17

546 36 1
                                    

Mereka sudah berada di dapur yang ada di cafe tersebut.

"Jadi tugas kalian berdua, yaitu cuci semua piring yang ada disini sampai bersih" ujar Pak manager.

"Iya siap pak, akan Dewi laksanakan sebaik mungkin" ujar Dewi dan dia menyimpan gitar yang tadi dibawanya di bawah lantai yang lega.

"Yasudah kalau begitu, saya tinggalkan kalian berdua disini!" ujar Pak Manager dan dia pergi setelah melihat anggukan kepala dari Dewa serta Dewi.

"Kok lu mau aja sih di suruh nyuci piring?" tanya Dewa melihat Dewi yang sudah menjalankan tugasnya terlebih dahulu.

"Dewi ingin bertanggung jawab!" ujar Dewi tanpa melihat Dewa.

"Tapi kan gak usah ngelakuin hal kayak gini, lo bisa nelpon abang lo buat kesini dan bayarin kita" ujar Dewa yang masih menatap Dewi.

"Yang harus bertanggung jawab ini Dewi bukan abang, jika kakak tidak ingin membantu tidak apa-apa, Dewi bisa melakukannya sendiri" ujar Dewi yang sedang mencuci piring.

Cewek yang beda gumam Dewa di dalam hati.

Dewa pun membantu Dewi mencuci piring.

"Gue yang cuci piring, lu yang lap -lap piringnya aja!" ujar Dewa dan Dewi pun mengangguk mengiyakan.

10 menit telah berlalu

Mereka sudah menyelesaikan mencuci piring.

"Terimakasih kak sudah membantu Dewi!" ujar Dewi kepada Dewa.

"Ini emang tanggung jawab gue juga" ujar Dewa dan dia pergi meninggalkan Dewi yang masih berdiam diri di dapur menatap punggung lelaki yang keluar dari dapur itu.

Ya Tuhan, perlakuan kak Dewa kali ini membuat Dewi mempunyai perasaan yang tak karuan batin Dewi dan Dewi pun tersadar dari lamunannya.

Dewi pun mengambil gitarnya dan menyusul Dewa yang sepertinya pergi menemui manager restoran tersebut.

Dewi pun melihat manager yang tengah berbincang dengan seorang pelayan di restoran sini.

"Permisi pak!" ujar Dewi dan manager tersebut menengok kearah Dewi sementara pelayan tersebut pergi menyelesaikan pekerjaannya.

"Iya ada apa?" tanya manager ini ramah.

"Oh iya pak, Dewi dan kak Dewa sudah menyelesaikan pekerjaan yang bapak tugaskan tadi" ujar Dewi.

"Padahal kalian tidak perlu repot repot melakukan hal itu, jika diawal mas Dewa mengenalkan dirinya terlebih dahulu" ujar Pak manager tersebut merasa tidak enak sudah menugaskan dua sejoli ini.

"Kak Dewa?, memang dia siapa?" tanya Dewi penasaran mendengar apa yang baru saja dibicarakan oleh manager ini.

"Jadi mas Dewa itu, anak dari pemilik restoran ini, karena saya manager baru, saya baru mengetahui tadi saat mas Dewa menghampiri saya dan menyebutkan namanya" ujar Pak manager itu.

"Bapak tidak perlu menyesalinya, kan yang mempunyai restoran ini ayahnya kak Dewa bukan Kak Dewa nya" ujar Dewi.

"Tapi saya takut jika mas Dewa berbicara akan hal ini kepada Pak Andre" ujar manager itu.

"Tidak usah ambil pusing, biar nanti Dewi yang bicara kepada kak Dewa agar tidak membicarakan hal ini kepada ayahnya" ujar Dewi.

"Terimakasih nak terimakasih" ujar manager itu gembira.

"Panggil saya Dewi saja pak!" ujar Dewi.

"Sekali lagi terimakasih nak Dewi" ujar bapak tersebut.

"Kalau begitu Dewi pergi terlebih dahulu pak!" ujar Dewi.

"Iya silahkan nak Dewi, oh iya tadi mas Dewa berpesan kepada saya katanya nak Dewi disuruh pergi ke parkiran" ujar manager.

"Iya pak, Dewi pergi, terimakasih pak!" ujar Dewi dan dia pun pergi ke parkiran restoran ini.

"Memang anak yang mulia, semoga kelak anak saya seperti nak Dewi" ujar bapak manager itu.

D D D D

Dewi sudah berada di parkiran dan dia mencari sosok yang penuh dengan misteri itu.

Akhirnya dia menemukan Dewa yang sedang duduk diatas motor sambil memainkan handphonenya, Dewi pun menghampiri lelaki tersebut dan berniat akan membuat lelaki ini terkejut.

"Da~" ucapan Dewi terpotong.

"Mau ngagetin gue?" tanya Dewa yang sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Dewi.

"Tidak kok!" ujar Dewi gugup.

"Yaudah yo balik!" ujar Dewa dan dia memakai helmnya.

"Dewi bisa pulang sendiri" ujar Dewi.

"Lo harus pulang bareng gue, gara-gara lo gue disuruh nyuci piring!" ujar Dewa tidak terima.

"Jadi kakak menyalahkan Dewi atas apa yang terjadi hari ini?" tanya Dewi kesal.

"Iya, kalau aja tadi gue bilang nama gue, gak bakal gue disuruh cuci piring, lo sih kekeuh pingin cuci piring" ujar Dewa.

"Yang mempunyai restoran ini ayahnya kak Dewa bukan kak Dewa, jadi kejadian tadi memang harus kita yang bertanggung jawab, jangan hanya menyalahkan satu pihak saja" ujar Dewi tak terima disalahkan.

"Restoran ini juga bakal diwarisin ke gue dan gue berhak mengambil alih restoran ini, bahkan gue bisa mecat manager tadi" ujar Dewa.

"Kakak jangan bertindak seenaknya saja, kejadian ini bukan salah pak manager tadi, jangan membuat pak manager kehilangan pekerjaannya dan asal kakak tau ini juga salah kita berdua yang sama-sama tidak membawa uang!" ujar Dewi kesal.

Dewi pun pergi meninggalkan Dewa yang masih diam termenung.

Entah mau pulang dengan kendaraan apa Dewi juga pusing, pasalnya dia tidak membawa uang sepeserpun, semoga saja ada seseorang yang Dewi kenal mengantarkan nya pulang.

Disaat dia sedang berjalan, dia melihat seorang lelaki yang sepertinya sangat dia kenal, lelaki itu senang berhenti dipinggir jalan dengan sepedanya.

"Naufal? Itu Naufal kan?" tanya Dewi pada dirinya.

Dewi yakin lelaki itu pasti Naufal dan dia menghampiri lelaki yang tidak terlalu jauh darinya.

Dia sudah berada di depan lelaki yang sedang bermain handphone itu.

"Naufall!" sapa Dewi dan Naufal menatap kearahnya.

"Dewi?, ngapain lo disini?" tanya Naufal.

"Berdiri, kamu tidak melihat?" ujar Dewi.

"Yaudah, gue duluan!" ujar Naufal.

"Eit tunggu dulu, Dewi ikut pulang denganmu ya?, rumah mu dengan Dewi searah ini" ujar Dewi memohon.

"Ogah!" ujar Naufal songong.

"Ish, kamu ini, ayolahh Naufallll" rengek Dewi.

"Gue mau bareng lo, kalau lo bilang 'Naufal ganteng, baik, antar aku pulang dong'" ujar Naufal dan dia menirukan suara Dewi.

"Tidak mau!" ujar Dewi dan dia melipat kedua lengannya di depan mata, lalu memalikan kepalanya enggan menatap Naufal.

Wah Naufal itu siapa guyss?

Vomment biar tau Naufal siapa

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang