22.

11.9K 633 10
                                    

"Gua gak mau tau, lo harus bisa pisahin mereka!"

"Tenang aja, lo tinggal duduk manis menikmati apa yang bakal gua lakuin, misahin mereka yang katanya udah di jodohin itu harus dengan cara cantik."

"Jangan kelamaan, gua udah gerah liat mereka berdua!"

"Tenang aja napa, ceweknya pasti bakal jadi milik lo kok, dan cowoknya bakal jadi milik gua."

***

Ketukan pintu terdengar dari balik kamar, Mevan yang tengah sibuk menonton Doraemon pun turun dari atas tempat tidur, berjalan ke arah pintu yang ia tau siapa orang yang mengetuk itu. Vanya.

"Kenapa?" tanya Mevan saat melihat Vanya tengah memeluk guling dengan raut wajah terlihat ketakutan.

"Ujannya gede, gua takut Van," ucap pelan Vanya.

Memang benar jika saat ini tengah hujan deras sangat deras malahan, menciptakan udara dingin yang benar-benar nyata, tapi untungnya sang guntur tidak ikut hadir untuk melengkapi hujan deras ini.

"Segede apa? Batu bata atau buah kelapa?" tanya Mevan yang malah mengerjain Vanya, sudah tau Vanya tengah benar-benar ketakutan. Jika ada Nadin, Vanya akan langsung memeluk mamahnya itu.

"Van!" panggil Vanya dengan raut wajah yang berubah sebal.

Mevan tertawa pelan, menjauhkan dirinya dari pintu untuk memberikan jalan pada Vanya yang langsung masuk dan berbaring di atas tempat tidurnya.

"Kalo ujannya udah reda, tolong pindahin gua ke kamar yah," titah Vanya yang langsung menutupi dirinya dengan selimbut.

Mevan yang mendengar itu hanya bisa menghrla nafas, masa iya dia harus mengendong seekor kebo? Bisa encok pinggangnya jika itu terjadi.

Lebih baik ia membiarkan Vanya tidur di kasurnya dan ia tidur di sofa, dari pada harus mengendong Vanya, membayangkannya pinggangnya yang encok saja ia sudah ngeri.

***

"VANYA... MEVAN.. BANGUN UDAH LEBARAN KUDA NIH!" teriakan Naya yang begitu mengelegar membuat Vanya dan Mevan yang masuh terlelap langsung terbangun, berlari ke luar dari kamar menuju lantai bawah, dan tentunya masih dengan wajah bantal dan penampilan yang seperti gembel.

"Kue lebarannya mana Mah?" tanya Mevan dengan mata yang sepenuhnya belum terbuka.

"Rendangnya mana Tante?" Vanya ikut bertanya dengan nyawa yang masih berkumpul.

Naya dan Bani yang menyaksikan itu hanya bisa menahan tawa dan menahan kentut. Astaga, menjaili dua remaja yang masih ngebo ternyata asik. Batik Naya yang benar-benar merasa gemas dengan kelakuan Anak dan Anak temannya itu.

"Gak ada kue lebaran dan gak ada rendang! Sini sarapan" kata Naya yang membuat Vanya dan Mevan berjalan malas pada kursi.

"Siang ini Mamah sama Papah mau jenguk Oma, kalian berdua ikut yah," kata Naya yang hanya di angguki oleh Mevan dan Vanya. Nyama ke duanya masih belum terkumpul semua.

"Makan yang banyak Nya biar pura-pura bahagianya berjalan dengan lancar," ceplos Bani yang membuat Vanya menoleh pada Bani.

"Anya udah bahagia Om, kan udah ada Mevan," kata Vanya yang membuat Mevan merasa bangga, namun tidak dengan Bani dan Naya yang menatap Mevan dengan tatapan meremehkan.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang