"Pergi sama siapa?"
Vanya yang baru saja masuk pun menghentikan langkahnya, menatap Mevan yang tengah berdiri di hadapannya.
"Andra," jawab singkat Vanya sambil berjalan melewati Mevan.
Vanya sengaja berbohong hanya demi mencari tau perubahan Mevan jika ia pergi bersama Andra.
"Gua kan udah bilang, jangan deket sama Andra lagi!" suara Mevan begitu terdengar marah.
Vanya menghela nafas, membalikan tubuhnya dan kembali menatap Mevan.
"Gua gak balik deket sama Andra, gua sama dia cuman sebatas temen doang."
"Temen? Tanpa lo sadari Andra bakal balik nyakitin lo lagi Nya! dia ngedeketin lo sebatas main-main doang!"
Vanya kembali menghela nafas, ia sudah lelah dengan Mevan yang seperti ini. Ia benar-benar sudah lelah, ia ingin meluapkan semuanya namun lidahnya begitu kelu.
"Andra gak pernah nyakitin gua, yang ada elo Van yang nyakitin gua," ucap Vanya dengan tenang, namun sukses membuat Mevan kembali diam.
"Besok emak gua udah pulang, gua udah harus kudu beres-beres," tambah Vanya yang langsung pergi ke kamar.
"Vanya!" panggil Mevan sambil mengikuti Vanya hingga ke dalam kamar.
"Vanya!" panggil Mevan lagi.
Vanya yang tengah meletakan boneka yang di berikan oleh Lutry itu menoleh pada Mevan.
Astaga sekarang apa lagi? dirinya sudah ingin menangis dan meluapkan semuanya di dalam kamar mandi.
"Lo inget kan kalo lo udah di jodohin sama gua?" tanya Mevan.
"Gua selalu inget Van, terus?"
"Mulai sekarang gua larang lo buat deket sama Andra!" perintah Mevan sengan nada yang begitu tegas.
"Lo gak punya hak Van-"
"Lo bakal jadi tunangan gua! Lo mikik gua! Dan gua punya hak!" potong Mevan dengan cepat.
Vanya menatap Mevan dengan raut wajah yang begitu tidak percaya, tidak percaya dengan Mevan yang menurutnya begitu egois sata ini.
"Kalo benci yah benci aja Van! jangan larang-larang gua kaya gini," kata Vanya dengan kesal, kali ini ia sudah tidak bisa bersikap tenang lagi pada Mevan.
"Gua kaya gini buat kebaikan elo Nya!"
"Kebaikan gua? Iya? Kebaikan gua dari mananya Van? Kalo lo sendiri yang nyakitin gua!" setelah mengucapkan itu Vanya langsung berlalu masuk ke dalam kamar mandi, mengunci pintu dengan emosi yang sudah meluap.
"Lo salah Nya! rasa benci gua ke lo cuman pura-pura! tapi rasa cinta gua ke lo beneran serius!" gumam Mevan sambil menjambak rambutnya dengan kesal.
***
Vanya kini telah berdiri di depan balkon kamarnya, malam ini ia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Awalnya Naya melarangnya namun Ia terus keukeh untuk pulang malam ini. bukan apa-apa tapi hanya saja, ia sudah tidak ingin mendengar omong kosong Mevan lagi.
Malam ini sudah cukup Mevan membuat hatinya terluka, mulai besok ia tidak ingin lagi, jika perlu ia akan mencari tau jawabannya tanpa bertemu dengan Mevan.
"Anya!"
Vanya yang tengah melamun pun menoleh ke asal suara, disana ada Rega yang tengah berdiri di ambang pintu sambil menjinjing beberapa pelastik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...