Sudah di perbaiki.
Happy reading
.
.❄❄❄
Maura tengah berjalan-jalan di sekitar bibir pantai menikmati suara deburan ombak di pagi hari. Ia berjalan seorang diri, tidak di temani oleh siapapun. Calista sedang belajar membuat cheese cake dengan Reyhan di dapur khusus hotel, sedangkan Arkan menemui Arsha karena gadis itu menelfon nya dan mengatakan bahwa dia membutuhkan Arkan saat ini.
Karena Arkan menelfonnya dan meminta izin menemui Arsha. Arkan juga sempat mengajaknya ikut serta menemui Arsha namun Maura menolak dengan alasan Arsha tidak akan senang dengan kehadirannya. Padahal sebenarnya ia berniat untuk berjalan-jalan seorang diri. Maura juga tidak berniat bilang ini pada Arkan, sebab ia tahu Arkan tidak akan mengizinkannya.
Ghea, Della dan teman-teman yang lainnya mungkin masih berada di kasur mereka atau sedang bersiap mengepak barang untuk kepulangan mereka sore ini.
Maura memejamkan kedua matanya sembari menghirup udara sejuk. Ia sengaja berjalan-jalan sendirian di sekitar pantai hanya karena ingin menikmati suasana pantai untuk yang terakhir kalinya sebelum kembali ke Jakarta.
Rasanya tidak rela meninggalkan tempat yang begitu indah ini karena ia masih belum puas menjelajahi tempat ini. Apalagi masih ada tempat yang belum ia kunjungi. Pink Beach.
Sebenarnya Maura ingin sekali meminta Arkan untuk menemaninya ke sana. Ia penasaran dengan tempat itu. Namun Maura sadar, Arkan sudah mengeluarkan uang banyak untuk mewujudkan keinginannya berlibur di sini, alhasil Maura mengurungkan niatnya. Sudah menginjakkan kaki kemari dan merasakan keindahan pulau ini saja sudah cukup baginya. Mungkin suatu saat ia bisa kemari lagi dan menjelajah pantai pink itu.
"Aduh!" ringisnya ketika kaki kanan nya menginjak pecahan botol beling yang menancap tajam dari dalam pasir. Maura langsung mendudukkan diri nya di sana. Melihat keadaan telapak kakinya yang terluka dan mengeluarkan darah.
Maura merutuki dirinya yang melepas sepatu dan malah menentengnya sepanjang jalan hanya karena ingin merasakan sensai deburan ombak dingin yang menyentuh kulit kakinya itu.
Maura mendengus sembari menatap kakinya yang mengeluarkan banyak darah. Lalu menatap botol beling di hadapannya. Maura kemudian menatap sekitar, ada beberapa sampah yang di biarkan begitu saja. Maura menggeleng tak habis pikir, kenapa mereka selalu merusak tempat yang indah seperti ini dengan membuang sampah sembarangan?
Seharusnya mereka sadar akan lingkungan. Harusnya menjaga dan merawat bumi yang mereka tempati ini, bukan malah merusaknya. Karena jika bukan dari diri kita, maka siapa lagi?
"Lo gapapa?"
Maura mendongak pada sosok cowok yang berjalan menghampirinya sembari membawa karung yang Maura sendiri tidak tahu apa isi di dalamnya.
Cowok itu berjongkok di depan Maura. Maura menarik kakinya saat cowok itu hendak menyentuh kakinya.
"L-lo mau ngapain?"
"Gue cuma mau cek luka lo doang kok."
Maura menatap cowok di hadapannya ini sepersekian detik, kemudian membiarkan cowok itu menarik kakinya mendekat guna untuk mengecek lukanya.
"Lukanya lumayan dalem, kaki lo harus segera di obatin." Cowok itu memasukkan pecahan botol beling yang sempat melukai dirinya kemudian berbalik memunggunginya, membuat Maura mengernyit kan dahinya bingung.
"Naik ke punggung gue, biar gue anter ke pos kesehatan."
Maura terdiam memandang punggung lebar cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince
Teen FictionSequel of 'MY BOY IS COLD PRINCE' 📖 DILARANG PLAGIAT/COPAS/MENJIPLAK KARYA HANA!!!🐾 📖 Lebih baik punya karya hasil otak sendiri dari pada punya karya tapi hasil otak orang lain😂True? Jadi, Bijaklah sebelum berkarya🤗🐼 - Menjadi manja adalah si...