39

423 27 0
                                    

"Jangan nangis" ujar Rendi dan dia menghapus air mata Dewi membuat Dewi semakin bertambah sedih.

"Abang, Dewii sayang abang, huaaa" tangisan Dewi semakin kencang.

Dewi pun memeluk Rendi erat, seperti tidak ingin melepaskannya, bagaimanapun caranya Dewi ingin selalu Rendi berada dengannya.

Mobil yang di tumpangi oleh Dewa pun berjalan melewati Dewi yang masih memeluk Rendi.

Dewi? batin Dewa bingung.

Ah! Halu gue batin Dewa lagi.

"Aneh, kok tiba-tiba hujan ya?" tanya perempuan di sampingnya.

Mendengar itu, membuat Dewa terpikir ucapan Dika saat ada di rumah sakit, dan entah kenapa dia merasa Dewi berada disini.

"Pak, turunkan saya!" ujar Dewa kepada pak sopir.

"Jangan pak!, Apa-apaan sih kamu Dewa, kamu kan udah janji sama aku" ujar perempuan itu memelas.

"Mohon berhenti pak!" ujar Dewa dan mobil pun di berhentikan oleh pak sopir.

"Sorry hel" ujar Dewa sambil membuka pintu mobil dan keluar dari mobil.

Mobil yang di tumpangi oleh Rachel melaju, menjauh dari pandangan Dewa.

Dewa berlari sekuat tenaga, mencari kedua orang yang tadi sempat dia lewati, Dewa yakin perempuan yang ada di sana itu Dewi.

Dewi sudah berada di tempatnya tadi melihat Dewi, tapi sayangnya Dewi sudah tidak berada disana, Dewi sudah pergi.

"Dewiii!" teriak Dewa.

Dewa pun berlarian mencari Dewi di bawah guyuran hujan, dia masih berusaha mencari Dewi walupun semua pakaiannya sudah basah kuyup. Dewa tidak perduli, dia memperdulikan Dewi.

Tanpa Dewa sadari Dewi sedang melihatnya dari arah jauh, sejujurnya dia tidak tega melihat Dewa yang harus hujan-hujanan demi mencari Dewi.

"Abang, kak Dewa mencari Dewi?" tanya Dewi pada Rendi yang berada di sampingnya.

"Iya, kayak orang gila dia!" ujar Rendi tak percaya.

"Kasian kak Dewa abang, temuin kak Dewa sama!" ujar Dewi.

"Ogah, yang dia cari lo bukan gue!" tolak Rendi.

Lagian berani banget dia nyakitin adek gue yang jelek ini Rendi tak terima.

"Ya sudah Dewi temui kak Dewa!" ujar Dewi tanpa ragu.

"Lo masih mau nemuin dia?, Gue gak kuat liat lo nangis lagi karena dia, lagian cowok banyak Wi, dan satu hal gue gaakan ngizinin lo pacaran sama dia!" ujar Rendi panjang lebar.

Seperti ucapan Rendi ini masuk telinga kanan keluar telinga kiri bagi Dewi. Dewi masih saja perduli pada Dewa, sampai dia berlari ke arah Dewa, membuat Rendi mendesah panjang.

"Punya adek batu!" ujar Rendi, dia masih diam di tempat memperhatikan Dewi dan Dewa dari jauh.

Sekarang Dewi berada tepat di depan Dewa, dan Dewa langsung memeluk Dewi, membuat Dewi bingung.

Kak Dewa kenapa? Dewi bingung.

"Jangan nangis" ujar Dewa yang masih memeluk Dewi.

"Kak Dewa tahu Dewi menangis?" tanya Dewi bertambah bingung.

Dewa melepaskan pelukannya dari Dewi dan mengusap pipi Dewi lembut.

"Cantik" ujar Dewa sambil tersenyum.

Kak Dewa tersenyum? Dewi tak percaya.

Dewi masih diam membisu, dia terlalu shock dengan perkataan Dewa,  ah sepertinya dia salah sudah datang menemui Dewa.

"Dewi!" panggil Dewa.

"I---iya kak?" tanya Dewi gugup.

"Yang tadi namanya Rachel, dia sebenarnya temen masa kecil gue, hari ini gue kesini nganterin dia karena di suruh sama papah" jelas Dewa.

"Kenapa kak Dewa menjelaskan itu semua? Dewi tidak ingin tahu" jawab Dewi bohong.

Ini kalimat panjang yang baru saja Dewi dengar dari kak Dewa batin Dewi senang.

"Gue ngerasa harus ngasih tau lo aja" jawab Dewa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Gue kenapa?, Kenapa gue ngelakuin hal ini? batin Dewa bingung.

Hujan sudah berhenti sekarang, dan sepertinya Dewi sudah tidak merasakan sedih lagi, dia sekarang senang.

Rendi berlari dari tempatnya berteduh kearah Dewi dan Dewa.

"Kenapa lo meluk Dewi? Hah?" tanya Rendi sambil memegang kerah baju Dewa.

Dewa diam saat ditanya itu oleh Rendi, dia juga bingung kenapa tiba-tiba memeluk Dewi dan kenapa dia juga menjelaskan tentang itu semua kepada Dewi?

"Jawab!" ujar Rendi masih sambil memegang kerah baju Dewa.

"Abang, sudah ah lepaskan!" ujar Dewi sambil melepaskan tangan Rendi dari kerah baju Dewa.

"Kak Dewa, sebaiknya kakak pulang, Dewi dan abang juga akan pulang" ujar Dewi sambil menggandeng lengan Rendi.

"Lo ngapain kesini?" tanya Dewa.

"Dewi mengantarkan nenek ke rumah terakhirnya" jawab Dewi.

"Udah jangan tanya-tanya Dewi lagi!, Kita mau balik" larang Rendi.

"Kak Dewa mau ikut kita?" tawar Dewi.

"Dewi, apa-apaan lo?, Ngapain ngajak orang asing ke rumah nenek" ujar Rendi tak terima.

"Ish abang, bukannya lebih banyak yang mendoakan nenek itu lebih baik?" tanya Dewi.

Rendi dibuat diam karena ucapan Dewi ini, memang benar juga apa yang di ucapkan Dewi ini.

"Gue doain dari rumah aja" ujar Dewa.

"Kakak ikut aja" uajr Dewi sambil memegang tangan Dewa.

Ya ampun Adek gue, kenapa jadi gini? tanya batin Rendi tak percaya.

"Udah ikut aja lo!" ujar Rendi akhirnya.

Dewa hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyuman.

"Ayo abang pulang, Dewi kedinginan" ujar Dewi.

"Iya ayo" ujar Rendi.

Mereka pergi, Dewi memegang sebelah lengan kedua lelaki itu, saat Dewi memegang lengan kedua lelaki itu rasanya Dewi mendapatkan lindungan dan juga merasa sangat aman.

"Dewi, tangan lo lepasin!" ujar Rendi sambil berjalan.

Dewi pun melepaskan tangannya dari lengan Rendi, membuat Rendi kesal.

"Bukan dari gue, tapi dia!" ujar Rendi tak terima.

Ahh, bang Rendi menyebalkan batin Dewi kesal.

"Eh, maaf kakak, Dewi tidak sadar telah memegang tangan kakak" ujar Dewi bohong dan dia melepaskan tangannya dari lengan Dewa.

Bukannya menanggapi Dewa malah mengaitkan tangannya dengan tangan Dewi membuat Dewi bingung sekaligus senang.

Mereka bertiga berhenti, Rendi menatap Dewa penuh amarah sedangkan Dewa menatap Dewi yang sedang menatapnya juga.

"Gue suka ini" ujar Dewa menatap Dewi.

"Gak gak suka!" bantah Rendi.

"Dewi juga menyukainya" ujar Dewi senang.

Dewiiiiii, kenapa lo ngelakuin hal ini ke gue? Argh!, Gue makan hidup-hidup juga lo! batin Rendi kesal.

Maaf ya guys updatenya kelamaan.

Vote aja ya terus biar aku bisa updatenya gak lama-lama.

Dewi & Dewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang