17 - Tes Rahasia

121K 8.4K 354
                                    

Sudah direvisi.


Mohon tinggalkan jejak!

Like, comment dan share gratis kok.


Yang belum punya novel My Boy Is Cold Prince (MBCP)—cerita pertama Arkan & Maura silahkan beli di shopee

Glorious.official16  atau bisa kunjungi link http://Gloriousfnrmedia.com

Happy reading

.

.

❄️❄️❄️

  Maura memberontak berusaha melepaskan genggaman Arkan ketika cowok itu menariknya memasuki rumah sakit. Kedua matanya yang sedari tadi menggenang menahan tangis akhirnya keluar juga menarik perhatian Arkan.

  Arkan seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Maura. Rasa bersalah seketika menderanya melihat Maura menangis dengan wajah pucat ketakutan. Arkan melepaskan cekalannya membingkai wajah Maura.

  "Aku nyakitin kamu?" tanya Arkan lembut seraya menghapus air mata Maura dengan ibu jarinya. Maura mengangguk pelan, pandangannya tertunduk enggan menatap Arkan.

  "Maaf."

  "Kamu selalu minta maaf dan lakuin hal yang sama lagi."

  "Maaf, Ra."

  "Aku bakal maafin kamu kalo kita pergi dari sini," cicit Maura. Berharap Arkan menyetujui permintaannya dan pergi dari tempat terkutuk ini.

  Rumah sakit hanya akan membuatnya berakhir terluka.

  Arkan menggeleng kecil sebagai penolakan membuat Maura semakin dirundung cemas.

  "Arkan—"

  "Kita harus cek luka kamu, Ra. Kamu mau lukanya sembuh, kan?"

  "Mau, tapi kan bisa diobati di rumah, Ar ...."

  "Nggak bisa, kalo infeksi gimana?"

  "Aku mau pulang ...." Maura menatap Arkan dengan mata berkaca-kaca.

  Arkan membelai wajah Maura lembut. "Kita pasti pulang setelah cek luka kamu." Arkan lalu tersenyum. "Dan aku bakal turutin semua permintaan kamu, termasuk beliin kamu es krim sebanyak yang kamu mau."

  Maura terdiam sejenak menimang penawaran Arkan. "Janji?" Maura mengulurkan jari kelingkingnya.

  Arkan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Maura. "Aku janji."

  Arkan akhirnya bisa tersenyum lega setelah mendapat anggukan dari Maura meski raut ketakutan gadis itu masih terlihat. Arkan tidak ada maksud menakuti Maura, hanya saja ia perlu memastikan sesuatu untuk gadis itu.

  "Tapi kamu jangan jauh-jauh ya!" ucap Maura seraya merapatkan tubuhnya setelah Arkan kembali menggenggam tangannya.

  "Nggak akan."

-

  Maura menggigit bibirnya ketika dokter tengah mengobati lukanya. Mata hazelnya terus menatap Arkan yang yang menggenggam tangannya seraya memperhatikan luka Maura yang diobati.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang