29

421 27 0
                                    

Dewi masih kesal dengan hal yang dilakukan oleh Dewa barusan.

Dewa pun mengambil remote control dari sakunya dan menekan tombol itu.

Dewi terpukau, dia melihat bintang-bintang diatas ruangan ini, dia sangat senang sampai ingin melompat-lompat sekarang juga.

Dewi pun duduk dan masih melihat bintang-bintang itu.

"Wahhhhh keren, kok bisa ada bintang tiba-tiba muncul gitu ya" ujar Dewi yang masih terpukau.

"Polos sama bego beda jauh!" ujar Dewa sinis.

"Maksud kakak?" tanya Dewi tak paham, tapi dia tidak ingin memperpanjang itu semua.

"Lo bego!" ujar Dewa.

"Hah? Maksud kakak apa? Aneh kakak ini tiba-tiba memaki Dewi seperti ini, menyebalkan!" ujar Dewi dan dia berdiri dari duduknya.

"Sorry, gue lagi gak enak badan" ujar Dewa melembut.

Dewi pun duduk dan memegang kening Dewa, benar saja Dewa sedang sakit.

"Kakak sakit? Mengapa tidak pulang ke rumah saja" ujar Dewi perduli.

"Gue pengen ngeliat ruangan ini sama orang yang gue suka" ujar Dewa.

Perkataan Dewa ini membuat Dewi percaya diri bahwa yang di maksud oleh Dewa itu dia, dia merasa senang saat Dewa mengatakan itu, hari ini dia gugup setengah mati.

Ada apa ini? Kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini batin Dewi dan dia memegang dadanya.

"Tapi orang itu gak dateng sekarang, ngebuat gue yakin dia bukan orang yang baik buat gue" lanjut Dewa.

Mendengar perkataan ini, Dewi hancur sehancur hancurnya, kenapa dia terlalu percaya diri, ingin rasanya Dewi nangis sekarang, tapi nanti Dewa akan bertanya-tanya mengapa Dewi menangis.

Dewi hanya tersenyum menanggapi ucapan Dewa barusan.

"Kak Dewa, kakak sakit harus minum obat supaya sakitnya tidak parah" ujar Dewi mengalihkan pembicaraan.

Dewa pun berdiri terlebih dahulu dan Dewi pun mengikuti Dewa.

Dewa pun berjalan tapi saat berjalan dia hampir terjatuh membuat Dewi memegang tangan Dewa.

"Biar Dewi yang bantu kak Dewa berjalan" ujar Dewi.

Dewi memeluk pinggang Dewa dari samping membuat Dewa merangkul kan tangannya diatas bahu Dewi.

Dewi melihat kearah Dewa dan Dewa menatap Dewi balik.

Aduh jantungku berdetak lagi batin Dewi.

"Kalau lo ngelamun kek gini, bisa-bisa gue mati disini" ujar Dewa sinis.

Dewi pun tersadar dari lamunannya dan kembali berjalan sambil membawa Dewa ke UKS.

D D D D

Mereka sudah sampai di UKS, Dewi pun membaringkan Dewa di kasur UKS, dokter yang berada disini pun langsung dengan sigap memeriksa Dewa.

"Dewa sedang apa kamu disini?" tanya Dokter tersebut kepada Dewa.

"Ada acara" ujar Dewa dingin.

"Kamu sedang sakit seperti ini masih saja meluangkan waktu datang kesini" ujar Dokter tersebut.

Dewa hanya memasang wajah datar, dia enggan membalas ucapan Dokter tersebut, tidak penting menurutnya.

"Dokter Dewi ke kelas terlebih dahulu!" ujar Dewi memecahkan keheningan.

"Jangan, sebaiknya kamu disini jaga Dewa dan belikan Dewa makan setelah itu beri dia obat panas yang berada di loker, saya akan keluar" ujar Dokter tersebut.

"Iya siap dok!" ujar Dewi dengan senyuman manisnya.

Dokter pun membalas senyuman Dewi dan pergi keluar dari UKS.

"Beliin gue makan!" ujar Dewa kepada Dewi.

"Tidak mau, kakak kan mempunyai tangan dan kaki" ujar Dewi menentang.

"Lo gak denger tadi dokter bilang apa?" tanya Dewa yang membuat Dewi menarik nafas dalam-dalam.

"Menyusahkan!" ujar Dewi sepelan mungkin.

"Lo bilang apa?" tanya Dewa yang mendengar suara Dewi, padahal Dewi membuat suara tidak terlalu kencang, tapi bagaimana bisa Dewa mendengarnya? Memang selain jenius, Dewa juga memiliki pendengaran yang sangat bagus.

"Tidak tidak kak, Dewi membeli makanan terlebih dahulu untuk kakak" ujar Dewi mengelak dan dia pun pergi dari UKS.

Dewa tersenyum saat Dewi keluar dari UKS, memang menyenangkan jika bertemu dengan Dewi dia tidak pernah merasa sesenang ini, walaupun dia sedang sakit tapi dia senang karena Dewi.

Dih apaan ini, kok gue malah senyumin tuh bocil batin Dewa.

"Dewa kamu gapapa?" ujar seorang perempuan dari balik pintu tiba-tiba.

Perempuan itu pun masuk ke dalam UKS dan duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Dewa.

"Dewa kamu gapapa kan?" tanya perempuan itu sekali lagi.

Dewa hanya menatap perempuan itu datar, tanpa ingin menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mulut perempuan itu.

"Dewa jawab aku dong, kamu gapapa kan?" tanya perempuan itu lagi.

"Menurut lo?" tanya balik Dewa.

"Wa, kamu jangan jutek-jutek sama aku, aku salah apa sih sama kamu?" tanya perempuan itu dan dia menangis.

"Pura pura lupa, cih" ujar Dewa dingin.

"Wa, aku tau banget salah aku, tapi apakah gak bisa kamu maafin aku? Sekali ini aja Wa" ujar perempuan itu dan dia memegang tangan Dewa tapi Dewa menepisnya dengan kasar.

"Pergi Lo!" ujar Dewa dengan dingin.

Dewi baru saja berada di depan pintu dan dia melihat Dewa dengan bersama perempuan lain.

Berarti perempuan yang di tunggu kak Dewa itu batin Dewi sedih.

Dewi masih diam di depan pintu, entah kenapa kakinya sulit di gerakkan, saat Dewi ingin pergi dengan kekuatannya yang hanya tertinggal sedikit Dewa memanggilnya.

"Dewi!" panggil Dewa.

Badan Dewi menyuruhnya untuk meninggalkan Dewa berdua dengan perempuan itu, tapi kakinya memang tak pernah bohong, dia sekarang sudah berada di samping Dewa berlawanan dengan perempuan itu.

"Dewi, pacar gue!" ujar Dewa dan dia merangkul Dewi.

Dewi menatap Dewa tak percaya begitu pun dengan perempuan itu, dia menangis sejadi-jadinya membuat Dewi tak tega melihatnya.

"Dewi buk-" ucapan Dewi terpotong karena Dewa.

"Gue udah punya pacar, sekarang Lo pergi dan gue gak mau liat muka lo lagi!" ujar Dewa dengan emosi yang muncul.

Eh tunggu, maksud kak Dewa ini apa? Kenapa dia mengakui aku sebagai pacarnya? tanya batin Dewi bingung.

Perempuan itu pun pergi dengan tangisannya yang menjadi-jadi.

"Kak maksud kakak apa?" tanya Dewi tak mengerti.

Dewa mengambil bubur yang dibawa Dewi dan memakannya lahap.

"Kak jawab pertanyaan Dewi!" ujar Dewi.

Update.

Aku akan usahain ini update terus jadi baca aja terus ya.

VOMMENT 😘

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang