51 - Baikan

102K 8.5K 1.2K
                                    

Happy Reading
.
.


❄❄❄

Pagi sekali Maura sudah berada di koridor sekolah. Gadis itu berjalan tertatih sembari memandangi layar ponsel nya. Sejak kemarin Arkan tidak mengabari nya sama sekali. Jangankan mengabari nya. Pesan yang ia kirimkan pun tidak di balas nya.

Kemarin, Arkan bahkan lebih memilih mengantar Arsha ketimbang diri nya. Beruntung Rafa menawarkan diri untuk mengantar nya pulang mengingat keadaan kaki nya yang terluka.

Maura menghela napas nya. Ia kecewa.

Bukan nya mereka sudah berjanji akan mendengar penjelasan terlebih dahulu sebelum menyimpulkan suatu masalah? Arkan pernah mengatakan itu pada nya bukan?

Kenyataan nya, Arkan yang justru mengingkari nya.

Langkah Maura terhenti ketika melihat Arkan tengah bermain basket seorang diri di lapangan. Kancing seragam nya terbuka hingga menampilkan kaus oblong yang tengah di kenakan nya.

Arkan men-drible bola nya kasar hingga membuat bola itu melambung tinggi. Cowok itu lalu menangkap nya dan memasukkan nya ke dalam ring dari jarak jauh.

Maura menarik napas nya dalam-dalam lalu melangkah menghampiri Arkan. Cowok itu seperti nya tidak menyadari jika Maura sudah berada dekat di belakang nya.

"Arkan"

Panggilan Maura membuat Arkan yang tengah mendrible bola terhenti. Arkan mengenal suara itu. Suara yang membuat nya uring-uringan sejak kemarin.

"Boleh bicara sebentar?" ucap Maura dengan nada rendah namun lembut.

Arkan sama sekali tidak berbalik ke arah Maura. Namun Maura bisa melihat rahang Arkan yang mengeras.

Arkan kembali memantulkan bola nya ke tanah, memilih sibuk dengan bola basket nya. dan mengabaikan Maura.

Maura menghela napas nya. Gadis itu berjalan ke samping tubuh Arkan. Menahan lengan Arkan sehingga bola yang hendak ia masukan ke dalam ring pun meleset.

Arkan menoleh, menatap Maura dengan sorot datar nya.

"Ar, aku mohon.." pinta Maura.

Arkan memejamkan mata nya sejenak lalu menghela napas nya. Cowok itu lalu menggenggam tangan Maura pergi dari lapangan itu. Mencari tempat sepi dari murid-murid. Arkan baru menyadari jika sedari tadi mereka menjadi pusat perhatian seluruh murid.

Arkan berhenti setelah sampai di ujung koridor yang sepi. Cowok itu melepaskan genggaman nya lalu berbalik badan.

"Mau ngomong apa?" tanya Arkan dengan raut datar nya dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana nya.

"Yang kamu liat kemarin itu--"

"Aku gak mau bahas itu" potong Arkan cepat. Maura menghela napas nya.

"Ar, Kamu boleh tegur aku, marahin aku, bentak aku sepuas kamu kalo kamu kecewa dengan sikap aku, tapi tolong jangan kayak gini"

Arkan mengalihkan pandangan nya. "Mending kamu ke kelas, bentar lagi bel"

Maura kembali menahan lengan Arkan saat cowok itu hendak pergi.

"Ar, dengerin penjelasan aku dulu!"

Arkan menatap nya dingin. "Jelasin apa lagi sih, Ra?" tanya Arkan menaikkan nada suara nya. "Soal cowok itu? Itu terserah kamu, aku gak ada hak larang kamu sama cowok lain, aku ngerti kalo kamu mulai bosan sama aku"

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang