06|VanVan🌷.

17.2K 973 22
                                    

▪︎ 𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧 ▪︎
~ 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒 ~
°𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰, 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐧𝐲𝐚.•
°𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🤍•

▪︎▪︎▪︎


Pagi ini dengan tubuh yang masih belum sembuh total Vanya merengek pada Nadin untuk diizinkan masuk sekolah, dengan terpaksa Nadin pun mengizinkannya dengan syarat jangan terlalu kecapean—tentu saja langsung disetujui oleh Vanya dengan semangat.

Vanya kini tengah berjalan sendiri di koridor kelas, sedangkan Mevan—pemuda itu tengah ia suruh untuk membelikannya minum di kantin.

Saat sedang asik-asiknya berjalan sendiri seperti orang jomblo, tiba-tiba Andra mantannya saat SD dulu datang dan berjalan di sampingnya.

"Sendiri aja?" tanya Andra.

"Berdua sama lo, kalo gua sendiri berarti lo setan," celetuk Vanya yang membuat Andra terkekeh pelan.

"Maksud gua tuh sebelum ada gua, lo sendiri?" tanya Andra—membenarkan ucapannya.

"Lo gak katarak 'kan, Dra? Lo bisa liat 'kan kalo sebelum ada lo gua jalan sendiri?" Vanya menatap malas pada Andra.

"Hehe sorry deh, gua 'kan cuman mau basa-basi doang." Andra nyengir, merasa malu sendiri dengan kebodohannya itu.

"Gua gak punya waktu buat basa-basi gak jelas, apa lagi sampe spak-spik bagong. gua sibuk mau ngitung batu," kata Vanya sambil mempercepat langkahnya.

"Pulang sekolah ada waktu?" tanya Andra, berusaha menyamai langkahnya dengan Vanya.

"Gak ada, waktu gua ilang digondol dugong," jawab Vanya dengan acuh.

"Gua serius Anya," dengkus Andra, merasa sebal dengan respon Vanya yang terus saja menyebalkan.

"Gua gak mau serius tar sakit hati," balas Vanya yang sama sekali tidak ada hubungannya.

"Vanya!" panggil Andra yang mulai kesal dengan tingkah mantannya itu.

"Maaf-maaf aja yah Andra, Anya gak mau berhubungan sama Andra lagi, Andra 'kan banyak ceweknya," ucap Vanya dengan entengnya, kemudian berlalu dari hadapan Andra yang baru saja dibuat cengo.





Setelah berlari untuk menghindar dari Andra, kini Vanya merasa kecapean. Masa bodo dengan sekitarnya—Vanya langsung saja menjatuhkan tubuhnya di lantai, bersandar pada dinding dengan wajahnya yang semakim terlihat pucat.

"Yaelah! lari dari mantan aja udah kaya lari dari kenyataan," celetuk Vanya sambil terkekeh pelan.

"Tapi keren juga yah gua bisa lari secepet itu," tambah Vanya yang tetap bicara pada dirinya sendiri.

"Tapi gua cape, pala gua pusing lagi. yaelah! kagak ada yang mau lontongin gua gitu?" Vanya mendumel sendiri sambil memijat kepalanya yang terasa pusing.

"Gua nyuruh tunggu, kenapa malah ninggalin?"

Vanya yang tengah berperang dengan rasa pusingnya itu refleks mendongkak, menatap pemuda yang berdiri di depannya.

"Mevan, Anya sakit lagi," adu Vanya dengan wajah memelas, takut jika nantinya Mevan memarahinya.

Mevan berjongkok di hadapan Vanya, menyodorkan botol aqua pada gadis itu.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang