9 - Salah Paham?

146K 8.9K 341
                                    

Sudah direvisi.

Mohon tinggalkan jejak!
Like, comment dan share gratis kok.

Yang belum punya novel My Boy Is Cold Prince (MBCP)—cerita pertama Arkan & Maura silahkan beli di shopee
Glorious.official16  atau bisa kunjungi link http://Gloriousfnrmedia.com

Happy reading

.
.


  Maura mengusap matanya ketika suara berisik alarm ponsel membangunkannya. Gadis itu lantas bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi.

  Lima belas menit kemudian Maura keluar dari kamarnya menuruni anak tangga menuju dapur. Gadis itu kemudian menghela napas panjang tidak melihat keberadaan Arkan seperti biasanya. Seharusnya saat ini cowok itu sudah berada di dapur—sibuk menyiapkan sarapan untuknya.

  Maura berjalan mengambil minum kemudian meneguknya sampai habis. Pandangannya menatap roti dan selai di meja pentry dengan enggan. Maura yang sedang tidak mood untuk sarapan pun memilih berjalan keluar. Tangan kanannya mengambil ponsel dari saku seragamnya untuk mengecek notifikasi, tapi ternyata tidak ada pesan masuk atau telfon dari Arkan.

  Maura menghela napas. Mungkin Arkan masih marah padanya.

  Dengan langkah pelan Maura pun keluar dari halaman rumah Alvarel. Memilih untuk berjalan kaki karena mungkin saja Arkan kesiangan dan mereka akan berpapasan di jalan.

  Ingatannya kembali terputar pada kejadian kemarin. Ketika Gadis dengan rambut pirang kecoklatan itu mencium pipi Arkan, sedangkan Arkan sendiri nampak tak mempermasalahkannya. Satu tangan Maura tanpa sadar terangkat meremas dadanya yang terasa berdenyut—membayangkan bahwa mereka memiliki hubungan spesial di belakangnya.

  Tin! Tin!
 
  Suara klakson mobil dari arah belakangnya membuat Maura tersadar dari lamunan. Kedua sudut bibirnya lantas mengembang mengira itu adalah Arkan. Tapi saat Maura berbalik badan ternyata itu adalah mobil Rafa.

  "Sendirian aja, Neng?" sapa Rafa setelah menurunkan kaca mobilnya. Dahi cowok itu lantas mengerut saat tak mendapat respon dari Maura. Apalagi melihat wajah Maura yang nampak murung tak seperti biasanya.

  "Masuk gih!" Maura pun masuk ke mobil kemudian Rafa melajukan mobilnya.

  "Masih pagi muka udah ditekuk aja, kenapa sih?"

  Maura menghela napas panjang dan menggeleng.

  "Lo kenapa sih, Ra?" tanya Rafa lagi. Rafa tahu betul bagaimana sahabatnya ini. Maura akan terdiam dengan wajah murung jika gadis itu ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

  "Lagi berantem sama Arkan?" tebak Rafa, membuat Maura langsung menoleh ke arahnya. "Jadi bener?"

  Maura membuang muka. "Nggak."

  "Kalo nggak, kenapa lo berangkat sendiri? Biasanya juga Arkan yang jemput lo ke rumah." Rafa melirik Maura. "Beneran lagi berantem, kan?"

  Maura hanya menghela napas dan memilih diam.

  "Kalo diem berarti iya," kata Rafa lagi. Rafa melirik Maura sekilas dan menangkap kedua mata Maura yang memerah menahan air matanya.

  "Cerita dong, Ra!" bujuk Rafa.

  Maura mengembuskan napasnya berat. "Gapapa, salah gue juga." Maura menundukan pandangannya, menatap ujung sepatunya.

  "Salah gimana?"

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang