58.

6.1K 280 20
                                    

"Sekarang liat, rencana siapa yang berhasil?" gadis itu tersenyum miring pada pria yang tengah memainkan kaleng minuman.

"Lo itu terlalu takut buat bikin Vanya kaya gini kan? Makanya lo selalu nyuruh gua sabar, gak perna ngizinin gua buat bertindak. Padahal disini jelas-jelas lo gak ngelakuin apa-apa! Lo sebenernya cinta sama Vanya at-"

"Bisa diem gak Ren!" pria itu menatap gadis di hadapannya dengan raut wajah dingin, sorot matanya terlihat tidak bersahabat. Namun gadis di hadapannya terlihat biasa saja saat pria itu menatanya tajam.

"Kalo emang lo gak berani buat nyakitin Vanya lebih baik lo diem aja, lo cukup duduk diam dan menonton! Biar gua yang bertindak," kata gadis itu, menarik kaleng di tangan pria itu dan melemparnya ke tong sampah.

"Renata!" panggil pria itu dengan rasa kesal.

"Lo itu terlalu pengecut! Padahal lo tau, lo ngelakuin ini buat dapetin orang yang lo suka! Lo itu bego, pengen milikin Vanya tapi takut buat misahin mereka! Tolol!"

"Gua cabut!" ucap pria itu yang langsung berlalu pergi tanpa memperdulikan gadis itu Renata yang tengah menatapnya sambil tersenyum miring.

***

"Sekarang apa lagi?" tanya Rega yang membuat Mevan menatapnya binggung.

Entah apa maksud Rega yang datang malam-malam dan langsung memberinya pertanyaan yang ia sendiri binggung .

"Maksud lo apa?" Mevan balik bertanya dengan raut wajah binggung.

Rega mencoba sabar, menahan dirinya agar tidak kembali meninju orang di hadapannya ini.

"Vanya masih marah sama lo, dia masih nangis gegara inget kemesraan lo sama Renata! Dia masih gak bisa ngelupain itu, dan tadi siang lo malah ngebonceng Renata tanpa mikirin Vanya sama sekali?" Rega menatap Mevan dengan penuh ketidak percayaan, jika ia yang berada di posisi Mevan, ia tidak akan membuat Vanya terluka untuk kedua kalinya.

"Gua cuman nganter Renata balik doang Ga, sekolahan udah sepi! Dia gak bawa duit buat naek angkot atau ojek!"

"Bagi gua mungkin masih bisa percaya, tapi bagi Vanya gak semudah itu Van, dan harusnya lo mikir! Lo udah punya Vanya! Dan Vanya lagi marah sama lo! Tapi lo malah kaya gini, gila!"

Rega kembali emosi, dirinya sudah benar-benar ingin memberi pelajaram pada Mevan, namun sebisa mungkin ia tahan, ia tak ingin gegabah sebelum membuat pria di hadapannya sadar.

"Dan masalah Renata yang gak bawa duit itu basa basi paling basi Van! Bayar ojek atau angkot bisa di rumah, atau lo bisa kasih dia duit buat bayar ojek atau angkot! Van... cuman orang idiot yang mau di buat tolol kaya gitu!" sindir Rega yang sudah benar-benar merasa muak dengan apa yang dilakukan oleh Mevan.

Mevan diam, yang di ucapkan oleh Rega ada benarnya juga, mengapa ia tak memikirkan itu? Memgapa ia tidak menolak permintaan Renata untuk ia antar pulang.

"Sejak kapan lo deket sama Renata? Bukannya dulu lo bersikap cuek dan ngehindar dari Renata demi Vanya? Tapi sekarang? Astaga... lo malah buat Vanya nangis kaya gini."

"Van..." Rega menatap Mevan dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Jangan salahin gua yah jika suatu saat nanti gua rebut posisi lo di hati Vanya," ucap Rega yang sukses membuat tubuh Mevan menegang, ke dua tangannya terkepal kuat, dirinya tak akan terima jika posisinya di rebut oleh sahabatnya sendiri.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang