Do you love me? Hinata

3.6K 161 2
                                    

Sejak saat itu, Naruto dan Hinata berteman kembali.
Mereka seringkali bertemu dan saling sapa. Namun tidak lebih dari itu.
Hinata masih sering terlihat malu di depan Naruto. Begitupun Naruto. Remaja yang terkenal sangat berisik itu terkadang canggung jika harus berbicara dengan teman akademinya itu. Oleh sebab itu hubungan mereka tidak ada kemajuan.

Desa sedang disibukkan dengan perbaikan besar-besaran akibat invansi Pain. Semua Shinobi dan warga Konoha bergotong royong memulihkan keadaan desa.
Perumahan yang hancur rata dengan tanah, pepohonan yang tumbang, serta perkebunan yang rusak begitu merepotkan semua orang tak terkecuali Naruto dan Hinata.

"Ini membosankan sekali ttebayo"
"Urusai.. kerjakan saja semuanya baka!"
"Sakura-chan. Bolehkah aku istirahat? Boleh kan? Ya? Ya? Ya?"
"Boleh, setelah tulang tanganmu kupatahkan"

Naruto bergidik ngeri mendengar jawaban dari rekan setimnya itu.
Sai hanya tersenyum aneh menanggapi situasi yang heboh ini.

"Oi Shikamaru, bagaimana jika kita kabur saja dari sini? Kau mau kan?"
"Aku tidak ingin melakukan hal yang merepotkan seperti itu Naruto."
"Payah. Ahaa.. Lee, bagaimana jika kita pergi jalan-jalan? Kau pasti mau kan?"
"Naruto-kun. Semangat mudamu pasti sedang membara. Tapi lihatlah keadaan desa. Aku tidak akan meninggalkan pekerjaan untuk menata ulang Konoha tercintaku ini. Lihatlah Gai-sensei, dia begitu bersemangat. Bagaimana mungkin aku meninggalkannya?"
"Semuanya menyebalkan dattebayoo. Kalau begitu aku akan pergi sendiri. Jaa"
"Baka Narutoo..!!"

Naruto berlari secepat kilat setelah mendengar teriakan Sakura. Bagi Naruto, Sakura yang marah adalah hal terburuk di dunia ini. Bahkan lebih buruk dari kemunculan Pain.
Ia lalu berjalan keliling seorang diri, lalu tanpa sengaja melihat Hinata yang sedang susah payah membawa balok kayu seorang diri. Terlihat peluh menetes di keningnya.
Naruto terdiam sejenak.

"Kasian sekali"

Tak lama setelah Naruto memperhatikan Hinata, Kiba datang dan menolong Hinata membawa balok kayu itu. Naruto yang melihat ini langsung emosi. Ia telah bertekad untuk berjuang mendapatkan Hinata mulai sekarang.

"Hinataa.."

Naruto berlari ke arah Hinata dengan senyum yang amat lebar. Hinata dan Kiba sontak menoleh ke arah Naruto.

"Ada apa dengan Naruto? Kenapa dia tersenyum seperti itu?"

Hinata hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Kiba.

"Hinata, aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau ada disini. Haha."
"Eh? Naruto-kun mencariku?"
"Tentu saja ttebayo. Aku akan membantumu Hinata."

Tanpa aba-aba, Naruto langsung merebut balok kayu yang tadi dibawa Hinata dan Kiba bersama-sama. Lalu dengan semangat membantu Hinata memindahkan balok-balok kayu.

"Cih. Baguslah kalau kau mau membantu. Baka Naruto."
"Apa kau bilang?!!"
"Ba ka Na ru to"
"Kibaa..."
"Apa?!"
"Kauu.. lihat saja aku akan mendapatkan apa yang ingin kau dapatkan?"
"Heh? Memangnya apa?"

Naruto lalu mendekati Kiba dan berbisik di telinganya.
"Hi na ta"

Naruto tersenyum miring. Lalu menjauhi Kiba.
Kiba mengepalkan tangannya sangat kuat.
Matanya memerah karena marah pada Naruto.

"Bagaimana mungkin ia tau kalau Hinata adalah seseorang yang aku sukai selama ini?
Dan berani sekali dia mengejekku seperti itu? Apa dia tau Hinata menyukainya jadi dia sangat percaya diri? Baka Narutoo"
Batin Kiba

Karena begitu marah, Kiba lalu mencengkram kerah baju Naruto.

"Baka, untuk apa kau bicara seperti itu padaku? Apa karena kau sudah sadar bahwa Hinata mencintaimu maka kau berani mengejekku seperti ini, hah?"

Diam, Naruto hanya diam. Ia masih berpikir. Lalu akhirnya tersadar.

"Na..nani?"

Untuk sejenak Naruto terpaku lagi. Mencerna perkataan Kiba lagi, mungkin saja ia salah menangkap makna pernyataan Kiba. Tapi seberapa kalipun ia berpikir, hasilnya sama. Ada pernyataan 'Hinata mencintaimu' dalam kalimat Kiba.

Sedangkan Hinata membola mendengar pernyataan Kiba. Jantungnya berdebar tak menentu. Wajahnya memerah menahan malu dan takut dengan respon Naruto selanjutnya.
Naruto lalu memandang Hinata dengan pandangan yang tak dapat diartikan, ia memandang lekat tak berkedip. Sulit rasanya mempercayai perkataan Kiba. Meskipun ia sangat senang mendengar itu, tapi jika bukan Hinata yang mengatakannya sendiri, baginya itu tidak dapat dipercaya.

"Kau mencintaiku, Hinata?"

my first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang