Oaujun Fiat

2K 175 37
                                        

"fiat, tungguin" oaujun berlari mengejar dan menyamakan langkahnya dengan fiat "mau ke studio kan? bareng ya, kakak ada perlu"

"tumben kak, mau apa memangnya?"

"ada janji ketemu sama kak tul di sana, sekalian lihat lokasi"

"hah?"

"oh, kakak mau luasin studio, kan bagian belakang masih kosong tuh, makanya kakak minta tolong kak tul buat bantu desain nya"

"kak tul, senior kita yang anak arsitektur itu?"

"yup. habis lulus dia kan ambil bagian di bisnis keluarganya sama kadang jadi pembicara seminar desain interior di sana sini"

"hee, kenalan kak oau keren keren semua ya"

"siapa dulu dong" jawab oaujun bangga "nggak, becanda. tapi kakak memang sengaja deketin orang orang yang bagus, kan kalau lingkungan kita bagus kita bisa ke tarik jadi ikut bagus"

"hmm, tapi kok sifat kakak nggak ada kemajuan juga, padahal itu sekitar kakak sifat nya baik baik semua lho"

"ya, kan kakak lebih sering sama kamu dan pluem"

"maksutnya sifat fiat dan pluem nggak bagus gitu?!"

"menurutmu?" oaujun menyeringai melihat fiat berdecak sebal "nggak deh, maksut kakak itu karena keseringan main dengan kalian makanya sifat kakak nggak berubah, soalnya kalian menerima kakak apa adanya"

"hmm" fiat membiarkan oaujun melingkarkan lengan di bahunya selama mereka berjalan menuju studio.

"serius beneran"

"fiat boleh nanya gak kak?"

oaujun tersenyum masam saat fiat mengalihkan topik begitu saja. sepertinya dia lah yang memberikan pengaruh negatif pada fiat karena entah sejak kapan fiat terbuasa mengikuti ritme nya dan pluem yang dengan mudah mengalihkan pembicaraan untuk menghindari hal yang tidak ingin dibahas.

"apa?"

"kemarin, kok kak oau bisa yakin fiat dan yang lain paham hint yang kakak kasih ke kita? kalau kemarin nggak ada seorang pun yang sadar gimana nasib pluem tuh?"

"oh itu" oaujun mengigit bibirnya, dia masih sedikit takut setiap kali mengingatnya "sebenarnya kakak nggak yakin yakin amat sih, kayaknya daripada pluem, aku yang lebih ngeri sama berhasil tidaknya rencana kami waktu itu. soalnya kalau gagal, aku akan merasa bersalah seumur hidup pada pluem"

"kapan kakak sama pluem rencanain hal kayak gitu, kenapa nggak bilang fiat langsung aja, kan fiat bisa bantu?"

"nggak bisa, melanggar aturan soalnya kamu kan salah satu... ee, maksut kakak..."

oaujun melirik ke arah fiat, belum pernah oaujun melihat fiat semarah kemarin saat menuntut penjelasan darinya dan pluem.

oaujun dan pluem tidak merencanakan apapun sebelumnya, mereka hanya memutuskan apa yang harus dilakukan saat itu juga saat tahu bahwa pluem hanya memiliki waktu sampai tengah malam untuk mengakhiri game nya.

kalimat pluem yang mengatakan untuk mengaku karena terlanjur ketahuan menjadi kata kunci untuk oaujun mengenai rencana nya. mendengarkan kalimat dan nada bicara serta sikap pluem selama menjelaskan, oaujun hanya bisa menebak jalan pikiran pluem.

ketika pluem berkata dia berhenti. saat itulah oaujun sadar, pluem mempercayakan eksekusi akhir padanya untuk membuat rencana yang disusunnya berjalan. oaujun tidak tahu harus senang atau takut dengan kepercayaan yang diberikan oleh pluem padanya. karena jika dia gagal, hidup pluem lah yang menjadi taruhannya.

"nggak papa kak, mau gimana lagi, toh bukan sepenuhnya salah pluem fiat koma"

"apa karena itu kamu dengan mudah maafin pluem?"

fake loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang