oaujun berdiri di depan kaca, memperhatikan seseorang yang berada di seberang dalam diam.
"jun, kamu sudah datang?"
oaujun mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari sosok yang diperhatikannya
"dia baik baik saja"
"aku tidak akan mengatakan baik dalam kondisi seperti ini" oaujun akhirnya bersuara
"kamu tahu apa maksutku"
oaujun menghela nafas "oh dan bisa jangan memanggilku jun, tidak ada yang memanggilku dengan sebutan itu selain dia"
"ya, maaf. aku selalu mendengarnya mengatakan jun jadi..."
"tidak masalah"
selama beberapa saat mereka hanya berdiri berdampingan memperhatikan tanpa suara.
"temui dia, aku tidak pernah melihatmu masuk ke dalam, kamu selalu berdiri menatapnya dari sini"
oaujun menggelengkan kepala sembari tersenyum lemah "buat apa, toh dia tidak mengenaliku, meski di saat kondisinya yang terbaik sekalipun"
"yah, yang jelas, untuk sekarang, kondisinya sudah kembali stabil, tadi aku menyuruh suster untuk memberitahu mu untuk ber jaga jaga kalau ini menjadi yang terakhir"
oaujun masih tidak melepaskan matanya dari sosok yang berbaring di balik kaca dengan segala macam peralatan yang terhubung pada tubuhnya.
"menurutmu, apakah lebih baik jika semua ini di hentikan?" tanya oaujun
"kami membutuhkan persetujuanmu untuk itu"
"bukan itu yang kutanyakan" oaujun mengalihkan perhatiannya
"seperti yang sudah kujelaskan, tidak ada kemungkinan untuk sembuh, baik fisik maupun psikologis"
"kenapa bukan kakek yang melakukannya" potong oaujun
"kakekmu hanya bertanggung jawab sebagai pengganti sebelum kamu menginjak usia dewasa, dan sekarang kamu sudah..."
"kenapa kakek tidak memutuskan saat aku belum dewasa kalau begitu?!"
"kamu tahu, dia dibutuhkan sebagai bukti untuk kasus ayahmu dan kasus ini sendiri"
"yang membuktikan apa? dia hanya berbaring di sana, tidak ingat apapun selain kenangan lama yang tidak ada sangkut pautnya dengan kasus manapun" seru oaujun emosi
"hei, tenang, meski ini ruangan khusus dan tidak ada pasien lain, tapi ini tetap rumah sakit"
oaujun menghempaskan tubuhnya pada sebuah kursi yang berada di sana, kedua tangannya bertumpu pada lutut, saling terkait satu sama lain. tatapan oaujun kembali terpusat pada penghuni ruangan di balik kaca.
"dok, punya pacar kan?"
"hmm"
"bagaimana hubungan kalian?"
"baik, yah kami sibuk sih, belakangan ini shif kami selalu bertabrakan jamnya jadi susah untuk bersama. tapi tidak ada masalah"
"karena kalian saling menyukai" oaujun tersenyum sinis "kalau memang suka bisa sehebat itu, kenapa dia bisa berakhir di sana"
"mungkin, karena dia sangat menyayangimu"
oaujun menatap dokter yang duduk di sebalahnya meragukan
"aku sudah lama menanganinya, aku melihat nya dibsegala kondisi. sebenarnya aku juga tidak percaya dia bisa bertahan selama ini"
"apa maksutnya?"
"seseorang yang hidupnya sudah tergantung pada mesin bahkan kondisi kejiwaannya juga tidak stabil, kasus seperti ini tidak pernah ada, tapi setiap kali melihatnya aku merasa kalau dia sedang berjuang. saat kondisinya sedikit bagus aku sering mendengar dia menggumankan namamu, hanya namamu, tidak pernah yang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
fake love
Fanfictionpluem, straight A student, ace badminton club, loyal and will do anything for his boyfriend, chimon. but the truth is he didn't believe in love. oaujun, smiling prince charming, playboy dancer loved by everyone who actually scared to love. and fran...