"Tolol! Maksud lo apa nomong kaya gitu ke Mevan?" emosi Rega sudah tak bisa di tahan lagi, jika saja yang berada di hadapannya ini adalah laki-laki, sudah sedari tadi ia menghajar habis-habisan.
Renata yang tengah duduk manis tersenyum ke arah Rega seolah tak merasa takut dengan suara penuh emosi Rega.
"Astaga Sayang..." Renata bangun dari kursinya, dan berpindah tempat menjadi di duduk di atas meja, di hadapan Rega tanpa memperdulikan orang-orang yang menggangapnya tidak sopan.
"Gua kan cuman mempermudah recana kita doang," tambah Renata.
"Memeprmudah? Lo bilang mempermudah?" Rega mencekram erat ke dua pipi Renata, membuat Renata meringis kesakitan.
"Itu bukan mempermudah! Yang lo lakuin itu ngerusak rencana!" dengan kasar Rega menghempaskan wajah Renata ke samping.
Renata benar-benar merasa kesakitan pada ke dua pipinya yang di cengkram dengan kencang oleh Rega barusan.
"Sebentar lagi lo pun bakal ngerasain apa yang kemarin gua rasain Ren! Lo bakal di benci sama Mevan!"
"Lo mau apa? Mau bilang ke Mevan kalo gua adalah dalangnya? Mau bilang ke Mevan kalo gua juga termasuk orang yang berusaha ngehancurin hubungan dia sama Vanya? Lo mau bilang itu? Iya?" Renata menatap Rega dengan tatapan Remeh, kakinya ia ubah menjadi menyilang, duduk manis dengan ke dua tangan terlipat di dada.
"Bilang aja Rega, gua gak takut! Lagian percuma, usaha lo bakal sia-sia! Mevan gak akan percaya sama cerita lo, dia bakal lebih percaya sama gua!" kata Renata dengan penuh percaya diri.
"Kata siapa?"
Tubuh Renata seketika membeku, ke dua bola matanya membulat sempurna saat melihat Mevan tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
Renata turun dari meja, mendekat pada Mevan dengan penuh ketakutan.
"V-van... y-yang l-lo denger itu gak bener, Rega ngejebak gua!" kata Renata dengan raut wajah yang benar-benar pucat.
"Gua ngejebak apa sayang?" tanya Rega dengan nada penuh kemenangan.
Renata mengepalkan tangannya kuat-kuat, menatap Rega dengan penuh kebencian.
"Jadi selama ini lo dalangnya? Lo orang yang begitu pengen ngancurin hubungan gua sama Vanya iya?" tatapan Mevan kini sudah tak bersahabat, tatapan Mevan seperti seorang serigala yang akan menerkam mangsanya.
"V-van..." suara Renata kini berubah gugup, bahkan ia tak bisa membalas ucapan Mevan.
"Lo bener-bener yah Ren, gua kira lo beneran berubah, lo udah gak punya perasaan ke gua, tapi ternyata... dari dulu lo masih sama! Nyesel gua percaya sama lo!" kini nada suara Mevan sudah tidak bisa si kontrol lagi, ia tak peduli jika Renata adalah perempuan, yang jelas emosinya akan segera meledak.
"Salah sendiri kenapa gampang percaya sama gua di saat kekasih lo mati-matian nyuruh lo percaya ke dia," suara Renata kini kembali tenang, dirinya sudah kembali menemukan keberaniannya.
"Lo bener-bener licik yah Ren!"
"Baru sadar? Astaga Mevan... Mevan, lo terlalu gampang di bodohin sampe gak sadar kalo lo salah pilih orang buat lo percayai!"
Kepalan tangan Mevan siap memberi Renata hadiah, namun dengan cepat di tahan oleh Rega.
"Selama ini lo tolol Van, lo bodoh! Tanpa lo sadari kalo Lo sendiri yang mempermudah gua buat ngerebut lo dari Vanya!" Renata tertawa pelan, kini ia kembali satu langkah di depan Mevan, kini bukan dirinya yang terpojokan tapi Mevan.
"Disini gua emang salah, tapi lo pun salah Van, lo malah ngerespon gua dan percaya ke gua, Astaga... ternyata Mevan bener-bener bego yah hahaha."
Mevan mengeram kesal, ke dua tangannya kini benar-benar sudah gatal, ia sudah ingin menonjok wajah Renata detik ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.
Teen Fiction| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (𝟷𝟽+) ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴜɴɢ ʙᴀʜᴀsᴀ ᴋᴀsᴀʀ , ᴊɪᴋᴀ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍᴀɴ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ sᴜᴋᴀ ᴍᴏʜᴏɴ ᴅɪ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ. ---🌸. Mevan dan Vanya, dua sejoli yang s...