke dalam tas, sementara Dewi hanya diam melihat kelakuan Dewa, dia masih memikirkan Naufal sekarang.

Dewa sudah memasukan buku ke dalam tas bahkan sudah menutup tas Dewi, tapi Dewi masih diam saja menatap lurus ke depan.

"Lo kenapa?" tanya Dewa dan dia melambaikan tangannya di depan wajah Dewi.

"Eh.. Dewi tidak apa-apa kak" ujar Dewi gugup.

Dewi pun mengambil tasnya yang berada di tangan Dewa lalu menggendongnya di punggung.

Kemudian, Dewa memegang lengan Dewi dan pergi keluar kelas menuju tempat parkir guru.

"Kakak parkir disini?" tanya Dewi bingung sesudah sampai di tempat parkir, murid di Sekolah Dewi itu tidak ada yang membawa kendaraan beroda dua maupun empat.

Dewa hanya mengangguk dan dia menaiki motor, lalu menyalakan mesin motor.

"Naik!" ujar Dewa sesudah memarkirkan motor.

Dewi pun patuh dan naik di belakang Dewa.

"Boleh pulang telat?" tanya Dewa sebelum pergi melajukan motor.

"Iya kak?" tanya Dewi tak paham.

Dewa pun melajukan motornya pergi ke tempat yang dia akan tuju.

D D D D

Dewa memberhentikan motornya di dalam parkiran restauran milik Dewa.

Dewi pun turun, dia bingung kenapa Dewa mengajaknya ke tempat ini bukan ke rumahnya?

"Kak Dewa kok kita kesini bukannya pulang?" tanya Dewi bingung.

Dewa pun mengunci motornya lalu turun dari motor.

"Kata lo, lo boleh balik telat?" ujar Dewa.

"Hah? Kapan Dewi bicara seperti itu?" tanya Dewi bingung, setaunya dia tadi bertanya apa maksud dari Dewa.

Ohh, paham aku ternyata kak Dewa bertanya boleh pulang terlambat ga? Oh iya ini salah Dewi sih yang tidak mendengarkan dengan baik batin Dewi.

Tanpa banyak basa-basi lagi, Dewa pun menarik lengan Dewi, dia tau Dewi sudah mengerti apa maksudnya tadi.

Dewi yang di tarik hanya diam saja, dia terkejut bercampur senang karena Dewa melakukan hal ini terhadapnya.

Mereka berdua sudah duduk di dalam  restauran milik Dewa.

Dewa pun melambaikan tangannya agar pelayan bisa memberikan menu yang ada di restoran ini.

Pelayan perempuan pun datang sambil membawakan dua menu untuk di pesan oleh Dewa dan Dewi.

"Mau apa?" tanya Dewa.

"Dewi ingin eskrim cokelat dan kentang goreng Mozarella" ujar Dewi dan dia pun mengembalikan menu kepada pelayan tersebut.

"Nasi goreng, jus jeruk, burger, spaghetti sama jus strawberry" ujar Dewa dan dia mengembalikan menu kepada pelayan tersebut.

"Di tunggu mas Dewa" ujar pelayan tersebut dan dia pergi memberikan pesanan tersebut.

"Kakak, memesan sebanyak itu apa akan habis?" tanya Dewi bingung.

"Kan ada lo" ujar Dewa melihat Dewi.

Mendengar ucapan Dewa itu membuat pipi Dewi merah merona seperti tomat rebus, Dewa melihat sendiri pipi Dewi yang memerah rasanya ia ingin tertawa saat itu juga, Dewi hanya bisa memegang pipinya.

"Pipi lo kenapa?" tanya Dewa yang sedang menahan tawanya.

"Hah? Ti..dak apa-apa, pipi Dewi tidak merah" ujar Dewi dan dia melepaskan tangannya dari pipinya untuk melepaskan gugupnya.

Tanpa permisi, Dewa menangkup kedua pipi Dewi, Dewi merasa tidak percaya Dewa melakukan hal ini, bahkan matanya berkedip-kedip tak bisa berhenti.

"Kak....kakak sedang apa?" tanya Dewi gugup.

Dewa pun melepaskan tangannya dari pipi Dewi yang masih memerah padam, Dewi pun kembali memegang pipinya.

"Lo blushing?" tanya Dewa membuat Dewi bingung.

"Hah? Maksud kak Dewa apa? Dewi tidak mengerti" ujar Dewi yang masih memegang pipinya.

Dewa hanya menggelengkan kepalanya sambil berkata "lupain aja!"

Dewi bingung apa yang di maksud oleh Dewa tadi.

Updateeee lagiiii.

Wajar ya anak SMP kayak Dewi ini polosnya kebangetan, atau bisa di bilang anak SMP yang polos kayaknya cuman Dewi dii cerita ini.

VOMMENT 😘

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang