pluem menghentikan ciumannya saat merasa chimon mendorong dada nya pelan
"hmm?"
"nggak papa" kata chimon sembari melingkarkan lengannya pada pinggang pluem
pluem membiarkan chimon membenamkan wajah di lehernya dan membalas pelukan chimon, tangannya reflek bergerak mengusap rambut chimon perlahan.
"kenapa?" tanya pluem sedikit menunduk untuk mencium kening chimon
pluem mengeratkan pelukannya pada chimon yang hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. tidak ingin memaksa chimon bicara, pluem membiarkan ketenangan hadir di dalam kamarnya.
"kak" guman chimon setelah hanya diam beberapa lama
"hmm?" tangan pluem masih setia mengusap kepala dan punggung chimon
"kak phem nggak perlu maksain diri, chimon nggak papa kok meski cuma jadi adik kak phem"
pluem mendorong bahu chimon pelan agar bisa menatap wajahya.
"kak pluem dasarnya nggak kayak mon kan, lagipula tujuan kak phem cuma buat menangin game. sekarang kan udah selesai, jadi kak phem nggak perlu lagi..."
"mon?!"
"mon nggak marah kok kak, mon paham alasan kakak, mon nggak masalah selama kak phem tetep ngebolehin chimon di dekat kakak"
pluem berkedip, dalam kepalanya sibuk memproses kalimat pengakuan chimon.
"tapi mon, kita udah pernah melakukan hal yang nggak pas buat status kakak adik"
"teman juga nggak papa, ada kan teman yang juga begitu"
pluem teringat kalimat oaujun siang tadi, juga pertanyaan frank. selama ini memang pluem sengaja diam dan tidak memulai untuk membahasnya terlabih dahulu. pluem menunggu chimon yang mengatakannya karena pluem merasa dia tidak berhak memutuskan.
"kalau mon nggak bisa maafin kakak..."
"bukan gitu kak" sahut chimon cepat "mon udah bilang mon nggak marah kan?"
"marah dan maafin beda mon" jawab pluem tersenyum "mon bisa aja nggak marah, mon bisa juga mengerti, tapi mon belum tentu bisa nerima begitu aja kan?"
"mon..."
"kakak nggak terpaksa mon. memang awalnya tujuan kakak nggak baik. tapi kakak serius saat bilang kakak peduli dengan chimon. meski bukan 'peduli' seperti yang mon harapkan"
pluem merapikan rambut chimon sembari berbicara
"dan entah sejak kapan kakak jadi terbiasa dengan mon bersama kakak"
chimon menunduk sembari mengigit bibirnya. pluem menghela nafas, memindahkan tangannya pada dagu chimon, membuat chimon menatapnya.
"tapi kalau itu yang mon mau, kakak akan turuti. kakak akan menjadi apapun yang chimon inginkan"
chimon memalingkan wajahnya. sebenarnya dia tidak mau melepaskan pluem tapi sejak kembali berbaikan dengan nya, pluem memperlakukan chimon lebih hati hati dari sebelumnya. membuat chimon merasa sedikit tidak tenang karena berfikir bahwa pluem masih tidak benar benar menyukainya, hanya saja kali ini alasannya bersama chimon karena merasa bersalah.
"mon, kakak minta maaf" pluem menatap chimon yang berbalik membelakanginya "apa alasan mon karena tidak nyaman dengan kakak atau dengan sikap kakak?"
"kalau sikap kakak yang membuat mon nggak nyaman, kakak bisa merubahnya"
"nggak perlu kak, mon bilang kan, kakak nggak perlu memaksakan diri dengan mon, kakak boleh kok kalau mau dengan kak jan atau kak puimek"
pluem mengerutkan keningnya tidak paham "bukannya ssing sama nanon yang sedang berusaha mendekati mereka?"

KAMU SEDANG MEMBACA
fake love
Fanficpluem, straight A student, ace badminton club, loyal and will do anything for his boyfriend, chimon. but the truth is he didn't believe in love. oaujun, smiling prince charming, playboy dancer loved by everyone who actually scared to love. and fran...