End

5.4K 204 16
                                    

"kau mencintaiku, Hinata?"

Hinata semakin terkejut karena Naruto bertanya langsung padanya.
Berbagai kemungkinan buruk terlintas dalam pikirannya. Apa mungkin Naruto akan marah lalu menjauhinya jika ia mengiyakan pertanyaan itu, atau mungkin bahkan memarahinya dan memandang aneh?
Tapi jika ia tak mengatakan yang sebenarnya, mungkin ia tak akan punya kesempatan lagi.

Tapi Hinata sangat takut jika Naruto menjauhinya lagi. Lebih baik Naruto tak tau apapun tentang perasaannya dan tetap mau berteman dengannya daripada Naruto menjauhinya seperti terakhir kali.
Hinata masih ingat rasa sakit itu. Sakitnya diabaikan, sakitnya dihindari, sakitnya dianggap tidak ada, oleh orang yang ia cintai.

"Hinata?"
"Eh? A.. Aku. Aku harus pergi. Gomenasai, Naruto-kun."

Hinata lalu berlari sambil menangis. Perasaannya sungguh tak menentu sekarang. Ia takut, sungguh takut Naruto akan meninggalkannya.

"Hinataa.. tungguu!!"

Naruto mengejar Hinata secepat mungkin. Ingin mendengarkan penjelasan darinya. Ia begitu penasaran hingga tak bisa menahannya lagi.

Setelah akhirnya mampu mengejar Hinata, ia lalu berhenti setelah melihat Hinata berhenti di belakang bukit tempat mereka beberapa kali berbincang dulu.
Ia terkejut mendengar isak tangis Hinata.

"Kenapa? Kenapa Hinata menangis? Apa aku melakukan kesalahan?"
Batin Naruto.

Naruto lalu mendekat, tak tahan melihat Hinatanya menangis. Hinatanya? Hei, dia bahkan tidak begitu dekat dengan Hinata. Bagaimana mungkin menyebutnya sebagai Hinatanya.

"Hinata"

Hinata terkejut. Ia lalu berhenti menangis. Mengusap air matanya dengan cepat. Berusaha tersenyum sebisa mungkin.

"Naruto-kun?"

Hinata tersenyum. Senyum terburuk yang pernah Naruto lihat. Senyum dengan jejak air mata yang masih terlihat jelas. Senyum dengan mata memerah akibat menangis. Senyum yang benar-benar buruk untuk dilihat.

Wajah Naruto lalu berubah menjadi sendu. Mengapa Hinata harus berpura-pura tersenyum dan baik-baik saja? Bukankah menjadi terbuka itu lebih baik?
Naruto lalu mengusap sisa air mata di ujung mata Hinata. Mengusap begitu lembut.

"Kenapa kau tersenyum, Hinata? Jika ingin menangis, menangislah. Aku akan menemanimu disini"
"Naruto-kun.."

Hinata lalu menangis lagi, hatinya begitu rapuh dan lembut. Naruto merasakan dadanya begitu sakit melihat Hinata menangis. Begitu terluka melihat orang yang ia sayangi menangis. Ia lalu menarik Hinata ke dalam pelukannya.

Hinata yang dipeluk tiba-tiba sontak terkejut dan menegang. Apa benar ia sedang dipeluk pujaan hatinya? Apa ini nyata dan bukan mimpi? Jika ini nyata, maka ini adalah hari terbaik dalam hidupnya.

Naruto menepuk-nepuk punggung Hinata dengan lembut. Ia bahkan kadang mengusap rambut Hinata yang terasa amat lembut dan harum.
Apa ini? Kenapa ia berdebar? Wajahnya terasa panas.
Sang Uzumaki Naruto merona dalam pelukan gadisnya. Ia menjadi canggung namun tak ingin melepaskan pelukan itu.

Hinata telah berhenti menangis lalu dengan perlahan melepaskan diri dari pelukan hangat Naruto. Naruto merasa hampa saat Hinata menjauh. Kenapa terasa sangat sebentar? Naruto menginginkan pelukan itu lagi. Sangat.

"Arigatou, Naruto-kun."
"Sudah merasa baikan?"
"Uhm"
"Apa aku melakukan kesalahan sehingga kau menangis?"
"Iie Naruto-kun. Aku hanya takut."
"Takut? Kenapa? Ada yang mengganggumu? Siapa? Aku akan menghajarnya ttebayo"
"Hihi, bukan seperti itu Naruto-kun?"
"Eh?"

Naruto terpesona ketika Hinata tertawa kecil. Cantik. Bagitu cantik. Ia lalu memalingkan wajahnya yang merona.

"Aku takut Naruto-kun akan menjauhiku seperti waktu itu."
"Eh? Gomenasai karena waktu itu aku begitu bodoh dengan menjauhimu. Tapi sekarang kenapa pula kau berpikir aku akan menjauhimu?"
"Karena.. apa yang Kiba-kun katakan benar."
"Apa yang Kiba katakan benar?"

Hinata menundukkan kepalanya dalam menahan tangis. Ia meremas bagian bawah bajunya hingga kusut. Begitu cemas dengan respon Naruto.

"Ja..Jadi.. kau mencintaiku?"

Hinata hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Sunyi

Naruto diam tak bergerak. Senyum lebar terbit dengan cerahnya. Bukan sebentar, 5 menit Naruto hanya tersenyum dan terpaku. Menerawang jauh tentang hari-hari indah yang ada di depan mata. Ia membayangkan bahwa Hinata dan dirinya akan selalu bersama setelah ini. Berjalan berdua, bergandengan tangan. Berlatih bersama, makan ramen bersama, dan tertawa bersama. Begitu indah hingga ia melupakan gadis di depannya yang kini kembali menangis.

"Whoaa.. aku bahagia sekali ttebayo."

Naruto berteriak dengan sangat keras hingga membuat Hinata yang sedang menangis terlonjak kaget.
Hinata mengedip-kedipkan matanya bingung. Respon macam apa yang Naruto berikan itu?

Naruto lalu menatap Hinata dengan senyum lebarnya sambil memegang pundaknya erat.

"Apa kau tau Hinata, aku juga mencintaimu."
"Na..nani?"
"Aku mencintaimu sejak dulu. Bahkan sejak aku tidak tau apa itu cinta. Kau adalah cinta pertamaku, dan aku ingin kau juga jadi cinta terakhirku dan satu-satunya cintaku."

Mata Hinata membola. Apa yang ia dengarkan tadi apakah nyata?

"Apa ini nyata?"
"Kau bicara apa Hinata? Tentu saja ini nyata ttebayo."

Hinata lalu mulai menangis lagi. Namun kali ini bukan tangisan sedih, cemas, atau takut. Melainkan tangisan bahagia.

"Eh? Kenapa kau menangis Hinata?"
"Aku bahagia Naruto-kun. Aku menangis karena bahagia. Sangat. Aku tak menyangka kau juga memiliki perasaan yang sama denganku. Kupikir, kau, kau hanya mencintai Sakura. Aku bahkan masih mengira ini mimpi."
"Eh? Sakura? Bagaimana mungkin aku mencintainya. Dia sahabatku dan dia hanya memandang Sasuke. Dan aku hanya memandangmu."

Naruto mengusap pipi lembut Hinata dengan penuh sayang.

"Arigatou Naruto-kun."

Hinata menubruk tubuh Naruto dengan erat. Ia sangat bahagia hingga berpikir tak akan melepaskan pelukan itu. Naruto pun tak kalah erat memeluk Hinata. Semuanya terasa begitu indah sekarang.
Seluruh rasa sakit, penantian, dan kesalahpaham terbayarkan dengan indah.

Banyak yang bilang cinta pertama sulit untuk bersatu, tapi mereka beruntung, karena memiliki kisah cinta pertama yang sempurna.
Cinta pertama yang menjadi cinta terakhir dan cinta satu-satunya.

                         The end.

****


Minna.. terimakasih karena telah membaca karya pertamaku ini.
Aku menulis kisah cinta Naruhina karena menurutku kisah cinta mereka sangatlah indah di serial anime Naruto.
Maaf ya kalau ceritanya kurang bagus dan masih banyak kurangnya.
Maaf juga selalu lama updatenya.
Hihi
Komen ya buat koreksi author.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang