49.

6K 313 10
                                    

"Gapapa nih gua tinggal putsal?" tanya Mevan dengan nada tidak enak.

"Gapapa Van, tar kalo udah selesai lo bisa kok kesini," kata Vanya.

Mevan menghela nafas, "Yaudah deh gua putsal dulu yah, baik-baik disini jangan nakal. Jangan main comberan apalagi ngacak-ngacak spiteng orang," titah Mevan yang malah diangguki oleh Vanya.

"Gua putsal dulu yah," pamit Mevan sambil mengacak pelan rambut Vanya, kemudian memakai kembali helm yang tadi ia buka.

"Hati-hati, main yang bener jangan pala botaknya si Raka yang lo tendang," kata Vanya sambil tertawa pelan.

Mevan ikut tertawa, lalu setelahnya menjalankan motornya pergi dari hadapan Vanya.

Vanya berjalan masuk ke rumah milik Rega, tadi ia sudah di persilahkan masuk oleh Kakak tertua Rega saat dirinya tengah mengobrol dengan Mevan, jadi dirinya tak perlu kembali mengucapkan salam.

Vanya berjalan ke taman belakang, dimana Kakak tertua Rega memberitahunya jika Rega tengah berada disana dengan Yoan Anak dari Kakak tertua Rega.

Sesampainya di taman belakang rumah Rega benar saja, disana ada Rega yang tengah bermain dengan bocah laki-laki yang berumur 4 tahun.

"Rega!" pangil Vanya.

Yang di panggil Menoleh singkat sebelum kembali sibuk bermain dengan bocah di hadapannya.

Vanya menghela nafas, ternyata Rega marah padanya.

"Lo marah yah Ga?" tanya Vanya yang telah berada di samping Rega, duduk di rurumputan dengan terus menatap Rega.

"Engga," jawab datar Vanya.

"Datar amat Ga kaya pantatnya si Susi," kata Vanya dengan sedikit tertawa, tapi ternyata Rega tidak ikut tertawa.

"Yaelah Ga jangan marah napa, gua minta maaf... kemaren gua kelupaan sampe ketiduran," kata Vanya dengan raut wajah di buat memelas.

"Gapapa," balas Rega dengan sorot mata masih tertuju pada Yoan keponakannya.

"Rega sayang... gua minta maaf," ucap Vanya yang mencoba membujuk Rega.

"Sayang-sayang apaan gua bukan pacar lo!" balas Rega dengan nada judes.

"Yaelah Ga lo mah beberan marah sama gua," ucap pelan Vanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Gua kan beneran keluapaan, gua ketiduran Ga maaf," ucap Vanya dengan nada yang bergetar.

Rega menghela nafas, ia sudah tak bisa bersikap marah lagi jika Vanya sudah mulai ingin menangis seperti ini.

Rega menatap Vanya yang ternyata sudah berkaca-kaca.

"Kalo emang gak bisa janji jangan ngejanjiin, kalo emang udah janji tapi berakhir gak bisa tolong kabarin lewat chat atau telfon gua kalo mau lo batalin, jangan bikin gua rela nunggu lo sampe kehujanan, telfon gua gak lo angkat, chat gua gak lo bales. Dikira enak apa nunggu berjam-jam sampai kehujanan," ucap Rega dengan terus menatap Vanya yang tengah menahan diri agar tidak menangis.

"Dunia lo bukan tentang lo sama Mevan doang, kalian emang pacaran tapi disini juga gua temen kalian, yang pengen deket kaya dulu lagi!" tambah Rega yang setelahnya langsung mengendong Yoan, membawa bocah kecil itu pergi dari hadapan Vanya yang masih duduk menunduk.

Apa dirinya yang telah berpacaran dengan Mevan itu salah bagi Rega? Mengapa sepertinya Rega tidak menyukainya?.

Vanya merasa selalu membagi waktu antara Mevan dan Rega, Vanya merasa tidak selalu bersama Mevan, ia pun sering bersama Rega.

Ini hanya masalah janjinya pada Rega yang akan menghabiskan waktu bersama, tapi mengapa seakan-akan dirinya yang pacaran dengan Mevan itu salah bagi Rega.

"Gak usah nangis, gua udah maafin lo," ucap Rega yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapan Vanya.

Venya mendongkak, menatap Rega yang berdiri di hadapannya.

"Gua gak marah, gua cuman kesel aja sama lo," kata Rega sambil mendudukan kembali bokongnya di rurumputan.

"Kesel doang tapi kenapa sampe hape lo gak bisa di hubungi?" tanya Vanya, menyeka air matanya yang menetes.

"Hape gua mati dari kemaren, belum gua charger males," Rega sambil mengaruk belakang lehernya, dirinya lupa karna tidak mencharger ponselnya, bukan males.

"Terus lo gak sekolah?"

"Lagi gak enak badan."

"Gak enak badan? Lo sakit? Gara-gara kehujanan kemaren yah," Vanya bertanya sambil terus mengecek suhu tubuh Rega, meletakan punggung tangannya pada kening Rega yang terasa sedikut hangat.

"Udah minum obat? Makan udah kan?" tambah Vanya dengan raug wajah yang berubah khawatir.

Rega menatap Vanya malas, "Berlebihan Nya, gua udah gapapa," katanya yang sama sekali tidak langsung di percayai oleh Vanya.

"Hari ini sama gua bisa? Gapapa dompet gua berduka cita juga, asalkan kita jalan-jalan berdua, yah?" ajak Rega dengan tatapan memohon.

Vanya mengganguk, menyetujui ajakan Rega dengan senang hati, apalagi ia akan puas menghabiskan isi dompet Rega.

"Ayo kita berangkat sekarang," ajak Rega sambil berdiri.

"Emang badan lo udah enakan?" tanya Vanya yang juga ikut berdiri.

"Udah."

"Yaudah ayok deh."

Vanya dan Rega pun berlalu pergi untuk menghabiskan waktu bersama, dan juga menghabiskan isi dompet milik Rega.

****

"Yaudah hati-hati. jangan pulang malem, atau lo gua gusur dari sana," ancam Mevan yang membuat Vanya tertawa di sebrang sana.

"Tenang aja, gua sama Rega lo gak perlu khawatir dan sealay itu," balas Vanya setelah selesai tertawa.

Mevan menghela nafas, sedikit merasa keberatan jika siang ini Vanya menghabiskan waktu bersama Rega.

"Oke. Gua tutup yah udah mau balik soalnya."

"Iya, hati-hati di jalan."

Sambungan telfon terputus, Mevan memasukan handuk kecil dan botol minum ke dalam tas renselnya, beranjak dari duduknya untuk segera pulang, namun seseorang menghalangi jalannya, membuat mau tidak mau ia berhenti.

"Ada apa?" tanya Mevan to the point. Dirinya sudah merasa lelah, ia ingin segera pulang dan beristirahat.

"Gua mau ngobrol dulu bentar Van."

"Bentar doang yah, gua beneran cape Ren pengen  istirahat," ujar Mevan dengan nada datar.

"Masih datar aja Van ngomong sama gua? Disini kan gak ada Vanya, santai aja kali," kata Renata lalu terkekeh di akhir kalimat.

"Ren denger yah, ada orang yang harus gua jaga perasaanya."

"Yaelah Van gua tau, tapi kan disini gak ada Vanya, lo gak perlu takut."

"Bukan masalah takut atau apalah, tapi yang jelas gua emang udah janji sama Vanya buat gak bikin dia kecewa lagi."

"Van! Gua disini cuman mau ngobrol sama lo doang, kenapa harus sedatar ini sih? Vanya gak ada disini Van! Vanya gak akan tau!" kali ini Renata benar-benar merasa kesal dengan sikap yang di berikan oleh Mevan.

"Ada atau gak adanya Vanya tetep aja, gua gak berhak bersikap berlebihan ke cewek lain di saat gua udah punya Vanya, sorry Ren gua duluan," Mevan pergi meninggalkan Renata yang benar-benar merasa kesal.

Kali ini Vanya benar-benar sudah membuat Mevan hanya fokus pada satu orang, yaitu Vanya.

Dan Renata benar-benar benci pada Vanya yang dengan gampangnya membuat Mevan hanya terfokus padanya.

***

Tbc💜

Jangan lupa vote dan komennya:)
See you next time
Tiaraatika4.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang