"Gimana Nya?"
Vanya yang tengah sibuk dengan ponselnya menoleh pada asal suara, di hadapannya ada Renata yang tengah menunggu jawabannya beberapa hari yang lalu. Tentang dirinya yang akan membantu Renata untuk menjadikan Mevan milik gadis itu.
Vanya menghela nafas, percuma saja akhir-akhir ini ia menghindari Renata jika akhirnya Renata tetap keukeh seperti ini.
"Maaf Ren, gua gak bisa bantu lo," ucap Vanya, raut wajahnya terlihat begitu jelas jika ia mulai tidak menyukai Renata.
Alasan Vanya yang mulai tidak menyukai Renata mungkin karna Renata menyukai Mevan, mungkin karna Renata memintanya untuk mendekatkak ia dengan Mevan, mungkin karna Renata ingin memiliki miliknya, mungkin dan mungkin, dan Vanya begitu tidak menyukai Renata.
"Yah Nya... kenapa? Bukannya lo setuju yah kalo gua deket sama Mevan?" suara Renata terdengar begitu kecewa.
Untuk kesekian kalinya Vanya menghela nafas, menatap datar Renata yang duduk di hadapannya.
"Itu dulu Ren, sekarang? Kayanya engga deh," Vanya berdiri dari duduknya, mengambil beberapa buku miliknya yang sedari tadi sama sekali tidak ia buka.
Tangan Vanya di tahan oleh Renata, membuat Vanya yang ingin pergi kini kembali diam di tempatnya.
"Kenapa Nya?" tanya Renata.
"Karna gua juga suka sama Mevan! Astaga Ren... lo gak sadar sama hal itu?" Vanya menatap Renata dengan tatapan lelah, ia sudah tak bisa berdiam diri lagi, ia tak bisa berpura-pura lagi, ia tak mau miliknya di bagi ataupun terbagi!.
"L-lo su-suka Mevan?" tanya Renata dengan menatap Vanya penuh ketidak percayaan.
"Iya Ren, gua suka sama Mevan! Gua jatuh cinta sama Mevan!" ucap Vanya dengan lantang , ia tidak memperdulikan perasaan Renata maupun beberapa orang yang mendengar suaranya itu, ia hanya ingin memberitahu Renata bahwa Mevan akan menjadi miliknya itu saja.
"Gua gak nyangka yah sama lo Nya, gua kira lo ngedukung gua, tapi ternyata?" Renata mengelelengkan kepalanya dengan penuh ketidak percayaan, menatap Vanya dengan sorot mata yang terlihat adanya kebencian.
"Lo nikung gua Nya! Gua kira lo temen gua, lo ngedukung gua, tapi lo malah nikung gua? Lo tau kan kalo gua suka sama Me-"
"Nikung apa Ren? Sedangkan disini rasa suka lo cuman sepihak Ren! Mevan gak suka sama lo. Lo udah tau itu kan? Jangan egosi Ren, Mevan gak akan jadi milik lo dan-"
Plak.
Ucapan Vanya yang tadi sempat memotong ucapan Renata kini terhenti oleh rasa sakit di pipinya, matanya pun memanas dengan kepala yang Vanya biarkan menunduk. Sekuat tenaga Vanya menahan diri agar tidak menangis.
Untuk kedua kalinya Vanya mendapatkan tamparan di seumur hidupnya. Mamahnya saja tak pernah berani menamparnya, tapi Renata? Hanya karna ia juga menyukai Mevan dengan beraninnya menamparnya?.
Astaga... Vanya benar-benar merasa lemah saat ini, di mana Vanya yang biasanya? Yang dengan gampangnya memaki orang yang berurusan dengannya?.
"Gua bener-bener benci sama lo Nya! Lo udah gua anggap temen gua sendiri tapi apa yang lo lakuin? Lo malah nikung gua! Salut gua sama lo Nya, salut!" ucap Renata dengan penuh kebencian.
Setelah Renata pergi baru lah Vanya mendongkak, menatap ke sekeliling yang siapnya tangah menjadikannya tontonan.
Vanya kembali mengambil buku-bukunya, kemudian berlalu pergi dengan air mata yang tidak bisa ia tahan lagi, ia sudah di permalukan di depan banyak orang.
***
"Lo beneran gak liat Anya?" tanya Mevan dengan wajah khawatir.
"Yaelah si kunyuk! dari tadi gua sama elo pea!" kesal Rega yang juga merasa khawatir pada Vanya yang sedari siang tadi tidak kembali masuk ke kelas.
Apa Vanya bolos pelajar? Tapi untuk apa? Dan saat ini tengah dimana? Sedari tadi Mevan dan Rega tak henti-hentinya menghubungi Vanya yang tidak bisa di hubungi, Vanya mematikan ponselnya.
"Vanya gak mungkin bolos pelajaran, dia pasti bakal izin ke elo kalo pun dia pengen bolos kan?" ujar Rega yang hanya di beri angguk oleh Mevan yang masih tak henti-hentinya menghubungi Vanya.
"Ayolah Nya! Lo jangan bikin gua khawatir napa!" gerutu Mevan sambil mencoba kembali menghubungi Vanya.
"Van kelasnya Andra lagi olah raga, mau nanya ke dia?" saran Rega yang malah di balas tatapan tajam dari Mevan.
Rega menghela nafas jengah, ia maupun pria di hadapannya ini masih tidak tahu dimana keberadaan Vanya, rela bolos pelajaran dengan mengendap-endap keluar dari kelas, tapi ego pria di hadapannya ini membuatnya kesal sendiri.
"Vanya atau ego lo?" tanya Rega yang mencoba tidak takut dengan tatapan tajam Mevan.
"Lutry aja!" balas Mevan yang langsung berlalu pergi, meninggalkan Rega yang saat ini tengah mencoba membuka sepatunya, ia benar-benar ingin melempar Mevan dengan sepatunya.
"Astaga Nya... lo dimana sih, nyusahin tau gak dugong!" dumel kesal Rega yang memilih mengekor Mevan.
.
.
."Lo beneran gak tau di mana Vanya?" tanya Mevan dengan raut wajah dingin, ia tidak ingin kembali berurusan dengan adik kelas di hadapannya ini, namun demi mencari tau dimana Vanya ia dengan terpaksa kembali berbicara pada adik kelasnnya ini.
Rega yang tengah bersandar pada dinding memilih menyaksikan Lutry yang tengah di introgasi oleh rajanya dugong.
Lutry menggelengkan kepalanya," Gua gak tau Kak, hari ini gua belum ketemu sama Kak Vanya," jelas Lutry tanpa berani menatap Mevan.
"Bukannya lo selalu sama Vanya? kenapa hari ini engga?" Mevan masih bertanya dengan raut wajah yang masih dingin.
"Gua sibuk sama tugas-tugas, lagian gua udah chat dia kok kalo gua kagak bisa istirahat bareng sama dia," jelas Lutry.
"Chat?" tanya Mevan.
Lutry mengangguk, "tadi siang sebelum istirahat."
"Apaa gua bilang! Mending tanya ke Andra aja Van," saran Rega yang lagi-lagi mendapatkan tatapan tajam oleh Mevan.
"Tapi tadi gua denger-denger Kak Vanya sempet ribut sama Kak Renata dan Kak Vanya di tam-"
"Sial Mevan! tunggu gua," teriak Rega yang memotong ucapan Lutry, bahkan jika diteruskan pun percuma, Mevan sudah berlalu pergi.
Dan tanpa semua orang sadari, jika ada yang membuat Vanya menangis, orang itu sama saja membangunkan singa yang tengah kelaparan!.
***
Tbc💜
Jangan lupa vote dan komenya:)
See you next time
Tiaraatika4.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...