Pagi ini Hinata bangun sangat pagi bahkan sebelum sang surya menampakkan kilaunya.
Setelah seharian menangis dan berdiam di kamar, hari ini Hinata bertekad untuk membenahi diri. Melupakan hal-hal yang menyakitkan, dan mungkin melupakan Naruto.
Walaupun itu hal yang mustahil.Ia tersenyum, tersenyum untuk dirinya sendiri. Tersenyum untuk mengawali pagi ini. Berharap semuanya berjalan lebih baik.
Jika memang Naruto menjauhinya, maka ia akan menerima keputusan itu.Ia melangkahkan kakinya dengan anggun, menapaki jalanan berumput yang masih basah oleh embun. Kaki mungilnya beberapa kali melompat menghindari semut yang berbaris rapi. Bahkan seekor semutpun sangat ia hargai. Ia lalu melihat matahari terbit di bukit dekat dengan lapangan latihannya.
"Indahnya.."
"Apa yang indah Hinata?"
"Shino-kun."
Hinata terperanjat ketika tiba-tiba ada seseorang di belakangnya. Namun ia kembali memandang takjub matahari terbit itu."Matahari terbit itu. Bukankah ia sangat indah? "
"Kau lebih indah, Hinata"Shino bergumam dalam hati. Ia memandang wajah cantik Hinata dengan dalam. Baginya wajah Hinata lebih menarik dari matahari terbit.
Ia tersenyum dibalik jaketnya."Shino-kun"
Dengan tiba-tiba, Hinata menoleh menghadapnya ketika ia sedang memandang Hinata dalam. Ia sangat terkejut hingga hampir terjungkal.
"Kau mengagetkanku Hinata."
"Hihihi. Gomen Shino-kun."Hinata tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Ia heran melihat Shino yang begitu terkejut hanya karena ia memanggilnya tiba-tiba.
"Demo.. kenapa Shino-kun kesini pagi-pagi?"
"Aku hanya ingin menikmati udara segar bersama serangga-seranggaku."Hinata hanya membulatkan mulutnya sebagai tanda dia mengerti. Ia lalu tersenyum kembali.
"Ehm. Aku pergi dulu Hinata."
Hinata kaget karena tiba-tiba Shino pergi. Ia lalu melambaikan tangannya ke Shino dan kembali menatap sang mentari.
"Aku tidak akan bisa bertahan jika Hinata terus tersenyum begitu."
Umpat Shino pada dirinya sendiri.
Tak lama setelah itu, Naruto terlihat berjalan ke arah dimana Hinata berada. Ia juga entah kenapa hari ini bangun amat pagi. Tak melihat Hinata dari kejauhan, Naruto tetap berjalan sambil menundukkan kepalanya.
Lalu ketika ia mendongak, tubuhnya menegang melihat ada sosok gadis yang begitu ia hindari. Dengan surai ravennya yang beterbangan oleh angin. Tak lama setelah itu, Hinata berbalik dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.
Untuk beberapa detik Naruto tertegun tak berkedip melihat senyum itu.
Senyum yang amat ia sukai.
Senyum yang amat ia rindukan.
Senyum yang selalu ingin ia lihat.Hinata yang terkejut karena Naruto berdiri tepat dibelakangnya sontak mundur ke belakang dan hampir jatuh dari bukit.
Dengan tangkas Naruto memegang tangannya.
Nyaman
Itulah yang mereka rasakan.Tanpa mereka sadari, semburat merah menghiasi kedua pipi mereka.
Untuk beberapa detik mereka tak bergerak. Lalu akhirnya Hinata menjauh dari bukit dan melepaskan genggaman tangan Naruto."Kosong. Mengapa rasanya begitu kosong."
Batin Naruto yang melihat tangannya dengan tatapan sendu."Arigatou, Naruto-kun. Aku pergi."
Hinata segera melangkah pergi karena sadar jika Naruto sedang dalam masa menjauhinya. Namun dengan refleks Naruto memanggil Hinata.
"Hinata"
Hinata sontak menghentikan langkahnya mendengar Naruto memanggil namanya.
Ia lalu berbalik dan mendapati Naruto yang menghadapnya sambil menundukkan kepala."Gomenasai."
Hinata menahan air mata yang hendak jatuh dari pelupuk matanya. Entah kenapa ia begitu sakit mendengar permintaan maaf dari Naruto.
"Aku begitu keterlaluan karena tidak menjengukmu. Padahal kau membahayakan nyawanyamu untuk menyelamatkanku. Arigatou."
"Bukan. Bukan itu yang membuatku bersedih Naruto-kun. Kau menjauhiku. Itu yang melukaiku."
Jerit Hinata dalam hati.Tak mampu menahan air matanya lagi, Hinata lalu berbalik memunggungi Naruto lalu mengusap air matanya terburu-buru.
Melihat Hinata memunggunginya. Naruto jadi semakin bersalah. Ia berpikir Hinata mungkin tidak ingin memaafkannya. Ia mungkin terlalu keterlaluan sehingga tidak bisa dimaafkan. Ia lalu lebih menundukkan kepalanya dalam.Tiba-tiba Hinata membalikkan tubuhnya menghadap Naruto lalu tersenyum amat manis. Senyum terbaik yang ingin ia perlihatkan. Senyum yang selalu ingin Naruto lihat.
"Daijobou Naruto-kun. Melihatmu baik-baik saja sudah membuatku bahagia dan bersyukur. Naruto-kun pasti sangat sibuk sehingga tak sempat menjengukku."
Naruto lagi-lagi terpesona pada senyum itu. Lalu tanpa sadar ia ikut tersenyum.
"Kau cantik sekali, Hinata"
"Nani?"
"Eh? Haha tidak. Terimakasih banyak Hinata. Kau baik sekali ttebayo."Hinata lalu tersenyum lagi.
Kecanggungan diantara mereka kini telah menghilang. Bahkan Naruto telah kembali ceria di depan Hinata. Ia bahkan begitu berisik menceritakan bagaimana ia berlatih selama ini. Ia menceritakannya dengan berbagai ekspresi yang amat lucu. Hinata terkikik kecil melihat Naruto begitu bersemangat.
Dan tiap Hinata tertawa kecil, Naruto selalu terpesona. Lagi dan lagi."Aku bersyukur Naruto-kun telah kembali."
Batin Hinata.

KAMU SEDANG MEMBACA
my first love
Fiksi Penggemar(Disclaimer : naruto milik paman masashi kishimoto🤗) aku mencintai sosok yg tidak mungkin untuk kudapatkan. namun rasa ini terlalu dalam sehingga aku tak mampu menyingkirkannya. naruto-kun akankah kamu memandangku? bukan sebagai seorang gadis yang...